Mi Amado

51.3K 2.9K 253
                                    


Suara bantingan pintu menyentak kasar diikuti hentakan heels yang membuat tiga orang di apartement itu mengernyit heran.

"Gue benci Radi!" Perempuan cantik berpakaian dress mini berwarna hijau lumut itu berteriak kesal lalu duduk di salah satu sofa putih. "Dasar manusia kampung! Kaku! Berengsek! Udik! Norak! Aarrggggh!"

Dia terus berteriak memaki tidak peduli ada tiga perempuan lainnya sedang menutup telinga karena suaranya yang terlalu kencang.

"Gue doain tuh orang keserempet angkot pas di jalan!" Tangan rampingnya dengan cepat menyambar botol beer di atas meja yang masih penuh, "Dia pikir dia siapa nolak gue?!" Nafasnya terengah-engah setelah menenggak habis isi alkohol itu.

Tiga perempuan yang duduk di lantai itu saling melempar pandangan lalu mendesah lelah. Mereka sudah biasa dengan keluh kesah seorang Seira. Perempuan angkuh namun luar biasa cantik.

"Putusin aja lah, Sei." Fika, perempuan bertubuh gemuk dengan potongan rambut sebahu itu menatap jengah Seira yang masih terus mengumpat tanpa henti, "Dari pada bikin lo ngeluh terus."

Seira mendelik sengit, "Enak aja lo ngomong! Gue tuh cinta sama Radi! Cinta pake banget!" Ucapnya menggebu-gebu.

"Cinta tuh bikin orang bahagia, Sei, bukan kayak lo tiap hari ngedoain si Radi kecelakaan di jalan mulu." Sahut Meika—satu-satunya perempuan yang memiliki darah chinese diantara mereka berempat.

Jia—perempuan manis dengan poni yang bertengger di dahinya ikut mengangguk menyetujui perkataan Meika.

Seira menatap horror tiga temannya yang duduk bersender di kaki sofa panjang.

"Lo udah pada gila ya?"

Serentak mereka bertiga mendengus, "Yang gila itu lo!"

Seira memberengut jengkel lalu pergi ke kamar utama milik Meika. Apartement Meika memang sudah seperti rumah mereka bertiga karena pertemanan sedari SMP ini yang membuat milik lo milik gue juga menjadi slogan abadi.

Setelah menjatuhkan diri di atas ranjang dan samar-samar mendengar teriakan heboh teman-temannya yang sedang menonton pertandingan bulu tangkis, Seira memakukan pandangannya pada langit-langit kamar.

Benar kata Meika, seharusnya cinta membawa kebahagiaan. Tapi, tiap harinya ada saja yang membuat dirinya harus memaki kekasihnya.

Kekasih yang  selalu memancing darah Seira naik akibat tingkah laku serta ucapan polosnya.

Namanya Radi. Kalo nama panjangannya Radityo Purnomo. Lelaki asli jawa tengah itu cukup di bilang tampan. Tapi, kalau di mata Seira—tampan luar biasa!

Badannya tinggi dengan kulit cokelat. Raut wajahnya selalu lembut dengan senyum semanis gula. Belum lagi potongan rambutnya yang rapih dan selalu tersisir kesamping.

Usianya baru saja menginjak 28 tahun, lebih tua 3 tahun dari Seira. Awal mula mereka bisa berkenalan adalah saat Jia—teman sekantor Radi mengadakan pesta ulang tahun.

Pesta diadakan di kelab malam terkenal Ibukota, Radi pada dasarnya bukan lelaki modern yang memiliki pandangan luas. Seperti apa yang Seira katakan, lelaki itu udik, kampungan, kaku dan norak. Kalau berengsek hanya tambahan saja kalau Seira memang lagi kesal.

Seira ingat, saat dia sudah terpengaruh alkohol dan muntah-muntah di lahan parkir, dia melihat Radi sedang duduk di pembatas jalan sambil memakan nasi padang dengan khidmat. Kemeja putih licinnya sudah di gulung sampai siku dan celana bahannya tidak dia biarkan kotor karena kardus menjadi alas duduknya.

Saat itu juga, Seira jatuh cinta dalam keadaan terpengaruh alkohol. Dengan percaya diri dia menghampiri Radi yang makan sendirian di belakang gedung kelab malam itu.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang