"Kenapa lama sekali, hm?" Tanyanya serak.Aku tersenyum kaku, "Nggak sabaran." Balasku.
Dia membalik tubuhku dan langsung menyambar bibirku. Aku yakin kalau dirinya dan diriku sama lelahnya. Tadi siang, dia mengabariku akan pulang malam ini dari Aceh. Dia sudah bertugas selama 3 minggu lebih. Tapi, aku juga sudah mengiyakan Dewa untuk bermalam di hotel. Awalnya aku ingin membatalkan pertemuanku dengan Dewa, tapi pria itu dengan keras mengatakan tidak. Pada akhirnya, aku memilih untuk memuaskan Dewa dahulu baru pulang. Sialnya aku ketiduran sampai jam 1 tadi. Walaupun Raja jarang memarahiku karena alasan yang selalu aku buat-buat, rasa getir juga tegang selalu memelukku.
Raja sangat ahli dalam teknik berciuman. Dia bergerak lembut namun menggoda. Hanya dengan ciumannya aku bisa melenguh nikmat. Tangannya mengusap pinggul lalu punggungku. Di umur ke 32 ini, aku bersyukur karena kata orang tubuh dan kulitku seperti remaja belasan tahun. Bahkan, mereka sangsi saat tahu aku sudah berkepala 3. Dan Raja, semakin bertambahnya umur, dia semakin menawan. Tubuhnya begitu perkasa dengan otot-otot yang menggoda. Secara fisik, Raja mampu menyaingi Dewa. Mereka sama-sama tampan namun wajah tegas Raja lebih mempesona kaum hawa.
Ciuman itu turun ke leherku, dia menggigit gemas dan tangannya sudah mengusap payudaraku. Salah satu kesenangan Raja adalah bermain dengan payudaraku. Dia rela bermain solo sambil meremas payudaraku kalau aku sedang halangan. Beda Raja, maka beda Dewa. Kesukaan Dewa adalah lembah kenikmatan dibawah sana. Dewa sangat suka berlama-lama mencumbu bibir bawahku itu.
Bercinta dibawah guyuran shower memang sangat menggoda. Uap air menempel di dinding kaca. Aku menoleh saat gaya bercinta sudah berganti untuk ketiga kalinya. Raja sedang memompa tubuhnya dibelakangku. Desahanku selalu menjadi pemacu gairahnya. Aku tidak tahu sudah jam berapa ini. Walaupun tubuhku lelah dan sakit, aku tetap berdiri mengimbangi Raja. Aku tidak mau mengecewakannya. Sudah cukup aku mengecewakan dia dengan berkhianat.
"Ahh! Ja! Lebih cepat!" Aku berteriak dan menggapai lehernya dari belakang.
Raja terus memompa pinggulnya dan langsung menyambar bibirku dari samping. Ini sangat nikmat walaupun posisinya bisa meluluhkan seluruh tulangku nanti. Tapi kami suka.
Raja terus melumat liar bibirku. Lidah kami saling bertarung. Cengkraman tangannya di pinggul dan dadaku semakin kuat. Belum lagi dibawah sana semakin cepat.
Dia melepaskan tautan kami dan menggigit pundakku. Kenikmatan sedikit lagi akan kami capai. Aku semakin mendesah kuat. Deru nafas hangatnya menyergap kulit dinginku.
Dab saat gigitannya dipundak semakin kuat, gelombang kenikmatan menghantam kami bersamaan. Badanku sangat lemas sampai Raja memelukku erat dari belakang.
"Terima kasih, Istriku." Gumamnya masih serak namun membawaku untuk membersihkan diri.
Besoknya aku berangkat ditemani oleh Raja. Dia sedang bebas tugas untuk seminggu kedepan setelah berhasil menangkap pengedar narkoba yang sudah meresahkan warga Aceh. Dia terus memujiku yang memakai pakaian kantor. Hanya kemeja satin dan rok span selutut serta heels hitam saja di matanya aku seperti bidadari. Dia terus mencuri ciuman di bibirku. Sesekali dia menikmati gerutuanku karena lipstik yang terus aku timpa berulang kali akibat dirinya.
"Pulang aku jemput, aku mau kerumah Bunda habis ini. Mau ngerecokin si Ratu." Katanya. Aku hanya tersenyum. Dia pasti rindu Bunda dan Ratu—adiknya.
"Aku pulang jam 5. Jangat telat loh." Aku memeriksa ulang warna bibirku dengan kamera ponsel.
"Iya, Sayang." Dia mengusap kepalaku. Aku bergerak mencium bibirnya sekilas. "nanti malam lagi ya." Bisiknya sensual sambil mengedipkan mata.
Aku hanya tertawa dan mendorong bahunya kencang. Setelah turun aku melambaikan tanganku sampai mobilnya menghilang di belokan lobi kantor.