*Hai jelek, gue ke sini cuma ngasih tau kalau elu bakalan di lahirkan kembali di dunia lain, gue ogah banget ngasih kekuatan sama elu, pokoknya elu cuma punya kekuatan fisik aja, bye...*
Aku berminpi aneh, ada sosok bidadari bercaya terang di depanku sambil ngata-ngatain aku karena wajahku menjadi jelek setelah kecelakan ketabrak truk terus wajahku berciuman dengan aspal. Tiba-tiba saja aku sudah bangun di hutan antah berantah, kata bidadari dalam mimpiku itu mungkin nyata.
"Ini sih bukan hutan amazon atau hutan kalimantan, kalau emang di bumi kenapa ada pulau melayang?" Aku.
Aku meraba-raba badan kecilku yang mirip anak SD tapi berotot, nggak ada luka sama sekali. Dan aku nggak pake baju bahkan kain sekecil apapun. Hidupku di bumi miskin, jelek dan masih perjaka masak di dunia lain ini juga mengenaskan? Sugguh nggak adil.
"Oke... Pertama-tama cari sungai..." Aku.
Aku pun bangun dan mengukur tinggiku di batang pohon, aku mengukur kira-kira tinggi badanku cuma 110 cm, badan berotot dan persis sama dengan manusia. Hanya ada satu ras yang punya ciri-ciri badan kayak gini yaitu ras Dwarf alias kurcaci alias manusia cebol, bedanya sama di film aku punya ekor.
Hutan ini nggak ada semak-semaknya, hanya ada rerumputan mirip rumput jepang, kalau di bumi. Kontur tanahnya bergelombang dan seperti pegunungan, pohon-pohonnya nggak main-main gedenya, mungkin sekitar 10 meter diameternya, ingat diameter bukan keliling lingkaran. Tingginya? Entah berapa meter, ogah amat ngukurnya.
"Kok nggak ada sungai sekitar sini ya? Huh... Huh... Capek dari tadi jalan terus, mana nggak ada pohon buah lagi..." Aku.
*Baam...*
Karena kesal aku memukul batang pohon ukuran 2 meter diameternya, aku terkejut karena pohon itu bisa bergetar lumayan kuat. Kata bidadari dalam mimpiku aku ini hanya punya kekuatan fisik murni, kayaknya pukulanku barusam cukup kuat sampai-sampai bisa membuat getar batang pohon segede itu.
"Ini beneran dunia lain, aku jadi punya ekor kayak gini sih..." Aku.
Ekor yang aku miliki panjangnya sekitar setengah tubuhku, aku bisa menggaruk bagian belakang kepalaku. Ekor ini bulunya tipis mulus dan warnanya cokelat, dan saat aku menggerakkan ekorku, rasanya biasa aja nggak aneh sama sekali. Tak lama berjalan aku mendengar bunyi air mengalir.
"Yes... Pasti itu sungainya Hah... Hah..."
Aku pun berlari dengan cepat, aku terkejut lagi karena kecepatanku kayak motor bebek yang di geber. Tak lama aku melihat sungai yang lumayan besar, airnya sangat jernih dan tengah sungai banyak batu-batu besarnya. Saat aku hendak menyelam tiba-tiba saja ada ikan lele segede drum, tentu saja aku kaget.
"Uhhhhh... Wow itu lele gede amat njir... Serem lagi, perutku laper banget" Aku.
Aku meminum air sungai itu untuk mengganjal perutku yang lapar, setelah itu aku mencari cara menangkap ikan lele itu. Kalau aku berenang pasti langsung di telan mentah-mentah, harus cari kayu yang kuat buat bikin tombak.
Ada dahan kayu kecil sebesar lenganku, aku mengambilnya, saat aku ingin mematahkan kayunya, ternyata kayu ini keras dan kuat sekali. Aku harus mematahkan kayu ini pake batu, memukulnya sampai panjangnya menjadi 120 cm, bagian ujungnya aku bikin runcing.
"Oke senjata tongkat runcing berhasil di buat, tunggu aku lele lezat Hehehe..." Aku.
Aku melompat ke atas batu di tengah sungai menunggu ikan lele yang loncat dari air, dan saat aku tunggu lelenya malah nggak ada yang muncul. Iseng aku memancing pake ekorku, dan benar saja lele itu muncul. Lele itu mau memakan ekorku tapi dengan cepat aku menusuknya.