03 Mengejar Mantan

1.9K 17 0
                                    

Tante Nike sudah lama nggak ke apartemenku lagi karena ia baru saja lahiran. Aku pun nggak berani muncul takut rumah tangga tante berantakan. Nggak lama ketemu dan main sama tante Nike aku kangen juga tapi aku malah dapat kabar nggak enak.

Tante Nike dan keluarganya bermaksud pindah rumah karena suaminya yang di pindahkan kerja sekaligus tante Nike biar ada yang bantu ngurus babynya. Tante Nike mau pindah ke rumah orang tuanya sehingga mau nggak mau kami harus berpisah. Tapi tante Nike berjanji bila ada kesempatan akan mengunjungiku.

Dan hari ini tante sudah sembuh sehabis melahirkan, tante Nike melahirkan dengan cara normal sehingga cepat sembuh dan pulih. Tante Nike datang sedirian ke apartemenku bermakud mau pamit, tentu saja aku tak membiarkan tante begitu saja.

"Tante nggak mau? Udah sembuh kan vagina tante?" Aku.

"Embhhh... Mau bangetlah sayang, tapi dokter belum boleh, emuachhh... Uhhhh... Tante sedih harus jauh sama kamu" Tante Nike.

"Tante nggak di sini aja sih?" Aku.

"Pengennya sayang tapi tante juga kangen sama mamanya tante" Tante Nike.

"Tapi kontolku pengen tan" Aku.

"Emuachhh... Slurup... Yaudah deh tante puasin dulu kontol kamu pake mulut tante slurup... Cup..." Tante Nike.

"Nahhh... Gitu dong tan, emut yang enak tan ahhhhh..." Aku.

"Slurup... Cup..." Tante Nike.

Aku berbaring dengan tante mengemut penisku sampai mentok, tante menarik mulutnya sampai tinggal kepala penis di dalamnya lalu memasukkan lagi penisku berulang-ulang. Ku lihat tante Nike memejam matanya sambil merasakan nikmatnya penisku di dalam mulutnya.

Saat tante ingin mengocok batang penisku, aku cegah karena aku hanya ingin mulut tante Nike saja. Ia pun mengerti apa mauku, tante Nike dengan gemas memasukkan penisku sampai dalam-dalam ke mulutnya. Aku tak bisa bernafas untuk sejenak karena rasanya nikmat sekali.

"Ahhhhh... Tante enak banget embhhh... Ahhhhh... Tante emang jagonya ngemut kontol ahhhh..." Aku.

*Clup... Clup... Clup...*

Tante fokus terus menyedot penisku sambil kepalanya naik turun, penisku keluar masuk mulut tante Nike yang rakus sekali. Tangan tante mulai gerayangan memainkan bola pelerku, ia remas-remas lembut dan pelan sekali sambil terus menyedot penisku. Akhirnya aku tak tahan lagi.

*Crot... Crot... Crot... Crot... Crot...*

Badanku tersentak kaku dan kejang saat spermaku menyebur di dalam mulut tante Nike yang langsung menghisapnya. Tante menelan habis sperma di dalam mulutnya sembari menghisap dan mengemut kepala penisku. Aku sampai terengah-engah karena kenikmatan yang aku dapatkan.

"Ahhhhh... Hah... Hah... Tan kalau kayak gini enaknya sulit deh pisah sama tante" Aku.

"Yah mau gimana lagi sayang, kamu tahu kan tante udah nggak muda lagi saatnya kamu move on oke?" Tante Nike.

"Minta doanya ya tan?" Aku.

"Pasti dong sayang... Emuachhhh... Terima kasih udah selalu ada buat tante ya sayang? Mungkin kalau nggak ada kamu rumah tangga tante udah berantakan sering cek cok sama sumai karena jarang bisa muasin tante. Sekarang tante udah punya baby setidaknya tante bisa coba sembuhin hyper seks tante" Tante Nike.

"Sama-sama tante, aku nggak bisa ngasih apa-apa tan, orang semua yang aku punya juga berkat bantuan tante" Aku.

"Iya semuanya milik kamu kok, tante nggak bakal ungkit kalau udah tante kasih emuachhhh... Tante pamit ya sayang? Kapan-kapan kita ketemuan lagi oke? emuachhhhh..." Tante Nike.

Aku melepas kepergian tante Nike dengan pelukan hangatku, sebelum tante keluar pintu apartemenku aku pakai baju. Aku lihat tante meninggalkan uang segepok di meja kamarku. Aku mengantarnya sampai di mobil, rasanya agak sedih sih tapi yah sudahlah.

Aku kembali lagi ke kamarku mencoba menghilangkan kesedihanku dengan menyempurnakan rencana merebut Sutinah ke pelukanku. Aku mendengar kalau baoaknya sudah mati akibat syok suami Tinah madul ternyata. Jadi tak bisa memberinya cucu.

