Hari sabtu pun tiba, semua siswi SMK YKP baru saja selesai olahraga senam bersama di halaman sekolah. Karena tidak ada pelajaran maka semua murid ada yang main basket, voli, futsal dan lainnya. Namun khusus untuk 5 siswi kelas 10 sedang bersiap dengan berganti baju celana pendek dan sport bra. Di tengah ruangan ada Jane dan Esti yang sedang menunggu kelima siswi baru tersebut.
Setelah siap Jane dan Esti mulai memberi aba-aba untuk mulai pemanasan dengan cara perenggangan, Esti dan Jane juga ikut pemanasan. Tak lama dari arah tangga Gaby datang bersama Fara dan juga Mila, Fara bertugas sebagai dokter dan Mila perawatnya. Gaby langsung melepas baju olahraganya dan hanya pakai celana pendek serta sport bra warna hitam.
"Hai Gab, sory mereka berdua yang mau ikut kita hari ini, mereka juga yang cancel dokter dan perawat yang biasa gua kontrak" Jane.
"Nggak papa... Udah selesai?" Gaby.
"Udah mereka siap di briefing" Jane.
"KALIAN SEMUA KUMPUL DAN SIAP..." Esti.
Kelima siswi berbaris satu barisan dengan tegap dan kedua tangan istirahat di belakang punggung. Dari semua yang ada di sana, Gabylah yang paling tinggi badannya, sehingga saat berjalan melihat fisik anak-anak baru itu harus sedikit menundukkan kepala. Pertama yang ia lihat tentu saja Reva si ketua OSIS baru yang paling bagus postur dan perawakan mereka.
"Pas gue masih kelas 10 seperti kalian, keadaan sekolah-sekolah terlalu brutal dan gawat. Banyak yang terjadi tawuran sampai memakan korban tewas. Dan pihak dinas pendidikan sudah capek menegur dan memberi sanksi. Untuk itu di bentuklah Fighter School Community atau yang semua lu tau FSC singkatannya. Dan hadir di sini juga, Fara Vayn selaku presdirnya..." Gaby.
"Dengan persetujuan dari dinas, semua sekolah di kota Magelang sepakat membentuk Arena Pertarungan kelas sekolah. Arena ini bertujuan bagi siswa atau siswi yang berbakat dalam bertarung tapi tak punya tempat sehingga kerap memicu konflik. Dengan Arena ini, semua konflik bisa di selesaikan di Arena. Beberapa bulan kemudian, tawuran tidak ada lagi..." Gaby.
"Sekarang tiap sekolah harus mempunyai Fighter untuk melindungi sekolahnya masing-masing. Nantinya Fighter ini akan menerima tantangan dari sekolah lain, atau bisa juga menantang sekolah lain. Dan bagi yang memang akan mendapat kehormatan dan hadiah yang berlipat. Buat yang kalah mereka harus menuruti permintaan yang menang, dan bagi Fighternya sendiri, dia juga dapat hadiah meski kalah..." Gaby.
"Kalian semua sudah terpilih menjadi Fighter alias pelindung sekolah ini. Ini adalah kesempatan untuk kalian semua untuk mulai berkarir, tentu saja ada kelebihan dan kekuranganya. Kalian tidak perlu repot memikirkan biaya sekolah, apa bila menang dapat hadiah 3 kali lipat itulah kelebihannya. Dan kekurangannya, kalian harus siap sakit, cedera atau konsekuesi lainnya..." Gaby.
"Bagi yang nggak siap jadi cacat, kalian bisa turun dan meninggalkan lantai dua base camp ini..." Gaby.
Lima gadis siswi baru tersebut tetap berdiri, mereka tidak ada satu pun yang berniat turun dari lantai dua base camp. Gaby memberi isyarat kepada Jane untuk menutup pintu masuk ke lantai dua. Setelah tertutup pintunya, Gaby tiba-tiba berbalik dan mendekati Reva ketika sampai di depan gadis itu, dengan santai Gaby meninju perutnya, Reva meringis wajahnya tapi tidak amburk, ia hanya menuduk.
*Bughhh...*
"Arghhhh..." Reva.
*Bughhh...*
"ARGHHH..." Lina.
*Bughhh...*
"Aduhhh..." Devi.
Gaby lanjut meninju gadis sisinya entah siapa nama mereka selain Reva, Lina dan Devi, Gaby pun sepertinya tidak tahu nama mereka. Wajah Gaby datar saja ketika melihat lima gadis itu menundukkan punggung sambil memegang perut mereka, kecuali Reva yang tetap berdiri. Ketika melihat gadis selain Reva, Gaby cukup kecewa dan ia berbalik menatap Esti. Pacarnya Jane itu mengeryit membalas tatapan Gaby.