Setiap pagi Sumi selalu meluangkan waktunya mengurus sang suami yang sudah tak berdaya, matanya buta, badannya lumpuh, dengan wajah yang ceria Sumi melakukan semuanya sampai selesai. Setelah suaminya, Sumi berjalan semakin ceria menuju kamar anaknya yang bersebelahan dengan kamarnya.
Terlihat laki-laki remaja yang badannya berotot dan sangat tampan serta gagah menurut Sumi tengah menyisir rambutnya. Sumi langsung memeluk anaknya yang bernama Somad menghirup aroma badannya yang segar sehabis mandi tadi berdua dengannya.
"Anak emak ganteng banget, emuachhhh..." Sumi.
"Emak kok masih telanjang sih?" Somad.
"Rambut emak belum kering nak emuachhh... Nanti aja pakenya. Sarapan yuk nak?" Sumi.
"Emak masak apa hari ini?" Somad.
"Masak enak pokoknya, yuk nak nanti emak suapin deh" Sumi.
"Ayo mak emuachhhh..." Somad.
Sumi dan Somad mengobrol dengan bisik-bisik karena takut ketahuan sang suaminya Sumi alias bapaknya Somad. Sumi maupun Somad belum memakai kain apapun sehingga mereka telanjang bulat duduk berhadapan di dapur yang ada meja makan kecil di sana. Sumi menyiapkan sepiring sarapan untuk berdua dengan anaknya serta menyuapinya.
"Nak, remesin tetek emak, agak dingin uhhhh..." Sumi.
"Emak duduk di pahaku aja biar gampang ngeremesnya mak" Somad.
"Iya nak, masakan emak enak nggak nak?" Sumi.
"Masakan emak tuh paling enak pokoknya, tuh Somad aja habis banyak" Somad.
"Habis makan enaknya ngapain ya nak? Ke sawah nggak ada kerjaan" Sumi.
"Ada mak kerjaan" Somad.
"Kerjaan apa nak?" Sumi.
"Ngentot mak" Somad.
"Itu kewajiban sayang emuachhhhhh... Uhhhhh... Kontol kamu mulai ngaceng" Sumi.
"Tapi sayang kalau ngentotnya di rumah, kontol Somad nggak bisa nggenjot memek emak" Somad.
"Yaudah nanti kita ke sawah nak, emak juga kangen kalau nggak sehari memek sama mulut emak belum di genjot kontol gedemu emuachhhhh..." Sumi.
Selesai sarapan Sumi duduk di pangkuan anaknya sambil bisik-bisik mengobrol mesra sekali, bibir keduanya terlalu dekat sehingga mereka berdua tak tahan saling berciuman. Tetek Sumi yang besar dan agak bulat mulai di remas semakin intes oleh telapak tangan anaknya membuat nafsu Sumi semakin memuncak.
"Memek emak udah mulai tumbuh rambutnya uhhhh... Basah banget mak" Somad.
"Kocokin memek emak nak, habis muncrat nanti kita ke sawah ahhhhh... Pelan-pelan nak" Sumi.
Sumi pindah posisi duduknya dengan berbaring telentang di atas meja makan, pahanya terbuka lebar sehingga memeknya yang tembem berwarna merah muda nampak indah dengan lendir yang membasahinya. Bibir Somad menjemput memek ibunya mengemut clitorisnya yang agak ereksi dan kenyal.
Badan Sumi langsung menengang saat memeknya di jilat oleh lidah anaknya dan juga clitorisnya di emut-emut lembut. Sumi menutup mulutnya dengan telapak tangan agar desahannya tak keluar keras. Semakin kalang kabut Sumi menahan nikmat karena teteknya juga di remas-remas dan putingnya di jepit oleh telapak dan jari-jari tangan Somad.
Somad merasakan lendir memek ibunya yang ia hisap terasa enak, tak henti-hentinya Somad menghisapnya. Lidah Somad nampak keluar dan masuk ke dalam lubang memek kecil ibunya yang beraroma sedap. Dua puting tetek emaknya ia pilin-pilin membuat emaknya tak bisa lagi menahan kenikmatan.