"Sayang bangun yuk? Slurup... Ahhhh... Itu ada tamu slurup... Ahhhh... Ayo dong bangun sayang, mulut aku udah pegal ngemut kontol kamu nihhh..." Ulfa.
Aku pun bangun dan duduk mengelus-elus pipi Ulfa yang halus dan lembut kulitnya tengah mengembung karena ada kepala kontolku di dalam mulutnya. Karena ada tamu yang datang aku memegang kepala Ulfa menariknya agar ia melepaskan kontolku. Ulfa mengemut dan menghisap kontolku yang basah keluar dari mulutnya.
Ulfa berdiri mengambilkan celana dalam dan kimono untukku, aku memakainya dan keluar kamar membukakan pintu. Saat aku melihat siapa yang datang aku terkejut karena ada wanita sangat cantik, dengan payudara besarnya yang menakjubkan. Ternyata itu adalah Cana, aku heran kenapa ia bisa ada di sini.
"Kenapa kamu ada di sini?" Aku.
"Boleh aku masuk dulu?" Cana.
"Oke silahkan... Duduklah" Aku.
"Makasih Bent, aku ke sini karena kemarin malam ada yang membeliku, aku tak tahu siapa orang itu, dia cuma memberikan aku alamatmu, juga aku mau minta maaf dulu di panti..." Cana.
"Jangan ceritakan yang sudah berlalu" Aku.
"Maaf... A-aku bawa dokumenku, dan aku sekarang milikmu" Cana.
"Oke sepertinya nasibmu menyedihkan, aku jadi lega akhirnya balas dendamku sama kamu selesai, sekarang kau milikku kan?" Aku.
"Iya Bent... Sayang" Cana.
"Bagus deh kalau gitu, lupakan yang lalu karena itu nggak ada gunanya, yuk aku kenalin sama Ulfa" Aku.
Aku memanggil Ulfa yang baru saja mandi ia langsung datang mencium mesra bibirku. Aku mengenalkan Ulfa kepada Cana yang sudah menjadi milikku. Ulfa menyimpan berkas dokumen Cana ke lemari kamarku menjadi satu dengan dokumennya. Ulfa telanjang bulat dan duduk di sebelah kananku sedangkan Cana di sebelah kiriku.
"Sayang terima kasih" Cana.
"Iya Cana" Aku.
"Kita pake baju kalau di suruh aja Cana jadi segeralah buka bajumu" Ulfa.
Cana berdiri di depanku melepas bajunya sampai telanjang bulat. Cana seorang cewek yang sangat cantik, kulitnya mulus halus dan berwarna kecoklatan. Usia Cana sama dengan Ulfa, dua cewek milikku ini juga sama besar payudaranya, beda warna puting aja. Cana sudah tak canggung lagi tersenyum cantik dan mulai nakal. Ada ekpresi lega dan bahagia di wajah cantiknya itu.
Aku mengingat masa laluku saat aku di panti sering di bully oleh Cana dan teman-temanya. Pertama kalinya aku takut, namun perlahan aku menjadi marah tapi saat itu cuma aku pendam saja. Aku tak tahu perjalanan hidup Cana sampai saat ini, aku tak begitu peduli karena sekarang itu tidak penting lagi. Sambil mengenang masa lalu aku mengelus-elus memek Cana dan juga menek Ulfa.
Cana dan Ulfa kini mengecup pipiku sambil bersandar di pundakku. Postur badan Ulfa dan Cana nggak berbeda sih, beda warna kulitnya aja. Payudara Cana dan Ulfa bulat penuh besar dan indah, putingnya ceria ereksi menekan samping dadaku. Tanganku melingkari Cana dan Ulfa dan berakhir telapak tanganku mengelus-elus memek mereka berdua yang semakin basah.
Karena berebut untuk mencium bibirku, Ulfa malah mencium Cana dengan bibirnya melumatnya sampai Cana kewalahan di depan wajahku, kalau nggak di pisah bisa gawat nantinya. Aku memeluk dengan satu tanganku dan meremas-remas payudara Cana menggunakan tangan lainya, Ulfa melepas ikatan kimonoku sambil jongkok menurunkan celana dalamku juga.
"Cup... Shhhhh... Kontol kamu bagus banget sayang, aku jadi pengen setahun semua lubang aku nganggur" Cana.
"Aku dengar kamu di beli sama bos besar?" Aku.