Between You and Me (12)

38.4K 2.7K 143
                                    



Anala mengerjap bangun dari tidurnya. Saat membuka mata, yang dia lihat adalah wajah Dean yang berseri-seri penuh senyuman. Dia menghela nafas kasar melihat wajah lelaki itu. Dean pura-pura tersinggung dengan langsung mengerucutkan bibirnya.

"Nggak enak banget, sih, sambutannya. Morning kiss, gitu." Gerutu Dean.

Baru saja Dean berniat memajukan tubuhnya untuk mencuri ciuman di bibir Anala yang sudah kembali memerah, kepalanya malah di pukul keras dari belakang.

"Mesum mulu otak kamu!" Tegur Maria yang merupakan pelakunya.

"Sshh! Sakit, Mi! Niat banget kalo pukulin Dean!"

"Biar otak kamu geser jadi bener! Kecelakaan dapat jahitan di kepala kirain otaknya jadi bener! Ini masih sama saja!" Ketus Maria yang duduk di samping ranjang Anala. "Sarapan dulu ya, nak. Mami bawain sop buntut buat kamu." Lembutnya mengelus kening Anala.

Anala tertawa kecil mengerling pada Dean yang masih memberengut tidak jelas.

Sudah satu minggu lebih dirinya sadar dari koma. Tadinya, Anala cukup kesulitan berbicara karena tenggorokannya yang kering. Dia juga susah berdiri karena otot-ototnya begitu kaku. Dia juga terkejut ternyata ada robekan di kepala kirinya tapi tidak sampai membuat dirinya harus memangkas rambut seperti Dean.

Satu minggu itu juga, Anala sudah mengetahui apa yang menghilang dari hidupnya. Awalnya, Anala histeris mengetahui dirinya keguguran. Dia tidak tahu jika dirinya hamil selama ini. Anala menyalahkan dirinya yang gagal sebagai calon ibu. Seharian, Anala menangis karena kehilangan arah. Tapi, melihat betapa hancurnya orang-orang yang melihat dirinya, terutama Dean, Anala mulai bisa berpikir jernih.

Kehilangan ini bukan maunya sendiri. Dirinya juga tidak mau hal ini terjadi. Menghilangkan nyawa anaknya tidak pernah ada dalam pertimbangan Anala. Apalagi buah cinta dirinya dan Dean.

Anala tahu jika yang menanggung beban bersalah lebih besar adalah Dean. Lelaki itu tidak malu menangis dan bersujud di depannya meminta maaf karena gagal menjaga dirinya dan anak mereka. Dean merasa semua ini adalah kesalahannya.

Melihat itu, Anala tidak bisa berlarut lebih lama lagi dalam kesedihan. Semua orang merasakan sakit yang Anala rasakan. Tidak ada yang bisa menjadi pelampiasan amarah Anala. Mengetahui siapa penyebab kecelakaan yang ia alami, Anala terbungkam.

Jika Wisnu karena dendamnya pada Dean, maka Inala kembarannya dendam pada dirinya.

Ikatan batin yang mereka miliki membuat Anala meringis. Sakit sekali entah mengapa.

"Aku kapan pulang, Mi?"

"Secepatnya. Kamu pulihnya juga cepat. Mungkin dua atau tiga hari lagi."

"Ck. Kelamaan, Mi." Jengah Anala.

Maria hanya terkekeh melanjutkan pekerjaannya menyuapkan Anala. Dean sudah berselonjor di sofa sambil bermain game di ponsel. Lelaki itu belum juga kembali ke kantor karena merasa longgar dari tanggung jawab akibat Lara, adiknya, masuk ke dalam perusahaan keluarga. Sedikit lagi, Sarah juga akan lulus dari S2-nya. Hal tersebut membuat hati Dean semakin lega karena bisa bolos-bolosan seperti sekarang.

"Aku mau ketemu kakek." Ucapnya lirih.

Dean yang mendengar itu spontan menghentikan gerak jarinya di atas layar ponsel. Maria juga berhenti sambil menatap piring di atas pangkuannya.

"Aku sudah tahu. Tria cerita semalam."

Dean mengumpat keras. Asisten Anala yang selama ini jarang terlihat semenjak atasannya masuk rumah sakit itu memang sibuk luar biasa sekarang. Hanya dirinya yang bisa diandalkan menjalankan perusahaan tanpa seorang kepala. Tria harus  bekerja ekstra bersama petinggi lainnya untuk menjaga perusahaan agar tidak goyah akibat kecelakaan Anala. Dari pagi sampai tengah malam, dirinya harus berada di kantor hingga tidak sempat mengunjungi atasannya itu.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang