Menurut Sidney, di dunia ini hanya dua tipe pria. Kalau dia tidak gay, maka dia seorang bajingan sejati. Dan itu dia buktikan sendiri.Seperti Biru, lelaki itu tidak mungkin dikatakan penyuka sesama jenis, meski sejujurnya para kaum gay pasti menatap lapar Biru, tapi Biru adalah lelaki tulen dengan gairah tinggi terhadap perempuan.
Lebih tepatnya pada satu perempuan, yaitu Sidney.
Seperti sekarang, Biru sedang memacu hentakannya untuk menjemput kenikmatan yang sedari tadi sudah menyiksanya. Gerakan cepat dan liar itu membuat suasana panas villa dengan pemandangan raja ampat yang indah begitu membakar.
Sidney terus mengerang merasakan intinya berdenyut hebat dengan posisi menungging, membiarkan milik Biru masuk semakin dalam dan bebas menyentuh titik sensitifnya.
Ini sangat menggairahkan untuk Sidney dan Biru. Sudah hari ketiga mereka ada di sini, dan di hari ketiga ini mereka belum pergi ke mana-mana kecuali kamar dan restaurant yang masih ada di kawasan private villa yang Biru sewa dengan harga paling tinggi permalamnya.
Liburan yang Sidney pinta akhirnya terwujud. Biru tidak bisa menolak meski pekerjaan sedang mencekiknya saat-saat ini. Biru sudah berjanji pada dirinya, jika keinginan Sidney adalah prioritasnya. Pekerjaan bisa menunggu, tapi, Sidney? Hell! Tidak ada yang bisa menggesernya dalam urutan kepentingan Biru.
Biru benar-benar dibuat mabuk cinta karena pesona Sidney. Dia juga merasa heran, kenapa bisa jatuh pada perempuan yang dia kira hanya akan jadi simpanan sesaatnya. Hanya perempuan yang menguji egonya sebagai lelaki. Hanya perempuan yang memuaskan rasa penasarannya.
Biru salah memperkirakan kehadiran Sidney. Perempuan cantik di bawah kuasanya yang sedang mengerang penuh nikmat ini sangat diluar dugaan.
Maka dari itu, Biru tidak akan melepaskannya. Dia siap berjuang dari awal jika itu menyangkut Sidney. Perempuan miliknya yang akan dia umumkan ke seluruh dunia secepat mungkin.
Di cintai sebesar itu tentu saja membuat Sidney besar kepala. Permainan ada di tangan Sidney, dia sudah tahu titik lemah seorang Biru agar mau mengikuti arahannya. Tapi, Sidney bukan orang gegabah, dia memikirkan semuanya secara matang.
Seperti sekarang, Sidney mampu membuat Biru tenggelam pada pusaran gairah. Tidak mempedulikan banyak orang yang mencari lelaki itu karena ada acara penting yang menunggunya jauh dari tempat mereka berada.
Acara penting yang seharusnya membahagiakan berubah menjadi bencana untuk seorang Helen.
Di lain pulau, Helen sedang menangis meraung penuh amarah. Dia tidak percaya jika tunangannya itu pergi sejak kemarin. Bahkan, Biru sama sekali tidak bisa dihubungin dan mengatakan apapun padanya. Asisten pribadi Biru hanya mengatakan jika tuannya pergi berlibur dan tak ingin diganggu. Satu hal yang membuat Helen semakin marah dan kecewa.
Di depan para tamu, Helen berusaha mungkin memamerkan senyumannya. Memotong kue diapit kedua orang tuanya juga wanita paruh baya yang sudah melahirkan tunangannya. Tak peduli banyak tatapan mencela dan kasihan karena tunangan yang selalu dia gemborkan pada nyatanya tidak ada disampingnya. Di acara ulang tahun lelaki itu sendiri.
Acara besar yang Helen persiapkan untuk Biru. Kejutan yang berakhir mengerikan karena pada nyatanya, si lelaki yang berulang tahun tidak ada di sana.
Sekarang Helen berada di kamar hotel tempat dia merayakan acara ulang tahun tunangannya, dandanannya hancur karena riasan yang luntur akibat air mata. Dia sangat malu dan terhina, dia menyiapkan semuanya tapi Biru malah melempar kotoran pada wajahnya.
Geka yang menatap teman baiknya itu merasa kasihan, sedari tadi dia mencoba menghubungi Biru tapi sahabatnya itu sama sekali tidak mengangkatnya.
Dengan kasar Geka berbalik keluar dari kamar Helen. Buru-buru dia kembali ke ballroom hotel di mana acara ulang tahun Biru masih berlangsung dengan meriah tanpa si empunya acara. Mata tajamnya mengedar sampai akhirnya dia menemukan lelaki berjas biru tua yang sedang mengobrol santai dengan perempuan bergaun putih.