"Selama bertahun-tahun kita semua kesulitan, kesusahan dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita serakah. Hutan di gunduli dan di tanam beton dan pondasi, laut meraung dengan ganasnya tsunami. Tapi manuisa seperti kita tetap saja serakah ingin menguasai segalanya. Bahkan planet lain pun ingin di jadikan tempat tinggal kita. Mungkin alam marah sama kita semua menjadikan bencana sebagai pelajaran untuk kita semua menghargai alam bumi ini" Kapten Sarah.
"Kini semuanya berkumpul di dalam markas Java kita yang sudah perlahan bangkit menghadapi dunia baru, dunia yang penuh binatang mutasi atau monster ganas. Menggunakan pedang dan senjata lain tak cukup melindungi diri kita dan markas Java ini. Untuk itu senjata yang sudah kalian pegang itu sebagai wujud tanda bahwa kita mampu bangkit kembali. Dengan ini Senjata api model terbaru resmi di luncurkan secara gratis, kalian tinggal beli megazinnya saja" Kapten Sarah.
"Mudah-mudahan dengan senjata ini kalian bisa melindungi orang-orang yang berharga, sekian" Kapten Sarah.
"Woooahhhh..."
Sorak-sorak para prajurit yang berkumpul di alun-alun kota Markas Java ramai sekali, bukan cuman di alun-alun saja namun di setiap distrik juga ramai. Sebanyak 200 juta orang di tampung dalam satu tempat tentu membutuhkan wilayah yang luas sekali. Namun semua tak bisa berkumpul di alun-alun, jadinya setiap lapangan distrik-distrik ada siaran langsung berupa suara dari Radio.
Setelah selesai peresmian senjata, semua prajurit petualang mulai kembali ke guild mereka masing-masing untuk membeli megazine peluru. Tak lama Elis datang menjemputku dengan mobil SUV yang ia sewa untuk berburu hari ini. Rencananya aku dan Elis mau berburu babi hutan dan ayam hutan di sekeliling luar markas Java. Juga tadi pagi ada sekotak megazine dan juga senjata kiriman dari Kapten Sarah untuk kami berdua.
Elis memakai bra model kemben warna hijau tua yang menutupi payudara besarnya saja, perut dan pusarnya terlihat agak kotak-kotak feiminim, dan baju prajurit yang tak ia kancingkan. Bagian bawahnya, Elis memakai rok mini yang berwarna hijau tua juga sama sepertiku. Saat aku naik ke mobil sudah ada kotak senjata berserta megazinnya. Kami berdua sudah sampai di pintu gerbang.
"Kali ini kita pertama kali ngambil misi grup, mudah-mudahan dapet buruan yang banyak" Aku.
"Pasti, kan kita sudah punya rifle sayang, ohhh... Iya kata guild megazinnya nggak boleh di buang dan harus hemat peluru soalnya mahal sayang" Elis.
Mobil SUV di tutup terpal berwarna seperti dedaunan kami parkir di bawah pohon agar aman dari binatang. Aku dan Elis tengah menyiapkan rifle, setelah siap pedang tak lupa juga kami bawa. Meski senjata sudah bisa di gunakan bebas namun pedang tetap senjata utama kami. Jalan setapak kami lalui di kanan kiri kami pohon-pohon besar sampai agak masuk ke hutan.
Hutan yang dulunya bekas kota ini masih ada beberapa bangunan tua yang di selimuti lumut hijau dan beebagai pohon karena kontur tanah yang dulunya aspal atau beton menjadikan semak-semak tak banyak tumbuh. Aku dan Elis santai berjalan sambil mengamati sekeliling kami barang kali ada binatang. Tak lama kami sampai di sebuah gedung tua yang tingginya ada 5 lantai, di sini pasti di jadikan sarang.
"Sayang kita incar ayam hutan aja ya? Yang banyak di pesan soalnya" Elis.
"Berapa yang harus kita tangkap?" Aku.
"Di misi sih nggak tertera, berarti berapa saja" Elis.
"Yuk kita masuk ke gedung, kalau nggak salah itu ada sarang ayam hutan" Aku.
"Ada 5 ekor ternyata, aku serang dulu ya, kamu di belakangku" Aku.
Belum sempat aku masuk, ayam hutan sudah berlari ke arahku, ada ayam jago dengan bulu hitam kekuningan dengan tinggi lebih dari satu setengah meter, badanya gemuk sekali namun sangat cekatan dalam berlari. Ayam hutan itu melompat ke arahku, aku ambil pedangku. Setelah sampai persisi di depanku, aku tebas pas bagian lehernya. Namun tak berhenti sampai di situ ayam lain pun menyerang dengan ganas.