Gesture Of Love 2

32.9K 3K 746
                                    


Kevin

"Damn!" Umpatan pelan dibelakangku membuatku mendongak. Lebih merasa penasaran karena aku tahu jenis umpatan apa itu menelisik dari cara Riko mengumpat. Dan saat mataku mencari-cari, dalam hati aku ikut mengumpat seperti Riko—sekretaris dan sahabatku—"damn!"

Di saat itu aku tidak mengerti pada isi otak sialanku ini. Wujudnya yang berjalan anggun di lorong dengan langkah pasti benar-benar membuatku berfantasi.

Seperti diperintah, mataku langsung menatap pada bongkahan dada padat yang tertutup kemeja putih serta jas cokelat susu. Benar-benar mystery box yang membuatku penasaran ada apa dibalik kemeja itu.

Bulat 'kah? Kencang 'kah? Merah 'kah?

Aku tidak bisa berpikir lagi sampai aroma lembut dan sudah pasti begitu mewah semakin menyapaku saat tangannya menjulur.

Tangan ramping, putih, bersih, dan yang pasti begitu lembut.

Terbukti saat aku yang seperti orang bodoh menyambut uluran tangannya.

"Sarah Atmaja, dari perwakilan Atmaja."

Suara itu...

Begitu tenang.

Halus.

Namun, aku tahu tersirat tegas di dalamnya.

Aku tidak akan melupakan hari di mana aku bertemu dengan perempuan yang aku pikir bidadari itu tak nyata.

Ini memang berlebihan, tapi aku menggambarkan Sarah Atmaja seperti bidadari.

Benar-benar indah dan luar biasa.

Perempuan yang tidak aku sadari sedari dulu. Perempuan yang selesai kami rapat mengatakan jika dirinya mengenalku karena dia adalah adik kelasku saat SMA.

Aku harus datang ke dokter secepat mungkin, dan mempertanyakan kenapa tidak ada sepotong memori tentang Sarah Atmaja di dalam kepalaku.

Karena, hei! Sarah Atmaja, perempuan itu bilang dia adik kelasku, di saat aku tidak pernah tahu aku memiliki adik kelas seperti dia.

Bodohnya aku. Kenapa aku membuang banyak waktu untuk tidak menyadari perempuan itu.

Kenapa tidak dari dulu saja aku tahu ada Sarah selama ini di dunia dan sangat dekat denganku.

Kenapa harus sekarang, di saat aku harus sadar diri jika aku adalah seorang duda?

Aku ingat celetukkan sahabatku yang menyebalkan saat aku sudah terlalu frustasi pada  jantungku yang berdetak tidak karuan setiap ada Sarah disekitarku.

"Lo jatuh cinta, Man."

"I know."

"Tapi, lo nggak bisa sama dia."

"Why?"

"Nggak ada sejarah di keluarga Atmaja nikah sama duda atau janda." Ledeknya dengan seringai puas.

Ah, aku tidak mau percaya pada ledekan itu. Tapi, sayangnya aku harus percaya. Karena sahabat yang tidak ada dukungnya sama sekali itu lebih mengenal keluarga Atmaja dari pada aku.

Givano sialan!

Tapi, mau sesialan apapun Givano, dia bukan Tuhan Sang Pemilik Takdir. Karena pada nyatanya, takdir sesuai keinginanku.

Aku akan tersenyum bodoh mengingat pengakuan perempuan manis itu tentang aku adalah cinta pertama dan cinta dalam diamnya selama ini. Dan cinta itu tidak pernah padam sekalipun aku pernah memilih perempuan lain sebagai pasangan di atas pelaminan.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang