Aku tiba di dunia fantasy ini yang bernama planet Zoom, mirip seperti bumi zaman pra sejarah keadaan alamnya tapi dengan aneka ragam ras, bukan cuma manusia namun di sini ada juga ras demon, elf, beast. Semua ras bercampur di kerajaan Nero ini tanpa di beda-bedakan. Ada juga monster beragam juga, dan berbahaya.
Aku tiba di sini dalam bentuk jiwa yang penasaran, selama sebulan lebih aku mengelana untuk mencari cara agar aku terlahir kembali. Aku menemukan seorang manusia yang kira-kira usianya 20 tahun sedang sekarat di dalam rumah kumuh terletak di sebuah desa yang sudah hancur entah karena apa aku belum tahu.
Karena kasihan aku pun memasuki tubuh pemuda tersebut yang sedang sekarat, dengan paksa aku menyerap jiwanya karena kasihan sudah menderita terlalu lama. Setelah berhasil aku sempat koma selama 2 hari saat aku bangun aku sudah bisa menggerakkan semua anggota tubuhku. Dan aku juga menerima ingatan-ingatan pemuda ini. Ohhh iya ngomong-ngomong aku berasal dari bumi.
Namaku sekarang Ken tak ada nama belakang atau nama depan hanya Ken saja. Sepertinya aku adalah anak buangan yang dulu di titipkan di sebuah panti asuhan. Setelah usia 17 tahun mengembara dan karena tubuh ini tak punya elemen ia malah terkena racun ular saat berburu herbal langka. Dan karena inilah ia sekarat.
"Akhirnya aku terbiasa juga, huh ini dunia yang menakjubkan cocok sama aku yang suka dunia petualang lawan monster dan tentu menemukan gadis-gadis cantik untuk aku jadikan selir-selirku nanti" Aku.
Aku berniat meninggalkan rumah kumuh ini yang terletak di sebuah desa yang hancur akibat serangan monster. Beruntung pas serangan itu aku sedang sibuk berburu jadi aku selamat namun aku harus sedih kehilangan teman-temanku. Dengan baju seadanya aku mulai berjalan.
"Senjata pedang pendek, armor kulit, sepatu kulit, kalau saja celanaku ini bukan celana pendek kolor pasti keren" Aku.
Berjalan santai sambil membawa tas selempang aku menuju ke desa terdekat yaitu desa Neia. Di sana aku ingin ke rumah Hana, Ia selirku satu-satunya saat ini. Seminggu yang lalu ia menawariku tinggal di rumahnya. Melewati jalan utama yang terbuat dari batu-batu kecil di tata rapi aku hampir sampai.
"Hei lama nggak mampir ke desa kami, kau pindah saja ke desa kami dari pada tinggal sendirian"
"Iya aku bermaksud pindah ke sini hari ini pak penjaga" Aku.
"Hahaha itu bagus, biaya masuknya 1 koin saja"
"Terima kasih pak" Aku.
Sampai di gerbang aku di sambut penjaga yang hafal denganku. Aku masuk berjalan langsung ke rumah Hana yang terlatak tak jauh dari gerbang ini. Rumah Hana berada di paling pojok desa, meski kecil rumah Hana tapi nyaman untuk di tinggali. Rumah kayu sederhana sudah terlihat.
*Tok... Tok...*
"Han? Hana?" Aku.
"Sebentar Ken aku lagi mandi, sini kalau mau mandi sekalian" Hana.
Aku dengar samar-samar suara Hana yang sedang mandi. Aku pun masuk dan berjalan ke kamar mandi yang ada di belakang rumah Hana. Di kamar mandi yang ada bak mandi berendam Hana tengah di sana sambil tersenyum melihatku. Aku lepas bajuku dan ikut berendam di belakang Hana.
"Akhirnya kau mau juga tinggal serumah denganku Ken" Hana.
"Yah kau tahu kan rumahku udah hancur" Aku.
Hana mundur ke belakang dan bersandar padaku, aku memeluknya dan melingkarkan tanganku ke perutnya. Sudah dari 5 tahun lalu Hana menjadi selirku satu-satunya, Hana sudah berulang kali ingin menambah selir untukku karena ia kewalahan melayaniku namun aku tolak karena belum ada gadis yang aku sukai selain Hana.
Di dunia ini pria dan wanita satu banding lima jadi wajar saja pria memiliki banyak istri atau selir. pria memiliki dua selir di sini itu di bilang sedikit sekali, apa lagi aku yang cuma punya satu?. Dan juga lebih banyak selir itu lebih baik di sini, karena angka kelahiran yang terlalu banyak bayi perempuan di bading laki-laki.