Aku sedang bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit menemani Ardan. Tadi, suamiku sudah bilang kalau ia sudah siap untuk berangkat dan menungguku karena jarak rumah sakit memang lebih dekat dari rumah daripada hotel.
Keningku mengernyit saat melihat perempuan berkerudung keluar dari lift menuju meja kerjaku.
"Halo, Audy 'kan?"
Aku mencoba mengingat-ngingat siapa perempuan bersahaja ini. Tapi, otakku tak menemukan satu nama pun.
"Lupa, ya? saya Adila." Ucapnya lembut.
Mataku melebar terkejut bukan main. "Ma-maaf, Bu. Saya lupa banget..."
Dia terkekeh pelan. "Pangling ya?"
"Iya..." jawabku tak enak hati. "Mau ketemu Bapak ya? Pak Budi ada di dalam, Bu. Sepuluh menit lagi keluar buat makan siang di bawah."
"Saya boleh masuk nggak ya? Saya sebelum ke sini udah konfirmasi sama dia kok."
Aku mengangguk cepat. "Boleh kok, Bu. Pak Budi udah selesia juga sholatnya kayaknya."
"Oke, saya masuk ya, Dy. Senang ketemu kamu lagi." Dia melambai sebelum masuk ke dalam ruangan atasanku itu.
Aku berdecak kagum pada wanita yang umurnya hanya lebih tua sedikit dariku itu.
Wanita itu adalah mantan istri Pak Budi. Setahuku mereka berpisah karena faktor umur yang terlalu jauh membuat mereka tak sepaham lagi. Itu pun juga dari gossip anak-anak saja.
Dulu, Adila tak berpenampilan seperti ini. Maksudku, dia tidak berkerudung dan tubuhnya pun lebih berisi dari tiga tahun lalu.
Adila adalah mantan atlit renang. Dia berhenti menjadi atlit setelah menikah dengan Pak Budi. Dan seingatku lagi, mereka menikah karena perjodohan.
Sejak bercerai Adila sudah tak pernah menyambangi tempat kerja mantan suaminya itu.
Aku menghela nafas, sejujurnya Adila dan Pak Budi meski memiliki jarak umur yang jauh, mereka begitu serasi.
Pak Budi di umur ke 46 tahun, masih begitu prima dengan tubuh ideal dan tak membuncitnya. Tipe sugar daddy kalau kata anak-anak front office. Wajahnya memang matang mengikuti umur, belum lagi kumis tipis yang semakin menegaskan kedewasaannya.
"Kenapa lu?"
Aku berjengkit terkejut karena tepukan Mila di bahu.
"Kaget gue!"
"Lebay lu! Kok lu rapih banget, mau ke mana?"
"Izin setengah hari gue mau check up sama Ardan." Jawabku sambil menyantolkan tas di bahu. "Ngajak lunch ya? Sori ya, Mil, gue skip dulu hari ini."
Mila memberengut. "Makan sendiri dong gue?"
"Kan ada yang lain. Nggak usah berlebihan deh lu!"
"Gue mau ajak lu makan bebek goreng!" dengusnya.
Aku tertawa kecil. "Sori deh, besok aja kita makan bebeknya." Aku menarik tangan Mila untuk berjalan menuju lift.
"Lu cabut nggak bilang ke Pak Budi?" herannya saat kami sudah di lift.
"Tadi, pas doi ambil wudhu udah gue bilangin. Lagian gue nggak enak masuk ada mantan bini di dalem."
"Hah?!"
"Gue juga kaget, Mil. Tiba-tiba Bu Adila nongol setelah sekian lama. Mana cantik banget sekarang." Ucapku sambil membayangkan lagi pertemuan kami tadi.
"Ngapain dia ke sini?"