***Pov Clint**
Namaku Clint, aku adalah anak korban keegoisan para orang tua yang cuma suka bikin anak tapi ogah merawatnya. Papaku memang aktor terkenal, nggak suka judi dan mabuk-mabuk tapi hobinya bawa jablay. Sedangkan mama juga aktris tapi sudah jadi lesbian sekarang dan sudah punya istri baru. Sungguh berantakan sekali keluargaku.
Karena papaku yang hobinya bawa jablay itu, saat malam aku selalu nggak bisa tidur karena suara desahan yang nggak di tahan oleh jablay yang di bawa papa membuatku tak betah di rumah. Aku pun meminta papa membelikan aku rumah sederhana karena aku ingin hidup mandiri. Dan papa menyanggupinya dengan enteng mengirim uang banyak ke rekeningku.
Aku membeli rumah kecil mirip kos-kosan, ada ruang tamu, dapur dan kamar mandi saja, jadi ada 2 buah ruangan, satu ruang tamu serbaguna karena tempat tidur, belajar semuanya di sini, dan ruang kedua yaitu dapur dan kamar mandi. Ada halaman kecil seluas 2 x 4 meter, hampir sama dengan halaman depan yang ada pagarnya.
Dan di mulailah hidup baruku, aku harap di sini aku menemukan ketenagan agar aku bisa fokus belajar karena sebentar lagi ujian kelulusan. Aku ingin segera lulus untuk segera memulai usaha baru sebagai aktivitasku nantinya. Selain mencari duit juga menghabiskan waktu, aku ingin membuka kedai kopi.
Setelah seminggu lamanya aku menjadi kenal dengan tetanggaku yang bernama tante Rita rumahnya tepat di sebelah kiri rumahku, seorang wanita dewasa yang sudah menikah dan punya anak 1 masih bayi. Tante Rita orangnya gemuk tapi cuantik sekali, dan ramah tentunya serta baik, Senyumnya bikin aku semangat dan aku suka saat pandangan pertama waktu itu.
Sehari-harinya tante Rita cuma berkatifitas di rumah saja, mengurus bayi laki-lakinya sedangkan suaminya bekerja di kapal pesiar sebagai koki. Jadi tante Rita selalu sendirian di rumah hanya dengan bayi laki-lakinya saja. Entah kenapa aku bisa suka sama tante Rita itu aku juga nggak ngerti.
Setiap aku melihat tante Rita menjemur baju di halaman belakang rumahnya, aku selalu mengintip lewat jendela dan setiap kali aku melihat tante Rita kontolku selalu ngaceng keras sekali. Aku ingin sekali merasakan tubuh tante Rita itu yang gemuk tetapi seksi di mataku. Aku di sadarkan oleh suara ketukan pintu di depan, aku pun membukanya ternyata ada tante Rita.
*Tok... Tok... Tok...*
"Dek, lagi di rumah?" Tante Rita.
"Bentar tante, ohhh... Ada apa tan?" Aku.
"Bisa minta tolong gantikan kran kamar mandi dek? Nanti tak kasih kue deh" Tante Rita.
"Ohhhh... Bisa kok tan, di coba dulu" Aku.
"Makasih ya dek, ayo!" Tante Rita.
Aku pun mengangguk dan berjalan mengikuti tante Rita ke rumahnya. Ia memmperlihatkan keran di kamar mandi saat aku lihat ternyata bocor, aku pun menggantinya dengan yang baru. Agak susah sih awalnya melepas kran itu, namun dengan paksa aku melepaskanya hingga keringatku menetes karena hawa panas.
"Udah selesai tan, ACnya mati ya tan?" Aku.
"Iya dek, soalnya listrik tante matiin, bentar ya?" Tante Rita.
Tante menyalakan lagi listriknya dan AC pun menyala, badanku mulai nyaman dan sejuk. Rumah tante Rita lebih besar dari pada rumahku, ruang tamunya saja mewah bagiku. Aku duduk menunggu tante Rita yang sibuk di dapur sambil menggendong bayinya yang sedang tidur.
"Ini dek tante buatin es jeruk" Tante Rita.
"Iya tan, makasih" Aku.
"Tante yang harusnya bilang makasih dek udah di bantuin soalnya" Tante Rita.
"Kalau ada apa-apa bilang saja sama aku tan, pasti aku bantu kok" Aku.
"Hihi... Makasih deh, oh iya udah makan belum dek? Tante bikinin mi rebus mau?" Tante Rita.