"Sayang yang sabar ya? Pasti kamu merasa kehilangan Ulfa banget kan?" Cana.
"Iya kau benar aku telat menyadarinya kalau Ulfa punya penyakit jantung" Aku.
"Apa dia sering ngisap ganja?" Cana.
"Luamayan sih hampir tiap malam Ulfa ngisap ganja" Aku.
"Sudah aku duga sayang, teman-temanku juga banyak yang meninggal seperti Ulfa, pulang yuk sayang? Udah sore" Cana.
"Kamu tunggu sini dulu ya? Aku mau ngantar ibu dulu" Aku.
Ibu kembali dari menaruh bunga di makamnya Ulfa, wanitaku yang cantik, manja dan cengeng itu sudah istirahat dengan tenang. Rasa terpukul dan sedih aku rasakan, aku, Cana dan ibu hanya kamilah yang mengantar kepergian Ulfa seorang perempuan yang tak punya keluarga hanya akulah keluarganya.
"Kamu pulang ya nak, masih ada Cana kok, lupakan Ulfa ya? Biar dia nyenyak isyirahatnya oke? Emuachhh... Ibu mau pergi dulu udah di tunggu sama tamu-tamu ibu emuachhhh..." Ibu.
"Iya bu, jaga diri baik-baik ya? Jangan banyak-banyak nerima tamu" Aku.
"Tenang saja sayang, ini terakhir kalinya. Ingat rencana kita?" Ibu.
"Emuachhhh..." Aku.
Aku dan ibu berciuman bibir tanda kasih sayang kami berdua. Ia menaiki mobil dan langsung di tarik oleh tamu ibu yang wajah mereka terkesima dengan kecantikan ibuku. Cana menggenggam tanganku yang sedang menatap Ulfa untuk yang terakhir kali. Dalam hatiku aku berkata selamat tinggal sayang kau wanitaku yang berharga.
"Emuachhh... Ahhhh... Sayang ini masih di makan ouchhhh... Tuh kan memek aku jadi basah sayang" Cana.
Aku memeluk Cana di sebelahku dengan gaunya tersingkap menampilkan pantat Cana yang indah dan semok, jemariku menelusup ke belahan memeknya membuat Cana tertaih jalanya. Sampai di parkiran motorku, Cana naik di depan mengendarainya. Aku di belakang memeluk Cana sambil mengusap-usap memeknya yang mulus dan indah serta basah. Tak lama kemudian kami tiba di rumah kosku.
Cana langsung telanjang bulat karena kalau di rumah ia harus telanjang bulat, katanya. Cana berdiri mengikat rambut hitamnya yang panjangnya sebahu, dengan payudaranya yang besar dan bulat dengan puting kecoklatan yang sangat menonjol ceria dan indah. Kulit Cana yang kecoklatan eksotis super mulus dan halus membuat kontolku selalu ngaceng di buatnya.
"Sayang aku buatin kopi ya?" Cana.
"Boleh-boleh bikin pake gelas yang gede ya Cana" Aku.
Cana menjawabku dengan ciuman bibir di pipiku, ia berjalan dengan pantatnya yang semok menuju dapur. Tak lama kemudian Cana membawa kopi gelas besar dan cerutu untukku dan Cana juga. Cana menaruh gelas di meja ruang tamu di depanku karena masih panas, lalu duduk di pangkuanku. Ku rasakan tangan kiri Cana menurunkan celanaku sampai kontol ngacengku di pegangnya.
"Sayang masukin kontolnya dulu ke anusku, biar enak kamunya sayang emuachhhh... Shhhhhh... Ahhhh... Tenang aja anus aku udah licin emuachhhh..." Cana.
*Blesh...*
"Ahhhhh... Enak Cana embhhhh..." Aku.
"Shhhhh... Ahhhh... Lebih enak lagi kalau udah mentok shhhhh... Uhhhh..." Cana.
*Plak...*
"Ehhhh... Sayang kebanyakan gelnya jadi licin banget shhhhh... Ahhhh... Anus aku geli banget ada kontol kamu uhhhh... Enaknya embhhhh..."
"Nggak papa Cana, uhhh... Enak banget kopi buatan kamu kayaknya" Aku.
"Iyahhh... Shhh... Bikinya pake cinta shhhh... Ahhhh... Susunya di remas sayang sambil minum kopi" Cana.