Toko Senjata Sihir yang berada di sebelah kiri gedung Serikat Penyihir, tidak terlalu besar bangunanya. Tapi saat aku dan nyonya masuk ke dalamnya, ternyata ruangan dalamnya luas dan bermacam-mavam senjata biasa, senjata sihir dan perlatan lainnya ada, dari yanh biasa sampai yang mewah dan langka sekalipun.
"Toko ini hebat bukan sayang?" Nyonya Mely.
"Iya nyonya, akan tanbah sangat hebat jika saya punya uang banyak" Aku.
"Hihi... Kau harus mencarinya sendiri kalau itu, ayo sayang kita ke bagian Tongkat Sihir" Nyonya Mely.
Aku seperti anak yang sedang di ajak ke pasar oleh ibunya, dan kekosongan hatiku selama ini perlahan terisi dengan sikap nyonya Mely yang lembut dan perhatian. Aku memeluk lengan kiriny dengan erat sambil sesekali merasakan saat punggung tanganku menyenggol tetek besarny, emluk meski terhalang bajunya.
"Selamat datang di toko kami, ada yang bisa saya bantu?" Pelayan.
"Aku butuh Tongkat Sihir yang terbuat dari kayu Jati 100 tahun, dan Kristal Sihir Elemen Tumbuhan level I" Nyonya Mely.
"Kebetulan nyonya, kemarin Tongkat Sihir habis, tetapi ada yang terbuat dari kayu Galeh Asem, tongkat ini di lengkapi dengan inti dari serat tumbuhan Warcraf level I dan kristal sihirnya juga menggunakan tumbuhan Warcraf itu yang bernama Sulur Seribu" Pelayan.
"Ini barang bagus, sayang kayunya dari pohon buah asem, dan berapa tahun usia pohon asemnya?" Nyonya Mely.
"250 tahun nyonya, ini sudah sebanding dengan kayu Jati menurut pihak kami" Pelayan.
"Berapa harganya?" Nyonya Mely.
"1.5 juta Sen nyonya dan tidak boleh di tawar karena ini barang yang langka" Pelayan.
"Harga tidak masalah kok, ya sudah ini dia uangnya" Nyonya Mely.
"Embhhh... Ini pas ya nyonya, barang yang kami jual di jamin tidak akan mengecewakan anda nyonya karena tongkat ini mendapat nilai bagus dari yang mulia Putri Api, dan juga karena anda menghabiskan uang sebanyak sejuta lebih, maka toko kami memberikan tiket lelang yang akan datang, ini dia nyonya terima kasih sudah membeli di toko kami" Pelayan.
"Ayo sayang kita jalan-jalan lagi..." Nyonya Mely.
Nyonya Mely menyimpan Tongkat Sihir yang baru saja ia beli sebanyak 1.5 juta Sen, sungguh mahak gila harganya, aku belum pernah melihat uang segitu banyaknya. Dan saat ini aku sedang miskin-miskinnya, entah apa yang bisa aku balas dengan kebaikan nyonya Mely ini, aku tak ingin memikirkan untuk saat ini.
"Ayo sayang, aku ajak makan dulu, sepertinya kamu lapar, mau makan apa sayang?" Nyonya Mely.
"Saya ngikut nyonya saja" Aku.
"Baik kalau gitu, jangan lepasin lenganku ya? Nanti di culik gadis-gadis nakal" Nyonya Mely.
"I-iya nyonya..." Aku.
Aku berjalan di sebelah kiri nyonya, memeluk lengan kirinya menggunakan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku mengenggam telapak tangan nyonya Mely. Berjalan agak jauh aku dan nyonya Mely mampir ke sebuah hotel dan restoran yang bagus. Nyonya melepas tangan kananku namun berganti menggenggamnya.
Setelah nyonya Mely memesan kamar, pelayan menhantar nyonya dan aku ke sebuah kamar yang bagus, ada ranjang tidur, sofa dan meja makan. Nyonya Mely mengajakku duduk di sofa sambil menunggu pesanan datang, ternyata nyonya Mely memesan makanan dan juga kamar hotel sekalian bisa istirahat.
"Sayang, mulai sekarang kamu adalah murid langsungkuhhh... Hubungan guru-murid di kalangan penyihir seperti orang tua-anak dan juga pasangan kekasih, jadi mulai sekarang kau harus memanggilku mami, kamu mengerti kan?" Nyonya Mely.