Tied Up In You

18.2K 1.1K 185
                                    

Bramantyo

Di hari minggu ini Rey berhasil menyeretku keluar dari kostannya pagi-pagi. Dia sendiri sudah rapih memakai sport bra dan celana legging hitam juga topi di kepalanya.

Aku mendesah malas saat tahu maksud tujuannya, padahal kami baru tidur dua jam lalu.

Rey memang tidak pernah absen buat lari pagi saat car free day. Dia sering mengajakku jika aku sedang menginap di tempatnya. Dan ajakannya selalu saja berhasil.

Sekarang di sinilah aku. Setelah memakirkan mobil, kami berjalan menuju stadion GBK. Rey sendiri yang mengusulkan karena katanya jalanan car free day sekarang terlalu ramai karena orang-orang demo membawa spanduk dan tidak bisa jalan pagi dengan tenang.

Sambil bergandengan tangan, kami berjalan pelan diiringi obrolan ringan. Kalau Rey bodoh dalam perasaan, tapi, percayalah dia sangat pintar kalau obrolannya menyangkut politik atau kabar berita terbaru. Rey sangat pandai memancing pembicaraan.

Di kampus, Ray mengikuti beberapa unit kegiatan mahasiswa, contohnya UKM mc dan UKM debat. Secara, tutur kata Rey ini sangat rapih dan teratur kalau dia sudah memegang mic. Suaranya pun lembut dan merdu hingga mampu menarik atensi orang lain. Sedangkan di UKM debat itu sebenarnya dia suka untuk menambah wawasan karena kegiatan di sana banyak menggali berita dan ilmu sebagai bahan perdebatan. Tidak heran kalau dia selalu up to date pada berita-berita di luar sana.

Secara keseluruhan, Rey adalah kutu buku. Otaknya benar-benar jalan kalau tentang isu yang sedang panas. Namun otaknya langsung lumpuh kalau sudah tentang hubungan kami.

Terkadang aku bingung, Rey seperti memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang. Di kampus, dia benar-benar mandiri dan sangat tangguh. Di depanku? Dia berubah manja dan bodoh.

Agak terkejut sebenarnya saat menjalani hubungan dengan Rey pada awalnya. Tapi, lama-lama memiliki Rey rasanya menyenangkan. Well, selain cantik dan pintar, Rey memiliki girlfriend materials untuk para lelaki termasuk aku.

"Loh, Mas Banyu!"

Aku yang sedang berlari kecil disamping Rey ikut menoleh saat kekasihku itu memanggil seorang lelaki berjaket hitam yang sedang duduk di pinggiran pagar GBK sambil menyodorkan botol mineral ke perempuan yang terlihat sangat kelelahan.

"By, ke sana yuk!" Rey langsung menarik tanganku untuk mendekati dua orang itu.

Mataku menatap lelaki yang dipanggil Banyu ini. Sekilas aku seperti menemukan kesamaan dengan Rey. Tapi, setahuku Rey tak punya saudara kandung lelaki. Dan juga, lelaki ini sangat bukan tipe Rey. Dia agak... kuno? Entahlah aura si Banyu ini benar-benar membosankan.

"Mas Banyu udah balik ke Jakarta?" Rey bertanya antusias sedangkan lawan bicaranya gelagapan di depan Rey.

"Hai, Rey. Engh—i-iya... Rey apa kabar?"

Aku mengernyit melihat lelaki itu.

"Ihhh... kok nggak ngabarin Rey?" Rey maju langsung memukul dada si Banyu ini dengan manja. Melihat itu dengan kesal aku menarik Rey mundur agak kasar.

Rey terkejut dengan tarikanku.

"Kamu apaan sih!" Bisikku kesal.

Belum juga Rey menjawab ucapanku, perempuan yang dari tadi merebahkan tubuhnya tanpa takut kotor di aspal tiba-tiba bangkit. Masih dengan nafas yang ngos-ngosan.

Aku menilik perempuan itu dari atas ke bawah. 8/10. Otakku langsung saja memberi penilaian pada fisiknya.

Dia cantik tapi memiliki raut wajah judes dan galak. Badannya benar-benar berlekuk dan berisi. Dengan rambut hitam sepundak yang tidak dikuncir dan baju hitam yang ketat membungkus dadanya, dia ini terbilang cantik.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang