Hari ini telah terjadi serangan binatang mutasi dengan kawanan serigala sebagai komandonya menyerang pintu gerbang selatan markas Java. Selain binatang bermutasi darat ada juga spesies burung bermutasi yang ganas terbang menyerang prajurit yang bersiaga di atas tembok. Meski sudah ada senjata api namun tetap juga kami kalah jumlah, apa lagi ini terjadi markas Java membuat pergerakan kita menjadi sulit karena harus menggunakan tehnik bertahan.
Para prajurit petulang dengan pangkat jendral memimpin mengkomanda petualang lain agar mengatur formasi, jika perlawanan kami hanya ini saja pasti tak lama bintang mutasi itu berhasil masuk ke markas. Di pimpin salah satu jendral dari grup kapten Sarah, ia seorang pria dengan badan tinggi 2 meter dan besar penuh otot sedang bersiap di belakang pintu gerbang yang sebentar lagi terbuka.
Pasukan yang di pimpin jendral bernama Gram itu berlari keluar sambil membawa aneka macam senjata tajam menerobos kawanan serigala dan teman-temanya. Di mulailah pembataian oleh prajurit petualang berlevel elit. Ada yang menggunakan pedang besar, kapak, palu, gada, tombak. Pasukan di atas tembok membantu dengan menembakkan peluru berkaliber besar menggunakan sniper mereka.
Di kejauhan tepat di atas gedung tinggi, aku dan kapten bersama jendral lain sedang mengamati pertemuran antara binatang bernutasi yang seperti tumpah ruah di luar pintu gerbang selatan. Banyak binatang yang mati mengenaskan dengan tubuhnya terbelah dan ada juga yang remuk. Tapi bukan cuma binatang itu, ada juga pasukan elit yang tergigit atau terkena cakaran dan terluka parah bahkan ada yang sekrang.
"Jendral Xiao pimpin legiumu bersiap membantu jendral Gram, segera" Kapten Sarah.
"Siap kapten" Jendral Xiao.
Jendral Xiao mempunyai perawakan tinggi badan sekitar 160 cm, badanya juga kecil namun ia merupakan salah satu asasin berlevel tinggi dan mematikan. Jendral Xiao buru-buru berangkat bersama legiunya yang berjumlah 300an pasukan Elit, mereka bersenjata pedang pendek atau yang terkenal dengan nama ninjato dan juga membawa pistol berperedam. Mereka semua langsung menyebar saat keluar dari pintu gerbang menyerang secara diam-diam melawan binatang bernutasi.
Pasukan jendral Gram yang di pukul mundur dan kewalahan, mendapat bantuan dari jendral Xiao dan semangat mereka berkobar lagi. Namun binatang bermutasi dengan ganasnya sepeti tak ada habisnya. Kapten Sarah mengerahkan jandral tersisa yang sedang tidak ada misi untuk bersiap maju ke medan pertempuran karena ada binatang reptil besar yang sedang berlari dari hutan, binatang itu mirip godzila dan tingginya sekitar 10an meter, giginya sangat mengerikan.
Kini medan pertempuran yang awalnya hutan sudah musnah pohon-pohinya menjadi berantakan seperti hanis di telan tsunami. Pasukan yang sudah bersiaga berjumalah ribuan di luar dinding tembok markas tengah mengatur formasi di pimpin jendral-jendral yang berjumah 10 orang. Mereka bergerak dengan berjalan sambil menembakkkan peluru-peluru berkaliber besar. Binatang bermutasi mulai mundur dan banyak yang mati.
"Tersisa Godzila itu sekarang, sudah di tembaki namun tak mempan sama sekali" Kapten Sarah.
"Kita harus pakai cara lama kap, kalau mengandalkan rifle saja tak bisa membunuh godzila itu" Aku.
"Maksudmu menyerang menggunakan meriam? Kau yakin? Amunisi yang kita buat terlalu kuat buat meriamnya nanti pasti hancur meriamnya" Kapten Sarah.
"Dari pada banyak jatuh korban kapten" Aku.
"Baiklah" Kapten Sarah.
Kapten Sarah memerintahkan meriam yang berada di atas dinding tembok agar di siapkan. Sebanyak 10 meriam yang besar model lama di arahkan ke godzila yang berjalan semakin mendekat sekitar 300 meter dari pasukan besar yang menyerang. Pasukan itu mulai mundur perlahan sampai batas aman. Meriam mulai di isi dengan amunisi model terbaru yang sangat kuat ledakannya. Aku dan kapten berlari sampai di atas tembok.