Sudah 3 bulan sejak suami Tinah meninggal dunia, dan aku tak sempat melayat, tentu saja ogah amat. Aku pun semakin gencar membalas chat Tinah, karena si brengsek itu udah mati, jadi nggak ada lagi penghalang. Saatnya aku mengambil apa yang akan jadi milikku.
Hari ini aku tengah menunggu dengan sabar di dalam mobil, aku dapat informasi kalau Tinah mau pulang ke rumah orang tuanya. Dan aku lihat Tinah sudah keluar rumahnya ia lagi menunggu jemputan ojek sepertinya. Aku pun datang dengan mobil sewaanku.
Aku langsung menarik Tinah masuk ke mobilku dan tak lupa kopernya. Dengan singkat aku langsung mengendarai mobil secepat aku bisa ke apartemenku. Tinah di dalam mobil tampak bingunh dan syok tidak tahu kalau aku sedang menculiknya. Sampai di apartemen, aku ajak Tinah masuk ke apartemen milikku dengan ku todong senjata.
Sampai di apartemenku, aku dan Tinah masuk, aku kunci pintunya. Aku langsung melepas bajuku sampai telanjang bulat dan itu membuat Tinah seperti ketakutan berdiri di dekat tembok. Aku lepas topi, masker dan kacamataku sehingga Tinah tahu kalau akulah yang menculiknya. Tinah malah menubrukku dengan badan montoknya sampai aku terhuyung.
"Ihhhh... Mas Remi, adek ketakutan tahu mas..." Tinah.
"Hehehe... Adek udah mas culik dan nggak boleh ke mana-mana" Aku.
"Emuachhh... Adek nggak akan kabur kok, mas mau perkosa adek ya? Hihihi..." Tinah.
"Mas bakalan perkosa adek tiap hari sampai adek hamil, uhhhhh... Susunya tambah gede aja sih..." Aku.
"Ihhhh... Mau dong mas embhhhh... Di hamilin masnya.... Ahhhhhh... Mas ini nggak berubah tetap saja nakal dan ahhhhhhh... Mas sabar dong" Tinah.
"Adek buruan lepas gamisnya, kangen memek" Aku.
"Memek adek juga kangen kontolnya mas ahhhhh... Maaf ya mas adek belum cukur jembut hihi..." Tinah.
"Nggak papa dek, yang penting adek telanjang dulu, uhhhh... Susunya gede banget sih..." Aku.
"Kan mas sendiri yang bikin susu adek jadi gede begini mas ahhhhhh... Mas ini langsung aja nyosor uhhhhh... Embhhhh... Pelan-pelan mas nyedot puting adek nanti mas keselek ahhhh... Embhhhh..." Tinah.
Saat Tinah tengah melepas gamisnya dan pakaian dalamnya, aku langsung menjilat puting payudaranya yang jumbo dan indah milik Tinah. Ia hanya tertawa renyah melihat ulahku sambil melepas kerudungnya. Meski Tinah kelihatan baik tapi ia juga punya sisi yang nakal juga kalau sama aku.
Tinah sampai terhuyung saat aku jilat putingnya seperti ia kesengat kenikmatan dan duduk di sofa. Payudara jumbonya aku remas-remas dengan gemas sambil merasakan kenyalnya. Tinah memegang batang penisku ia kocok-kocok perlahan sambil ia tempelkan ke vaginanya.
"Adek masukin ya mas? Embhhh... Udah lama lho adek nggak di entot kontolnya mas uhhhh... Baru nempel udah enak mas ahhhh..." Tinah.
*Blesh...*
"Ahhhh... Memek adek tetep sempit nggak berubah ouchhhhh... Enak dek" Aku.
"Uhhhh... Mas ahhhhh... Ayo mas hamilin adek, udah ngebet mau baby ahhhhh... Embhhhh... Ouchhhh... Mas kontolnya enak banget ahhhh... Emmuach..." Tinah.
*Plak...*
Aku dorong agak keras penisku ke dalam vagina Tinah yang banyak bulunya belum ia cukur, memang yang paling istimewa vagina Tinah. Sempitnya bikin aku merem melek mengentotnya. Tinah juga merasakan hal yang sama denganku, ia membantuku mendorong penisku keluar masuk di lubang vaginanya.
*Plak... Plak... Plak... Plak... Plak...*
"Ayo mas embhhhh... Yang semangat ngentotin adek biar cepat hamil ahhhhh... Ahhhhh... Enak mas... Adek seneng deh di culik sama mas ouchhhhh... Yang punya kontol paling enak embhhhh..." Tinah.
Tinah adalah type wanita yang ribut kalau bercinta denganku, suaranya merdu dan seksi sekali sangat menggairahkan. Selain suaranya yang seksi, Tinah juga nakal kalau pas lagi berduaan sama aku. Pernah dulu kami nyewa hotel seminggu, dan selama itu ia nggak pernah pake baju.
"Embhhh... ahhhh... Mas ouchhhhh... Ini apartemen punya mas kan?" Tinah.
