Regret: Azkia (KK&PDF)

6.1K 173 6
                                    

Waktu kembali berjalan semestinya. Namun ketenanganku tak kunjung datang.

Mamah semakin dekat dengan Om Guntur. Aku bisa melihat setiap dua orang itu berbicara. Ada yang berubah dari cara tatap mereka.

Aku sudah berbaikan dengan Mamah atau lebih tepatnya Mamah sudah mengungkapkan kebodohanku di mana ia melihat bukti transfer tak wajar di atm ku.

Dari caranya ia mengajakku berbicara, aku tahu Mamah sangat kecewa. Karena itu aku tak bisa menahan air mataku karena sadar, banyak kebohongan yang aku lakukan.

Sampai akhirnya aku kembali mendapatkan kartu kredit dan kunci mobilku.

Arhan dan Arga masih seperti biasa. Bedanya, karena ada Om Guntur, aku tahu ada antusias dalam diri mereka. Bahkan Arhan sekali pun. Adikku yang berubah menjadi manusia batu itu bisa berbicara luwes dan akrab dengan Om Guntur.

Ah, Om Guntur juga mencoba mendekatiku. Tapi, sayang aku bisa melihat gerak-geriknya. Tentu saja aku menolak kebaikan dia yang memiliki tujuan itu. Aku masih yakin kalau ia bukan orang yang tepat untuk keluarga kami.

Soal Papah, aku beberapa kali bertemu dengannya diam-diam. Ternyata benciku seimbang dengan rasa sayangku pada Papah. Sekuat apapun aku ingin melepaskannya lagi, aku tetap menyayanginya. Dan itu membuatku sangat merasa bersalah pada Mamah. Aku merasa seperti pengkhianat juga.

Sayangnya, aku masih membutuhkan Papah. Lebih tepatnya uangnya.

Aku dan Rio masih berhubungan. Namun hubungan kami layaknya menaiki bukit terjal. Banyaknya pertengkaran membuatku semakin lelah.

Beberapa hari lalu kami bertengkar, karena aku sudah tak bisa beralasan menginap, aku sudah tak pernah menemani Rio ke club malam. Rio hampir tiap malam ia habiskan di dalam club malam. Aku sangat terkejut karena kartu kredit Papah yang aku pinjamkan padanya ia pakai untuk ia pergi ke club. Aku benar-benar kesal karena ia tak mengatakan padaku ke club malam dan ia berani mentraktir teman-temannya menggunakan kartu yang aku pinjamkan.

Aku sudah mengatakan kalau fokus kami adalah melunasi pinjaman onlinenya yang memiliki bunga besar itu. Tapi, entah apa isi kepala Rio, dia memilih bersenang-senang menghamburkan uang yang aku cari mati-matian untuknya.

Kami hampir berpisah hari itu, tapi, Rio berlutut meminta maaf padaku. Dia berjanji tak akan mengulanginya dan aku percaya.

Selin, sahabat yang sangat aku rindukan. Sampai detik ini kami tidak pernah berbicara. Dalam satu kelas yang sama pun ia mengabaikanku. Dan aku merasa sangat kacau seperti sampai setiap tahu ia mulai berteman dengan yang lain.

Terakhir ada Gusti yang juga sangat berubah.

Ia tak pernah menawarkan makanan yang ia beli padaku. Tak pernah duduk di ruang tamu seakan menungguku. Tak pernah lagi menyapa dan hanya mengangguk kecil setiap kami berpapasan.

Gusti sangat berbeda.

Dan anehnya...

Aku sangat tak menyukai itu.

Aku menatap pada langit-langit kamarku dengan hampa. Aku merasa kesepian. Perubahan disekitarku seakan empat dinding yang menghimpitku.

Aku benci dengan perasaan ini.

Dulu tak pernah aku merasakan ini. Karena dulu ada bahagiaku. Keluarga lengkap yang sangat aku cintai. Sayangnya, dunia memang tak akan berputar hanya tentang diriku.

Tidak ada baik jika tak ada buruk.

Seperti itulah kehidupan yang sebenarnya.

Aku bangkit, mengambil bungkus rokok dalam laci meja belajar. Membuka jendela kamar, angin dingin malam langsung menerpa. Gemuruh langit terdengar menggema dalam pikiranku.

Suasana seperti ini entah kenapa seperti mencerminkan apa yang aku rasakan.

Rasanya... dingin namun sunyi meski ada suara berisik dari angin yang menerpa.

Menyalakan rokok, aku menatap lurus pada langit gelap.

Aku tahu ada orang yang lebih tak beruntung sepertiku. Ada juga yang saat ini sedang tersenyum karena kehidupannya lebih bahagia dariku.

Tapi, aku ingin bertanya apakah ada orang yang memiliki hati sepertiku? Di saat rasanya begitu ramai dan penuh. Namun sebenarnya begitu kosong dan hampa.

Aku menarik asap rokok dengan panjang sebelum menghembuskannya.

Sakit juga ya seperti ini.

Ini bukan Azkia yang dulu. Azkia yang dulu tak mungkin duduk di pinggir jendelanya dengan tatapan kosong karena kesepian.

Yang dulu bahkan tak akan merasakan rasa sesak di dada setiap satu bayangan ke bayangan lainnya tentang masa lalu yang selalu datang tiap langit berubah gelap.

Aku kesepian.

Rasanya sakit sekali pada sepi ini.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai, Regret terakhi dengan POV Azkia jadi penutup seri Regret di KaryaKarsa udah hadir yaaa!

kalian bisa langsung lihat di akun KK ku @motzky dan kalian bisa pakai voucher potongan dengan memasukan kode REGRETBYMOTZKY

Untuk setiap info cerita dan kode potongan selalu aku up di instagramku @pricemotzky 


Dan juga aku mau info yang selalu tanya Regret ada PDF atau nggak, aku bikinin versi PDF juga ya. Isinya masih sama dengan inti cerita tapi cuman agak berbeda dan panjang  aja dengan versi KaryaKarsa. Yang mau kalian bisa hubungi ke WA Admin ya!

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang