My Angel

61.2K 3.6K 966
                                    


"Aku mau minta izin sama kamu..." Bagas menatap mata abu-abu yang terlihat bersinar di depannya.

Wanita berambut sebahu itu mengernyitkan dahinya. Tadi dia sedang menyiapkan makan malam saat suaminya yang sehabis pulang kerja langsung menyeretnya masuk ke ruang kerjanya.

"Papi mau minta izin apa?" Tanyanya lembut.

Dari mata suaminya, dia bisa melihat kegusaran yang begitu jelas. Dahinya juga mengerut dalam sehingga tangan lentiknya terulur untuk mengusap kerutan itu.

"Mi..."

"Apa? Kamu mau minta izin apa?"

Bagas menarik tangan lembut yang mengusap dahinya ke dalam genggamannya. Dia sangat ragu mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Tapi dia merasa harus.

"Aku..." Dia menarik nafas dalam. "Aku minta izin nikah lagi."

Di depannya, istrinya yang menemaninya selama tujuh tahun itu tertegun masih dengan senyuman manis. Tapi, perlahan senyuman itu menyurut.

"Kamu apa?"

"Aku minta izin nikah lagi." Tegas Bagas.

"Kamu bercanda?"

"Nggak. Aku serius, Mi."

"Kamu gila?!" Sentaknya langsung berdiri dari sofa. "Kamu minta izin nikah lagi?! Nggak waras kamu!"

"Angel... dengerin aku dulu..." Bagas ikut berdiri mencoba menenangkan istrinya.

"Gila! Gila tau nggak kamu! Minta izin nikah? Sekalian aja minta izin mati!" Bentak Angel.

Bagas mengerang mendengar bentakan istrinya. Dia tahu istirnya bukan wanita penyabar dan sangat mengedepankan logika. Meminta izin menikah lagi tidak akan pernah masuk ke dalam logika Angela istrinya.

"Ssst! Jangan keras-keras! Nanti anak-anak dengar!" Bisik Bagas memegang bahu Angel.

Angel menepisnya kasar dan telapak kanannya yang putih dengan cepat menampar pipi suaminya sampai kepala pria itu terlempar kesamping.

Suara tumbukan kulit yang terdengar kencang dan menyakitkan membuat suasana tiba-tiba mencengkam.

Bagas memegang kulit wajahnya yang ditampar. Rasanya begitu panas dan perih.

"Kamu berani tampar suami kamu?" Desis Bagas.

Angel tidak takut dengan perubahan intonasi suara suaminya. Dengan berani dia menatap nyalang Bagas yang mukanya sudah diliputi amarah.

"Kamu bukan suami aku—" Geramnya tertahan. "—suamiku adalah pria bijak dan sayang pada keluarganya. Dia pria yang bisa memakai akal bukan seperti kamu pria sialan yang tiba-tiba meminta izin menikah." Wajah putih Angela sudah berubah merah padam.

Matanya menyorot tajam dengan linangan air mata. Perasaannya begitu kacau mendengar permintaan suaminya. Pria yang dia pikir hanya memberi satu ruang dihatinya, yaitu keluarganya.

"Aku punya alasan menikah lagi." Tekan Bagas.

Angela tertawa hambar. "Alasan? Alasan apa? Agama? Atau udah bosan sama aku? Kamu nggak ada rasa lagi sama aku? Ya udah kita cerai! Nggak usah minta izin nikah lagi!"

"Angel." Suara Bagas sudah merendah. Dia jarang sekali marah pada wanita di depannya. Karena pribadinya bukan pria yang mudah terpancing amarah. Dia pribadi yang lembut dan tenang.

Tapi, mendengar kata cerai membuat dia semakin terdesak untuk meluapkan amarahnya.

"Aku bantu seorang janda yang perlu perlindungan. Dia butuh aku dan aku bisa tolong dia. Mengertilah dari sisi perempuan!"

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang