Latihan pun selesai karena ke 7 remaja itu sudah memutari hutan sebanyak 100 kali, dari pagi sampai siang hari dengan di tandai sinar bulan sangat terang menyinari dunia bawah ini, dan sinarnya sampai ke suku Onyx yang berada di bawah sekeliling tebing tinggi. Garan si kepala suku turun dari punggung Dragon seorang diri.
"Baiklah anak-anak, latihan hari ini selesai dan lanjut nanti malam kalian berkultivasi di rumah masing-masing, sekarang ayo kita pulang" Garan.
Dengan rasa lelah dan lesu, semua remaja menjatuhkan gelondongan kayu ke pojok lapangan yang berada di selatan suku Onyx. Mereka berjalan pulang ke rumah masing-masing, dan terliht Garan berjalan paling belakang sambil menunggu istrinya turun sarang raja dragon yang berada di agak bawah tebing.
Begitupun dengan Liya dan Doni yang bergandeng tangan sambil saling tatap-tatapan penuh senyum senang karena sehabis latihan bareng dan menjadi pertama yang menyelesaikan latihan. Mereka berdua berjalan menuju gerbang barat laut suku Onyx, di sebelah kanan setelah masuk gerbang rumah mereka berada.
Rumah kecil nan sederhana terlihat dari luarnya, berada di dekat gerbang barat laut suku Onyx. Liya memgajak adiknya itu masuk ke rumah, Liya langsung ke dapur kecilnya menyiapkan makan siang berupa daging pangang dan segelas tuak khas suku Onyx yang terkenal memabukkan bagi yang tidak terbiasa minum.
"Dek mau makan dulu apa mandi dulu?" Liya.
"Makan kakak aja boleh?" Doni.
"Ahhhhh... Badan kakak bau Uhhhhh..." Liya.
"Hihihi... Maaf ya kak" Doni.
"Emuachhh.... Adek jangan nakal dong nanti kita nggak makan-makan kalau kakak di nakalin sama adek terus..." Liya.
"Makan dulu yuk kak? Habis ini kita beruru kan?" Doni.
"Ohhh... Iya kakak lupa" Liya.
Rumah kecil dengan 2 ruangan jumlahnya itu berada di samping kanan kiri setelah pintu masuk. Ruangan pertama ada ruang tamu dan dapur, sedangkan ruangan kedua ada kamar tidur dan kamar mandi. Antara ruang pertama dan kedua tidak ada sekatnya kecuali kamar mandi, itu pun hanya sekat terbuat dari kain biasa alias korden.
Di meja makan sudah siap dengan menu potongan daging panggang dan segelas besar tuan khas suku Onyx. Liya dan Doni makan siang dengan lahapnya karena mereka kelaparan sehabis latihan fisik bersama Kepala suku. Setelah makan tak lupa minum, keduanya langsung bersiap-siap dengan perlatan berburu mereka yaitu cloth storage dan panahu.
Doni memakai baju singlet, celana pendek dan sepatu flat, sedangkan Liya memakai swimsuit, sepatu flat dan tak lupa tas ajaib berisi perlengkapan berburu mereka. Mereka berdua pun berjalan keluar rumah tak lupa mengunci pintu. Melalui jalan setapak menuju tebing yang biasa mereka panjat.
Ada jalur khusus tebing yang di panjat dan aman dari para Dragon yang bersarang di sekeliling tebing itu. Jalur ini biasa di lalui oleh warga suku yang hendak berburu di hutan Goby atau berpergian ke kota Black City yang lumayan jauh jaraknya. Liya dan Doni mulai memanjat tebing yang tingginya sekitar 400 kaki.
Tanpa menggunakan tali pengaman atau pelindung lainnya, mereka berdua memanjat tebing tanpa kesulitan sama sekali, dan kecepatan memanjatnya juga menakjubkan. Sampai akhirnya mereka berdua sampai di atas tebing setelah setengah jam memanjat, istirahat sejenak mereka berdua lanjut berjalan ke hutan pedalaman Goby.
"Kakak kita sampai" Doni.
"Di sini tempat kelinci tanduk sering lewat dek, ayo kita sembunyi di dahan pohon kayak kemarin" Liya.
Liya dan Doni naik ke dahan pohon terdekat, tak jauh dari pohon yang mereka jadikan tempat bersembunyi ada sungai kecil. Jalur inilah yang sering di lewati binatang iblis kelinci tanduk dan binatang iblis lain yang ukurannya cukup kecil. Dengan sabar mereka berdua menunggu dengan anak panah siap menembak.