Aku tahu roda itu berputar, seperti bumi melanjutkan kehidupan makhluknya. Tanpa terasa, waktu yang aku punya juga berjalan.Seperti sekarang, aku termenung menatap lama layar laptopku. Menatap pada deretan barisan kalimat yang membuat degup jantungku bekerja lebih cepat.
Sudah berapa lama aku di sini? Sudah berapa lama aku memperbarui diri? Tentu saja cukup lama.
Enam tahun terlewati. Berada di negara orang yang sudah mulai akrab untukku. Awalnya semua berat dan tak tertahankan, tapi aku cukup mampu untuk bertahan.
Aku membaca lagi pesan yang terkirim di email lamaku. Pesan yang sudah berumur 6 tahun lamanya juga. Pesan yang kupikir tak memiliki pengaruh apa-apa tapi ternyata aku salah.
Jemariku memegang kuat ujung pakaian yang aku pakai. Nama pengirim itu membuat bayang-bayang masa lalu kembali lagi.
JunottG18
to me<subject> I miss you.
Hai,
Maaf kalau aku harus datang dengan cara seperti ini. Tapi, aku belum tenang dengan permintaan maafku sebelumnya.
Aku sadar, aku bukan lelaki baik. Aku lelaki brengsek yang memanfaatkan ketulusanmu. Aku benar-benar tidak termaafkan.
Tapi, untuk hubungan berat sebelah yang kamu rasakan selama ini. Aku mempunyai pengakuan terlambat. Aku sayang sama kamu.
Jujur, memang bukan cinta yang aku rasakan. Aku masih sama brengseknya, tapi aku benar untuk rasa sayang itu.
Aku tahu kamu akan sakit hati lagi tentang kejujuranku. Hanya saja, aku mau kamu tahu yang sebenarnya.
Sama seperti Naufal, aku ingin berjuang. Dari awal lagi. Bermodalkan rasa sayang yang aku yakin bisa berbuah menjadi cinta tiada akhir.
Aku egois, aku tahu. Tapi, entah kenapa aku sangat yakin jika memulai kembali. Dengan cara yang benar dan dijalankan bersama.
Harapanku hanya satu. Perasaanmu masih sama untukku dan masih sama menerimaku lagi.
Kali ini, bukan cuman kamu yang berjuang. Mari kita berjuang bersama.
So, stay with me?
I miss you, Athaya.
You're stupid ex.Pesan itu sudah terlalu lama. Dan harusnya sudah hambar. Tapi, rasa sakit itu masih ada.
Bodoh, Atha. Kamu bodoh banget.
Buru-buru aku ingin menghapus pesan itu. Ada rasa takut jika bukan diriku yang akak membaca pesan tersebut.
Lagi-lagi diriku mulai meragu. Jariku berhenti begitu saja merasa tak rela untuk menghapus pesan dari Junot.
Sambil melamun dengan nafas memburu, sebuah panggilan vidio dari Skype muncul begitu saja di layar laptop.
Sedikit panik aku langsung mengangkat panggilan vidio itu. Wajah lelah namun masih menyeringai jahil langsung menyambutku.
"Hai." Sapaku salah tingkah.
"Hai, cantik." Godanya yang selalu berhasil membuatku bersemu merah.
Di sana, Naufal Ramadhan masih berada di benua lain menyapaku.
Naufal—apa yang harus kuceritakan tentang tunanganku itu?
Lelaki penuh banyolan yang tak henti mengejarku agar luluh bisa menjadi miliknya. Enam tahun Naufal berada disampingku.
Rela tiga atau lima bulan sekali pergi terbang ke tanah Johor untuk menemuiku. Dia yang kini bekerja sebagai team ship management disebuah kapal besar harus rela lebih banyak menghabiskan waktu di laur daripada di darat sekarang.