Beautiful Pain (4)

11K 1.9K 514
                                    

Pagi-pagi sehabis aku memandikan Dio suara Bonita begitu melengking memenuhi rumah. Aku sudah siap menyemburkan amarah karena kemarin dengan jelas aku ingin libur sampai besok tanpa gangguan endorse.

Tapi, kabar yang dibawa oleh Bonita membuatku melamun menatap kosong pada meja makan. Dio aku biarkan diurus oleh pengasuhnya karena aku tak ingin anakku melihat wajah keruh dan pucatku.

Aku kembali menatap ponsel Bonita yang masih menyala menayangkan sebuah video yang di edit seperti video pasangan yang sering aku lihat di media sosial. Video-video campuran hingga 25 detik itu berhasil mempengaruhi diriku.

Aku memutarnya ulang.

Dengan latar lagu ed Sheeran berjudul perfect yang mengiringi.

Di sana jelas bahu lelaki yang aku kenal delapan tahun ini, berjalan menenteng keranjang belanjaan. Memakai baju santai. Wajahnya dari samping terlihat dengan jelas. Video berganti memperlihatkan Menara Eiffel di musim dingin serta dua orang yang saling merangkul, lelaki disampingnya mengecup sayang perempuan yang terlihat sangat bahagia itu. Lanjut video digantikan foto dua tangan yang saling berdampingan dengan cincin yang sama. Kemudian berlanjut potongan chat yang terlihat sekali seperti pasangan yang jatuh cinta dengan kontak dinamakan 'my hubby'. Terakhir adalah foto mereka diambil dari belakang dengan pakaian... pengantin.

Air mataku menetes saat video akhirnya berhenti.

"Ini video udah di takedown karena rame banget bubosss... tapi, di post ulang sama orang-orang mana banyak yang bilang mirip pabos, tapi adinda yakin ini bukan pabos. Ini mirip aja ya 'kan bubos?"

Ucapan Bonita terngiang di kepalaku.

Sakit sekali...

Aku menunduk menangis menahan isakanku, menutup mulu dengan dua tangan agar suaranya tak terdengar siapapun.

Astaga... mereka sudah menikah.

Dan semua itu tanpa aku ketahui.

Jantungku berdetak kuat seakan ingin keluar dari rongganya. Bahuku bergetar tak menyangka kenyataan lebih menyakitkan datang kepadaku dengan cara seperti ini.

Di kolom komen ada yang membawa-bawa nama Aryo dan juga aku. Tapi, banyak juga yang membantah kalau itu bukan Aryo.

Pemilik akun yang menyebarkan video pertama itu juga langsung menghapus akun saat komentar di vidionya semakin banyak.

Sudah jelas ini perbuatan Luna.

Dia ingin mempertegas apa yang dia lakukan. Dia pikir aku tak mengetahui perselingkuhan mereka. Dengan cara seperti ini dia bisa memastikan aku melihatnya.

Aku menatap sakit pada cincin yang masih bertengger cantik di jari manisku. Dua cincin yang ia berikan aku pakai sampai saat ini. Cincin lamaran dan cincin pernikahan. Di mana kami berdua yang memilih cincin ini saat hujan mengguyur kota Jakarta.

Menaiki motor berdua saja, kami tertawa di tengah-tengah guyuran hujan. Berhenti di sebuah toko perhiasan pinggiran.

Dalam keadaan dingin karena baju yang setengah basah, aku dan Aryo berdiskusi cincin mana yang kami sukai.

Cincin pilihannya tak aku ragukan, dengan uang yang seadanya meski cincin itu tak setebal dengan cincin yang lainnya, kami memilih cincin bermata satu itu sebagai lamaran. Dan cincin tanpa permata apapun hanya ukiran indah di sisinya dan ukiran nama kami di dalamnya.

Seindah itu kenangan yang aku miliki harus hancur dengan kenyataan Aryo sudah menikahi Luna.

"Jahat... kamu jahat banget..." isakku memukul dadaku yang begitu nyeri seakan tertusuk besi panas.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang