toxic

24.4K 2.3K 85
                                    

"Ahh..."

"Shh—"

Erangan dan desahan terdengar lirih namun bersahutan berkali-kali. Membuat tidur nyenyak seorang perempuan diatas ranjang abu-abu itu harus terganggu. Sinar matahari dari balik jendela kamar menusuk langsung pada kelopak mata yang terbuka berat saat menoleh.

"Ngghh—"

Velin mengerjap mencoba memusatkan pandangannya. Kepalanya terasa amat pening dan berat. Tubuhnya juga terasa remuk redam.

Susah payah dia mencoba duduk di pinggir ranjang sambil memijat keningnya. Ia mencoba meregangkan tubuhnya yang nyeri itu sampai dia melihat pantulan dirinya dari kaca meja rias.

Dia terlihat kacau. Rambutnya berantakan dengan pakaian yang masih sama seperti semalam. Riasan wajahnya terlihat mengerikan karena lipstik serta eyelinernya menyeruak aneh.

"God! What the hell is happening..." Desahnya frustasi.

Bayangan dirinya yang menari ditengah-tengah kerumunan orang mabuk terlintas. Dia seperti melihat dirinya yang jalang dan liar meliukkan tubuhnya dari satu orang ke orang lain.

Belum lagi saat ingatan terakhirnya adalah saat dia ditarik ke sudut club lalu dicium oleh lelaki yang tidak Velin ketahui sama sekali.

"Arrggh! Shit!" Maki Velin pada dirinya sambil mengusap wajahnya berkali-kali.

Malam tadi Velin mengakui dirinya sudah kelewatan batas lagi. Rencananya tidak berjalan lancar. Tadinya, dia hanya ingin minum tidak sampai mabuk. Memancing siapapun yang akan melaporkan keberadaannya pada Athan. Dan, dia juga ingin menggoda beberapa lelaki tapi 'tidak benar-benar menggodanya'. Nyatanya ia salah. Velin merasakan sekali kata-kata senjata makan tuan.

Sambil terus menyesali semua perbuatannya, Velin sedikit terperanjat saat mendengar pekikan di luar kamar diikuti geraman seorang lelaki.

Lalu matanya beralih meneliti seluruh ruangan. Dia berada di kamar Athan. Kamar apartement kekasihnya. Sekarang dia terlihat linglung memikirkan siapa yang membawanya kemari. Apa mungkin Athan? Segera dia memeriksa kulit di tangan atau lengannya. Jika benar Athan, sudah pasti ada jejak tertinggal dari kekasihnya itu. Namun tidak ada sedikitpun lebam tercetak dikulit putihnya.

"Ahhh~"

Velin mengernyit heran. Dia mulai menangkap jika desahan itu seperti desahan perempuan sedang bercinta.

Tapi, tapi! Tunggu dulu!

Bercinta? Apa itu Athan?!

Apa Athan sedang membalasnya?!

"OH SHIT!"

Velin langsung bangkit dari tempat tidur seakan lupa oleh rasa pusing kepalanya sampai dia tersungkur dari ranjang.

"Asshh!" Ringisnya sambil memegang kepalanya.

Dia menyesal minum terlalu banyak. Karena akhirnya, dia harus menanggung sendiri dampak minuman itu saat kesadarannya sudah pulih.

Velin buru-buru membuka pintu kamar, dan suara desahan yang bersahutan semakin terdengar jelas. Punggungnya terasa berat dan dingin.

Dalam hati berharap itu bukan kekasihnya, Athan. Dia lebih senang Athan membalasnya dengan pukulan daripada dibalas dengan tontonan seperti yang dia bayangkan.

"Athan..." Panggilnya serak berjalan mendekati ruang tamu.

Velin langsung melotot tidak percaya melihat punggung polos yang sedang bergerak naik turun secara cepat dipangkuan laki-laki yang tidak bisa dia lihat.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang