Semalam aku sulit sekali tidur, tiap mau tidur puting merah muda Yuni terasa kenyal dan lembut menyentuh lenganku. Bibir Yuni di ceruk leherku menempel, hangat sekali rasanya. Yang paling parah, entah sadar atau tidak Yuni menggenggam kontolku, tahu-tahu aku bangun pagi terasa ada yang mencengkram kontolku yang tegang berdiri ngaceng keras.
"Selamat pagi ayah? Emuach.." Yuni.
"Ekhem... Selamat pagi juga ndug, kamu nakal" Aku.
"Hihi lihat Yuni ayah! Yuni udah telanjang nih, Yuni cantik nggak?" Yuni.
"Banget" Aku.
"Ayah Yuni mau mandi, ayah mandiin Yuni ya?" Yuni.
"Hah... Yaudah ayo, semalam juga badan kamu keringetan" Aku.
"Gendong yah" Yuni.
Yuni sekarang begitu berbeda, ia lebih manis sikapnya padaku dan manjanya itu bikin aku geregetan. Aku gendong Yuni dengan memegang pahanya, Yuni merangkul leherku dengan tanganya. Wajah Yuni menempel di dadaku yang telanjang karena sebelum bangun sudah di lucuti baju dan sarungku sama menantu imutku ini.
Sampai di kamar mandi aku menrunkan Yuni dan keluar kamar mengambil kursi plastik untuk aku duduk memangku Yuni. Ia semakin manja saat duduk di pangkuanku, rambutnya ia sanggul agar tidak terkena air. Aku siram tubuh kami dengan air dingin membuat aku dan Yuni menjadi mengigil kedinginan, namun pelukan Yuni membuatnya terasa hangat. Lalu aku menyabuni badan Yuni.
"Ayah badannya udah, kok memek Yuni belum sih? Sekalian yah" Yuni.
"Muach... Kamu manja banget" Aku.
Karena gemas aku cium dan aku lumat bibir bawah Yuni yang seksi, manis dan kenyal sesaat. Aku raba punggung Yuni sampai ke pantatnya yang bahenol aku remas-remas sebentar lalu bergerak tanganku di paha Yuni. Aku elus-elus paha Yuni yang penuh busa sampai ke belahan memek mudanya. Aku usap-usap bagian pinggirnya yang tak ada bulu rambut sama sekali.
"Ayah jangan luarnya aja, lubang memek Yuni juga harus ayah sabuni embh... Ahhh..." Yuni.
"Memekmu kok nggak ada bulunya ndug?" Aku.
"Nggak tau yah, udah begini dari lahir ahhh... Embh... Yah... Kok enak sih memek Yuni di colok-colok jari ayah? Ahhh..." Yuni.
"Apa kamu belum pernah memek kamu di colok-colok begini?" Aku.
"Cuma pake kontol ya, dan itu enak sih tapi juga sakit banget, ahhh... Yah terus ahhh... Uhhh..." Yuni.
Aku terpaku menatap Yuni yang badan penuh busa, cantik dan imut sekali. Seksinya Yuni memang kalah seksi dari Ningsih tapi Yuni menang karena ia masih muda usia Yuni 22 tahun sekarang. Seluruh badan Yuni kencang tak ada yang mengendur, apa lagi toketnya saat aku mengusapnya putingnya sudah ereksi, dan itu kenyal sekali.
Aku percepat mencolok-colok lubang memek Yuni yang masih seperti perawan, sempitnya membuat jari tengahku betah mencolok memek Yuni yang kian basah. Yuni meliuk-liuk karena keenakan memeknya aku colok dengan cepat. Toketnya bergoyang-goyang sangat indah sekali. Sampailah Yuni orgasme pertamanya dengan hebat.
"Ayahhh... Ahhh.... Ahhhhh..." Yuni.
*Crut... Crut... Crut... Crut... Crut...*
"Ohhh... Hebat sekali memekmu nduh, uhhh... Bagus banget bentuknya. Mandinya udahan ya?" Aku.
Yuni mengangguk lemah memeluku. Aku siram badan kami sampai busa bersih, setelah itu aku membasuh wajah Yuni yang masih agak lemas supaya ia segar. Aku mengambil handuk mengeringkan badan Yuni lalu kami bersikat gigi bersama. Yuni aku gendong lagi sampai ke kamarnya ia nggak mau turun. Aku menjadi gemas dengan tingkahnya, ku cium bibir Yuni lalu melumatnya.