Wanita itu tak mau memberi tahukan namanya, katanya nggak di bolehin sama aturan desa. Wanita cantik itu memberi tahuku sebuah kerajaan Underland yang berada di arah selatan. Aku sangat kagum dengan kecantikan, murni seperti bidadari.
"Kau berjalan saja ke arah selatan lewat jalan setapak ini, maka kau akan sampai di kerajaan Underland"
"Ya sudah terima kasih nona, ini pisaunya, selamat tinggal..."
Aku di antar wanita itu sampai keluar hutan dan saat aku berbalik mereka sudah hilang dengan pisau dan daging leleku. Sekarang aku cuma bawa tombakku saja, berjalan lagi di bawah sinar matahari nan hangat. Ada pada rumput yang lumayan luas di tengahnya ada danau.
Wanita itu juga menceritakan padaku kalau di dunia ini ada berbagai Ras dunia ini ada ras Manusia, Kurcaci dan Monster. Kerajaan Underland adalah satu-satunya kerajaan monster di pulau yang bernama lengkap Outer Island ini. Aku pun berjalan santai ke arah selatan.
Di dunia ini aku bakal menjalaninya dengan sepenuh hati, untuk mengenang kehidupan lamaku, aku mendendangkan sebuah lirik lagu. Lagu yang aslinya rock namun saat aku mendengar versi EDM slowbass, lagu itu begitu mengena sekali di hatiku.
*I tried so hard and got so far, But in the end it doesn't even matter, I had to fall to lose it all, But in the end it doesn't even matter...*
Lagu tersebut bisa aku pahami dengan kurang lebih seperti ini "Aku sudah mencoba dan berusaha sangat keras, bahkan sampai aku jatuh berulang kali, namun pada akhirnya aku harus rela kehilangan semuanya" pas banget sama nasibku.
Sambil menyangikan lirik lagu tersebut berulang-ulang kali tak terasa aku sampai di sebuah desa yang hancur, aku merinding karena ada jejak seperti binatang buas yaitu ular raksasa, jejaknya saja segede batang pohon kelapa. Sambil ketakutan dan merinding, aku juga penasaran dengan desa kumuh ini.
Tidak ada manusia satupun di sini, mungkin saja sudah di telan ular raksasa itu. Masuk ke dalam desa, rumah-rumah di sini terbuat dari batang kayu kecil yang di tata menjadi tembok, beratap rumput kering. Saat aku masuk ke salah satu rumah, di dalamnya nggak ada apa-apa hanya sebuah tempat tidur, mungkin bisa di bilang sarang.
"Ini sarang atau apa ya? Kalau manusia tentu saja nggak mungkin kayak gini runahnya, dan jejak kakinya saja sangat berbeda, yang ini terlohat lebih besar" Aku.
Semakin masuk ke dalam desa, ada kabut tipis mengelilinginya, aku menyiapkan tombakku kalau suatu saat ada yang mencurigakan. Rumah kayu di sini benar-benar sudah hancur berantakan, saat aku sembunyi sambil menyipitkan mata, betapa terkagetnya aku ada ular naga besar di depan sana.
"Wow... Itu ular naga, geda amat njir..." Aku.
Ada beberapa potongan tubuh berupa tangan, kaki dan kepala yang kulitnya berwarna hijau, bau darah yang aneh tercium di hidungku, sepertinya ini bau darah monster. Karena dari anggota tubuh yang terpotong itu berwarna hijau seperti mahluk bernama goblin kalau di film-film atau di novel-novel.
Aku menunggu selama satu jam tapi ular naga itu tak bergerak sama sekali, terus meringkuk di tanah. Aku berjalan memutar agar bisa melihat kepalanya yang besar dan menyeramkan, sisik ular naga tersebut berwarna hijau tua, besarnya sebatang pohon kelapa.
Tiba-tiba saja dari ekornya muncul api entah dari mana, api itu membakar dan menjalar sampai seluruh tubuh ular naga itu terselimuti api. Lama sekali sampai api padamnya, aku menunggu semalaman sampai pagi datang barulah api padam meninggalkan abu.
"Kok bisa begitu ya? Apa ular naga itu sudah mati?" Aku.
Ada buah di dekatku, sepertinya buah apel dan anggur ini di petik dari hutan oleh para goblin, aku sarapan buah-buahan itu sampai perutku kenyang. Dengan waspada aku mendekati abu bekas ular naga itu semalam terbakar, dengan tombak aku membokar tumpukan abu.