Ujian kelas 6 pun kami lakukan dengan ribet, pake masker, baju panjang dan handsenitaiser. Sebelum masuk kelas cuci tangan, cuci muka sama cuci kaki dah kayak mau masuk mesjid deh. Tapi inilah yang harus kami lakukan karena makin hari makin banyak orang mati gara-gara virus yang baru beberapa bulan nyerang.
Setelah ujian aku dan Jujun menunggu pengumanan di depan rumah menunggu pengantar surat datang. Datanglah pak bon mengantar surat kelulusanku dan Jujun setelah kami buka aku dan Jujun lulus akhirnya. Kami pun berpelukan dan bergandengan tangan masuk ke rumah Jujun, menelpon orang tua kami, untuk menberi tahu kami lulus.
Nilai-nilai pelajaranku dan Jujun nggak jauh beda sih, udah aku bilang kan? Aku sama Jujun itu pintar cuma nakal dan jahil aja, jadi nilai kepribadian kami agak jelek. Setelah lega dengan pengumanan kelulusan yang menyedihkan, karena kami semua murid sekolah harus berada di rumah nggak boleh keluar, sekedar main pun nggak boleh, jadinya aku dan Jujun cuma bengong.
"Maen game bosen" Jujun.
"Nyampe pedih nih mata" Aku.
"Udah hawanya panas banget lagi, bikin nggak betah pake baju" Jujun.
"Telanjang aja yuk Jun? Kita renang" Aku.
"Bener tuh boy, buat olahraga kayaknya asik, nanti kalau capek tidur" Jujun
Aku dan Jujun berjakan ke belakang rumah sesampainya di kolam renang kami melepas baju sampai telanjang bulat dan kami taruh pakaian kami di kursi pantai. Aku langsung meloncat bersama dengan Jujun berlomba renang untuk sampai seberang, akhirnya yang menang Jujun karena ia lebih ahli dariku renangnya.
"Hihihi yang kalah dapet hukuman yaitu jilatin vaginaku kayak di video kemarin itu lho boy" Jujun.
"Yaudah tapi di cuci dulu ini lubang vaginanya Jun" Aku.
"Nah gitu dong boy, kalau lihat mukanya si cewek di video seperti keenakan gitu di jilat vaginannya" Jujun.
Jujun naik ke pinggiran kolam dengan penuh kemenangan, wajahnya ceria dan imut dengan mata sipit tambah sipit saat Jujun tersenyum. Ia mengangkat kakinya menjadi huruf M alis mengangkang memperlihatkan vaginannya. Vagina milik Jujun kini sudah ada bulunya namun pendek sekali dan masih jarang. Aku elus-elus vagina Jujun karena mengasyikan melihat wajah Jujun aneh dan mengaduh-aduh.
"Aduhh... Ahhh... Enak boy uhhh... Sini Jun lidah lu, jilatin vagina gue" Jujun.
"Sabar Liu Jun Mei..." Aku.
Aku agak kesal karena Jujun itu pemaksa anaknya, dengan menampilkan wajah imutnya siapa yang tega juga marah-marah sama dia. Aku memegang pinggiran kolan dan mendekati lebih dekat lagi ke vagina Jujun yang basah karena sehabis berenang dan di cuci sampai bersih. Aku cium pas lipatan vaginanya dengan bibirku, lalu lidahku keluar menjilati vagina Jujun kayak lagi jilat es cream.
Vagina Jujun terasa lembut dan halus serta hangat saat aku jilat dari bawah sampai ke atas. Lipatan rapat vagina Jujun aku buka menggunakan jemari tangan kiriku untuk menjangkau lubang vagina Jujun. Vagina Jujun mulai meneteskan cairan yang baunya terasa manis di hidungku. Aku tatap wajah Jujun nampak aneh dan mulutnya mendesis menikmati jilatan lidahku.
"Enak boy Shhhh... Ahhhh... Terus boy Embhh... Ahhhh... Enak banget boy Aduhh.... Ahhh..." Jujun.
"Slurup... Much... Much... Slurup..." Aku.
"Nah itu boy cenilnya di gituin tambah enak boy Shhh... Ahhh.... Ouch..." Jujun.
Aku terus menjilati sambil menekan cenil di bagian atas vagina Jujun yang aku buka menggunakan jemari tangan kiriku. Di bagian antara lubang vagina dan cenilnya aku melihat ada lubang kecil sekali mungkin inilah tempat keluarnya pipis Jujun. Vagina Jujun yang aku jilati kembali, mengeluarkan lebih banyak lagi cairan lendir yang kini membasahi area selangkangannya.