"Iya dek. Punya mas sendiri ahhhh... Memek adek enak sempit" Aku.
"Ouchhhh... Jelas dong mas... Adek rawat memeknya... Ahhhh... Biar mas nggak lupa sama adek... Ouchhhh... Mas adek bisa telanjang terus di apartemen mas ini ouchhhhh... Mas memek adek mau muncrat arghhhhh... Arghhhhh..." Tinah.
*Plak... Crut... Crut... Crut... Crut...*
"Banyak banget dek?" Aku.
"Ahhhhh.. hah.. hah... Ini akibatnya kalau mas nggak pernah nengok memek adek... Uhhhh... Mas... Adek mau lagihhhh... Enak..." Tinah.
"Gantian dong adek yang goyang" Aku.
"Emuachhhh... Iya mas... Cabut dulu kontolnya mas uhhhh... Enak" Tinah.
"Di kulum dulu dek" Aku.
"Slurup.. cup... ahhhh... Udah mas bentar aja ya? Nanti lagi adek kulum kontol mas, memek adek udah nggak kuat lihat kontol mas yang enak" Tinah.
Aku cabut penisku lalu duduk bersandar di sofa, melihat Tinah mengulum penisku sebentar lalu ia mengusap-usap vaginanya yang basah kuyub. Ia pegang penisku dan di gesekkan ke vaginanya, agak susah saat memasukkan penis. Tapi saat sudah masuk kepala penisku, Tinah menurunkan badannya pelan-pelan sampai selangkangan kami bersatu.
*Blesh....*
"Arghhhhh... Mas enak... Uhhhh... Kontolnya mas ngangenin memek adek... Ahhhhh... Ahhhhh... Ahhhhhh... Embhhhh..." Tinah.
"Susu adek mantep di remas-remas enak nggak dek?" Aku.
"Ahhhhh... Ahhhh... Pake banget mashhhhh... Ouchhhh... Memek adek nggak mau berhenti ahhhhh... Embhhhh... Adek mau di entot kontol mas sampai adek lemas ahhhhh... Ahhhh... Terus remas susu adek mas ahhhhh... Enak banget uhhhhh... Ngentot sama mas ahhhhh..." Tinah.
"Adek bikin mas tambah cinta deh... Uhhhhh... Memek adek sempitnya ahhhhh... Susunya..." Aku.
Tinah bergoyang indah mengenjot penisku dengan jepitan vaginanya yang sempit dan licin. Payudaranya yang besar bergoyang-goyang ceria dengan putingnya yang mencuat ereksi. Tinah semakin gila membuat penisku seperti di hajar lubang vagina sempitnya sampai aku tak tahan.
*Plak... Plak... Plak... Plak... Plak...*
"Arghhhhh... Arghhhhh... Adek lebih cinta sama mas ahhhhh... Mas mau nunggu adek sampai sekarang embhhhhh... Adek pasrah sama mas ahhhhhh... adek mau muncrat lagi mashhhhhh..." Tinah.
*Crut... Crut... Crut... Crut... Crut...*
Tinah memeluku erat sekali, badan montoknya terasa kejang-kejang saat penisku di semprot cairan cintanya. Tinah sampai terengah-engah badanya menjadi lemas dan lunglai memelukku erat tak mau melepaskanku saat aku ingin mencabut penisku. Vagina Tinah terlalu nikmat aku lepaskan.
Aku pindah posisi dengan telentang di atas sofa sambil memeluk Tinah, pelan-pelan aku gerakkan penisku mengentot lubang vaginanya yang selalu sempit. Vagina Tinah selalu kembali sempit mungkin karena badannya montok. Semakin cepat aku bergerak semakin aku tak kuat lagi.
*Crot... Crot... Crot... Crot... Crot...*
"Ahhhhhhh... Dek enak banget... Uhhhhh... Hah... Hah..." Aku.
"Iya mas huh... Huh... Capek mas emuach... Masnya keluar banyak banget" Tinah.
Tinah kembali tersenyum mencium bibirku, senyum yang tanpa beban bersamaku. Aku senang karena apa yang menjadi milikku kini kembali padaku, meski aku pria bangsat tapi aku akan menjaga Tinah di sisiku. Mempertahankan orang yang kita cintai lebih sulit di banding mendapatkannya. Singkatnya, kita bisa beli tapi merawatnya dengan baik?.
"Mas uhhhhh... Kontol mas masih ngaceng tapi adek lapar mas, adek masak dulu ya? Di kulkas ada apaan mas?" Tinah.
"Ada nuget ayam dek, sama mi instan" Aku.
"Makanan nggak sehat semua mas emuachhhh... Besok belanjain adek ya mas? Nanti adek catat apa saja yang harus di beli" Tinah.
"Iya dek, emuachhh..." Aku.
"Mau ikut adek masak mas?" Tinah.
"Uhhhhh... Mau dong" Aku.
"Ayo mas ahhhhhh..." Tinah.