Melepaskan dia adalah hal paling tersulit yang pernah ada di hidupku. Maka dari itu, aku tetap membuatnya berada disampingku. Meski tahu dia kesakitan dan tak terima. Karena keegoisanku, aku menahannya.Namanya Sargiwa, perempuan yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Yang aku harapkan menjadi yang terakhir.
Sayangnya, posisiku sebagai anak yang selalu dikendalikan oleh orangtua tak akan bisa melawan.
Memiliki orangtua yang berpengaruh bukan perkara mudah. Setiap pilihanku harus diatur demi citra publik dan posisi kekuasaan keluarga. Ayah bisa membunuhku kalau aku memilih lari bersama Sargiwa daripada mengikuti kemauannya.
Hingga akhirnya, aku memilih menikah dengan Andina. Perempuan malang yang posisinya tak jauh beda denganku. Aku merasa kasihan melihat wajah bahagianya di hari pernikahan kami. Karena sebelumnya aku melihat dia menangis sendirian dengan baju pengantinnya sebelum masuk ke dalam acara utama.
Andina seorang dokter gigi, dia putri pertama politisi yang memiliki pengaruh kuat di pemerintahan. Belum lagi sikap keluarganya yang tidak menerima kesalahan apapun, Andina dipaksa untuk mengikuti mau mereka.
Awal pernikahan aku jujur padanya kalau aku memiliki Sargiwa dan tak bisa menggesernya meski Andina memiliki hak mutlak terhadapku. Untungnya Andina tak masalah dan mengatakan aku bisa melakukan apapun.
Berjalannya pernikahan kami ternyata tak sesulit yang aku bayangkan. Bermula hanya berteman, aku butuh Andina sebagai pelepasanku. Lagi-lagi perempuan itu tak masalah karena baginya kami sudah sah dan memang sudah kewajiban baginya untuk mendapatkan hakku.
Andina adalah perempuan santai tapi sebenarnya dia menumpuk seluruh masalahnya. Dia tak marah saat tahu selain menidurinya, aku meniduri Sargiwa. Dia hanya berkata aku harus main bersih agar orangtua kami tak tahu dan nantinya akan menimbulkan masalah lagi.
Berbulan-bulan lamanya aku melakukan itu. Sampai akhirnya Sargiwa lelah akan tidak kepastianku. Perempuan manis itu tidak mau menjadi yang kedua apa lagi hanya sebatas simpanan. Kami bertengkar hebat di dalam rumahnya, dia menangis meminta putus sedangkan aku tetap bertahan tak mau melepaskan dirinya.
Tapi, akhirnya aku tersadar kalau Sargiwa memang pantas di dapatkan lelaki lain yang lebih baik daripada aku. Aku tidak bisa mengikatnya dalam waktu yang tak pasti.
Putusnya hubungan kami membuat diriku semakin liar. Hatiku begitu sakit saat tahu ada lelaki yang tak membuang waktunya untuk memiliki Sargiwa. Aku tidak bisa mengendalikan rasa sakit ini, hingga akhirnya aku mencari banyak pelampiasan di luar sana.
Dan lagi-lagi, Andina tahu itu.
Setahun pernikahan kami, dia masih bersikap santai dan tetap menjadi istri yang baik menurutku. Sampai ada yang berbeda darinya.
Malam itu aku sedang menggaulinya, Andina yang biasanya merespon apa adanya dan tak berlebihan kini terlihat sangat amat menikmati.
Di tengah ruangan yang memanas aku sedang memompa diriku di dalam milik Andina, perempuan itu memejamkan mata dan mendesah begitu kuat. Aku mengernyit merasa ada yang berbeda darinya. Tidak seperti ini biasanya. Andina tidak menunjukkan kenikmatan sampai segininya.
Aku jadi penasaran kenapa Andina terlihat lebih lepas. Dia tak seperti Andina yang aku kenal meski sebenarnya dia tetap melayaniku. Andina terlihat berbeda dan aku merasakan itu.
Akhirnya aku menemui jawaban dari sikap Andina.
Dia kembali ke pelukan kekasihnya. Aku tahu itu karena sebelum menikah dengannya aku mencari tahu siapa Andina.
Namanya Karis, lelaki itu juga seorang dokter. Mereka bertemu di kampus dan berpacaran. Yang membuat Karis tak diterima adalah lelaki itu dari keluarga miskin yang bisa menjadi dokter karena beasiswa. Latar belakang keluarga Karis tentu saja di tolak oleh keluarga Andina. Membuat perempuan itu mau tak mau harus rela melepaskan lelaki itu.