Aku dan kakak menemukan binatang iblis, yaitu singa api yang sudah dewasa yang sedang bertarung melawan kawanan serigala es. Aku dan kakak bersembunyi di balik batu melihat pertarungan keduanya yang sepertinya singa api terpojok karena serigala es berjumlah 7 ekor. Perarunan sengit itu di awali saling menembak bola es melawan bola api.
"Kita beruntung kak..." Aku.
"Sepertinya singa api itu terpojok dek... Adek tunggu sini dulu ya? Biar kakak yang beresin Emuachhhhh..." Kakak.
"Jangan lama-lama ya kak?" Aku.
"Iya dek... Nanti lagi main toketnya Emuachhhh..." Kakak.
Dengan busur yang terbuat dari kayu dan tali tendon binatang iblis jenis babi hutan, sekarang kakak tak membutuhkan anak panah kayu lagi. Dengan energi Qinya, kakak bisa mengembunkan api dan membentuknya menjadi anak panah. Soal menembak kakaklah jagonya. Tembakan panah api pun di luncurkan oleh kakak.
*Swoshhh.... Swoshhhhh... Swoshhh...*
*Jleb... Jleb... Jleb...*
Beberapa panah api yang di tembakkan kakak mengenai serigala es itu, sebanyak 3 ekor terkena panah api kakak dan mati terbakar. Sisa serigala itu di habisi oleh singa api dengan bantuan anak panah kakak. Aku di belakang kakak memeluknya sambil mencium pipinya, kakak tersenyum saat berhasil membunuh serigala es.
"Emuachhhh... Kakak hebat memanahnya... Padahal dari jauh banget jaraknya..." Aku.
"Emuachhhh... Kita tangkap singa api itu..." Kakak.
Aku dan kakak berlari menuju singa api yang terluka sehabis bertarung, saat singa api itu mengetahui aku dan kakak mendekat. Ia waspada bahkan menyemburkan api, kakak menunjukkan busur panah kakak dan singa api itu menjadi tenang. Kakak memberikan satu core kepada singa api itu langsung menelannya.
"Udah kak?" Aku.
"Udah dek... Dia namanya Liona... Singa betina..." Kakak.
"Mau kan kita jadikan tunganggan?" Aku.
"Mau kok... Emuachhhh..." Kakak.
Singa api bernama Liona ini sudah dewasa dan mengerti maksud kata-kata kakak sehingga ia pun bangkit berdiri. Aku naik ke punggungnya dan kakak menyusul naik di depanku dengan posisi membelakangiku. Kakak tersenyum nakal saat aku memeluknya dari belakang.
Dengan Liona yang aku dan kakak tunggangi perjalanan menjadi lebih cepat. Tak lama dengan kecepatan Liona sampilah di jalan Raya Royal Town menuju Black City. Jalan raya ini cukup ramai, ada yang naik kereta dan ada juga yabg naik aneka jenis tunggangan binatang iblis. Kakak mengendalikan Liona menuju ke arah Royal Town.
Sampai sore hari tak juga kunjung kelihatan Royal Town itu, aku dan kakak pun mampir ke penginapan. Liona di titipkan di kandang belakang oleh petugas, aku dan kakak memesan satu kamar penginapan. Penginapan ini cukup mewah dengan harga 1 koin emas per malamnya. Aku tak tahu 1 koin emas itu murah atau mahal karena baru kali ini aku di dunia luar.
"Adek jangan langsung tidur ihhhhh... Makan malam dulu..." Kakak.
"Iya kak..." Aku.
Makan malam dengan menu yang sudah di siapkan oleh pelayan penginapan di antar ke kamar. Menu makanan yang di siapkan ada sup daging dan 3 botol tuak rasa anggur. Aku dan kakak pun makan malam sampai habis sup daging itu. Jujur agak jarang aku makan sup, biasanya di suku Onyx cuma daging pangang buatan kakak aja.
"Hahhh... Kenyang..." Aku.
"Emuachhhh... Sayang nggak ada susu buat adek... Toket kakak belum bisa buat nyusuin adek..." Kakak.