Siang hari berlalu lambat namun karena ada Tania yang manja di pelukanku, menjadikan hari berlalu sampai sore dengan cukup baik. Terkadang saat kau sedang tak punya ambisi dan lelah dengan segala hal, yang mesti kau lakukan adalah berdiam diri menikmati hidupmu saat ini.
Menjadi vampir memang bisa hidup selamanya jika tak ada kecelakaan yang merenggut nyawa, namun jika tak ada orang yang menemanimu maka hidup terasa mengerikan, percayalah aku sudah mulai merasakan itu. Mau tak mau apa yang ada saat ini harus aku terima, salah satunya Tania yang tiba-tiba saja ikut andil masuk.
Sejauh ini semua berjalan dengan baik dan untuk masa depan, aku akan memastikan berjalan dengan baik juga. Seperti keinginan emak yang berharap aku bisa hidup tenang, bisa menikmati hidupku dan jangan terlalu berlebihan berambisi, karena terkadang yang berlebihan itu membuat kita buta.
"Apa yang master pikirkan?" Tania.
"Membayangkan kalau aku harus hidup sendirian sebagai vampir, rasanya mengerikan" Aku.
"Ada aku master, berkatmu aku bisa hidup lagi setelah terkena virus menyebalkan itu, yang tetap membuat aku bisa bertahan adalah master tentu saja, jadi aku akan menjaga kehidupan keduaku ini untuk master Emuachhhhh..." Tania.
"Matahari udah tenggelam, latihan lagi..." Aku.
"Ahhhhhhh... Master padahal kita lagi ngobrol serius..." Tania.
"Ayo yang semangat Tania, kayak kemarin kau lari dan aku yang mengejar, tapi kalau kau sampai tertangkap Hehehe..." Aku.
Saat malam datang, aku nengajak Tania latihan lagi seperti kemarin ia berlari dan aku yang mengejarnya. Bedanya malam ini Tania nggak pake baju sama sekali alias telanjang bulat, aku cuma ngasih ia ikat rambut. Tania melompat turun dari dahan pohon langsung berlari cepat dan hilang dari pandangan.
Dengan kemampuan Eagle Eye yang sudah sempurna dan bisa aku gunakan kapan saja secara mudah, aku bisa melihat Tania berlari ke arah lereng bukit sebelah barat. Saat ia berlari sesekali melompat ke atas pohon dan menyamarkan jejaknya, Tania mulai bisa mengontrol kekuatan vampirnya.
Aku turun dari dahan pohon tak lupa ganti baju dulu memakai celana olahraga pendek dan singlet yang di siapkan Tania. Aku kejar Tania dengan mengikuti aroma tubuhnya yang samar-samar, kalau aku masih vampir Alter aku pasti nggak bisa mengejarnya, karena sekarang aku sudah vampir origin aku bisa mengikuti Tania.
Sampailah aku di belakang Tania dengan jarak 10 meter, saat ia hendak melompat aku lompat duluan dan menangkap tubuhnya yang langsing itu. Aku pegang badanya pake tangan kiri, dan tangan kananku mengeluarkan batang kontolku. Aku langsung memasukkan kontolku dengan paksa ke lubang kecil memeknya.
*Bleshhh... Plak... Plak... Plak... Plak...*
"Arghhhhhhh... Master inihhhhhh... Enak tapi sakit Aduhhhhhh..." Tania.
"Hehehe... Kalau kau ketangkap, aku bakal mengentot memekmu sampai kau lemas..." Aku.
Tania hampir saja jatuh namun ia berpegangan pada batang pohon dengan badannya agak menunuduk. Aku di belakang Tania memegang pinggulnya sambil mengentot lubang memek kecilnya yang sempit, lama-lama lendir memeknya membasahi batang kontolku. Semakin keras dan cepat aku menggenjotnya, rasanya nikmat sekali.
*Plak... Plak... Plak... Plak... Plak...*
"Arghhhhh... Master inihhhhh... Enak banget Ahhhhhh... Terus genjot yang kenceng memek aku master Ahhhhhhh... Nikmatnya..." Tania.
Wajah Tania menoleh ke arahku sepertinya ia lupa dengan latihannya, ia tidak berpegangan pada batang pohon lagi melainkan memegang lenganku. Telapak tanganku tak ketinggalan meremas-remas toketnya yang bulat. Badan Tania semakin tegang dan gemetar hebat.