Dulu aku di tolak ketika meminta restu pada bapaknya yang seorang pemuka agama, katanya aku goblok dan miskin namun sekarang ia sudah kena batunya. Aku dan Tinah tidak putus hubungan begitu saja kami tetap saling berteman baik. Namun dia agak jaga jarak dariku.

Sutinah namanya memang kampungan, banyak temanku yang mengejekku. Tapi mereka belum tahu apa di balik baju gamis Sutinah di dalam bajunya itu ada badan montok dan menggairahkan dengan payudara jumbonya. Dan yang terpenting ia baik hati padaku.

Aku pun mencari GPS ponsel Tinah dan sekarang dia ada di rumah sakit. Aku pun bersiap-siap menemui Tinah rumah sakit entah gerangan apa di ia di sana mudah-mudahan ia tidak sakit. Dengan ojek online aku berangkat ke rumah sakit.

Aku sampai di kamar no 6 aku lihat di kaca kecil Tinah tengah duduk di sofa sambil bermain ponsel. Saat aku buka pintunya tidak terkunci, aku pun mengintip dahulu ternyata suaminya sedang koma. Pantas saja Tinah aku cari di GPS berada di sini.

Tinah sepertinya sedang tertidur di sofa nampak pulas namun wajahnya ada raut lelah di sana. Aku melihat dulu suaminya dan dia masih koma, tadi di aku sempat tanya-tanya tentang pasien ini ia sudah sakit stroke ternyata dan komplikasi penyakitnya.

Aku trentuh melihat wanita yang sudah punya suami tapi tidak bahagia dan batinya tertekan karena orang tuanya. Tidak salah sih orang tuanya menjodohkan putrinya tapi jangan melihat luarnya saja, dan apa bila di paksakan makan seperti Tinah ini jadinya.

Sebagai mantan dan teman yang sedikit baik, aku selalu menghiburnya dengan menanyakan kabar atau apa itu yang bisa membuat ia tersenyum. Wanita sepertinya dan banyak wanita lainnya selalu memendam perasaan tertekan, tersenyum tapi batin tertekan.

Wanita ini beruntung di lahirkan di keluarga yang baik di mata umum, ia di didik menjadi pribadi yang baik oleh ibunya, namun entah karena hutan atau apa bapaknya malah menjodohkan dengan pria tak berguna yang sekarang stroke dan koma berbaring di depanku.

Aku juga bukan pria yang baik meski tampangku kalaem begini, aku tumbuh di jalanan dan sudah mengenal apa itu kerasnya hidup. Tapi demi wanita yang aku sayangi, aku rela menunggu Tinah. Dan tak lupa berharap semoga suaminya cepat mati.

Aku usap pipinya sambil hatiku merasa sakit, wajah Tinah kuyu ia seperti selalu begadang tiap malam. Jika wanita ini bisa bahagia dengan suaminya, tentu aku tak akan mengganggunya. Tapi melihat ia selalu menangis lewat pesan-pesannya yang tak aku balas, aku jadi tidak rela.

Aku buka surat yang aku tulis beberapa hari yang lalu, surat ini sebagai balasan untuk Tinah yang selalu mengirimku pesan lewat ponsel. Mudah-mudahan ini bisa membuatnya kuat dan tersenyum serta punya harapan kembali. Aku baca sekali lagi suratku dalam bentuk puisi.

Tuhan menakdirkan jodoh kita
Siapa itu semut pun enggan memberi tahu
Maka aku harus bertanya pada siapa?
Apakah denganmu wanita sederhana?

Butanya cinta tak memandang usia
Runtuhnya hati tetap kan terjaga
Meski rindu menggebu terhalang debu
Cinta kan menebus dan berlabuh

Selama nafas memenuhi rongga-rongga
Tubuh rapuh seorang manusia kuyu
Cinta kan ia kejar sampai gerhana
Tak peduli kakinya tersandung waktu

Mengais sampah puing hati yang semu
Yang kau hancurkan dengan pinangan
Hanya tinggal satu puzzle kan bertemu
Apakah dengamu wanita sederhana?

Ku harap dalam malam bersama bintang
Tengadah wajah menatap mendung
Rangkaian bintang membentuk wajah
Berhias kerudang merah wajah lelah

Ku tinggalkan doa dalam harapan
Dalam tangan ku buka menahan
Jemputlah angin rinduku yang hilang
Ke dalam sanubari wanita pujaan

Garis takdir akan bergulir
Menuju dua hati yang saling terukir
Jangan kau takut terjatuh oleh garis
Karena dewa dan dewi menatap kita

Setelah aku baca dan aku sendiri yang nulis malah jadi bingung, aku selipkan surat ini ke saku gamisnya. Mudah-mudahan Tinah bisa menaruh harapannya lagi padaku. Meski aku asal-asalan bikin puisi pasti Tinah tahu apa maksudku. Ku lihat sekali lagi Tinah dan aku cium keningnya lalu aku pun pulang.

Love story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang