Sebuah kastil penyihir yang berada di antara tengah-tengah tebing dengan pintu masuknya hanya ada satu jalan setapak kecil dengan kanan kiri jalan itu rawa-rawa. Ada berbagai tumbuhan monster pemakan daging atau bangkai ada yang mengerikan ada juga yang nampak menyenangkan.
Kastil sihir dengan 3 lantai dan 1 menara itu sangat sepi hanya raungan binatang warcraf atau suara aneh tumbuhan warcraf yang terdengar. Terlihat dari jalan setapak yang memasuki wilayah lembah kastil penyihir itu ada sesosok anak remaja laki-laki yang berjalan terseok-seok.
Remaja itu berumur sekitar 15 atau 16 tahun hendak tumbuh menuju remaja, ia memakai baju kinono compang-camping sambil berjalan membawa peta di tangan kirinya dan juga tongkat kayu biasa di tangan kanannya. Ia terus berjalan melewati jalan setapak yang sunyi dan agak mengerikan, wajahnya ketakutan.
"Tck... Kastil penyihir ini mengerikan dan menakutkan, ku harap aku bisa bertahan sampai pintu kastil"
Saat berjalan remaja itu melihat kumpulan jamur yang sedang bernyanyi riang gembira bersama-sama seakan mengajaknya ke sana ikut bergabung. Namun saat ia melihat tulang-belulang di bawahnya, ia tersadar kalau jamur itu berbahaya, selain racun jamur itu juga punya sihir ilusi.
"Ini baru jamur liar lho... Sudah bisa sihir ilusi? Sedangkan aku, huh... payah..." Aku.
Tanpa di ketahui remaja itu, dari atasnya dengan jarak lebih dari 50 meter terhalangi oleh kabut misterius ada seorang wanita dewasa yang tersenyum sesekali tertawa kecil melihat renaja di bawahnya yang lagi jalan di setapak sambil sesekali menggerutu. Wanita muda itu seperti menikmati hiburan sambil duduk di atas sapu terbangnya.
"Hihihi... Setiap tanamanku selalu di dekati, jangan sampai di makan oleh tumbuhan-tumbuhan monsterku..."
Kembali lagi ke remaja itu yang sekarang lagi menyodok-nyodok tumbuhan yang memiliki kantung di batangnya menggunakan tongkat kayunya. Seketika kantung tumbuhan itu bagian atasnya terbuka dan ada gigi runcing di sana hendak menerkam tangan remaja itu, dan remaja itu pun kaget bukan main.
"Anjing ngaggetin aja... Huh... Huh.. Ini semua benar-benar tumbuhan monster di sini... Huh... Huh... Untung tanganku nggak sampai tergigit"
Ketika hampir sampai di depan pintu kastil yang yang tanpa tembok atau pagar keliling itu, remaja tadi kembali teralihkan perhatiannya. Ia sedang menatap pohon apel yang merambat sepertinya remaja itu nampak lapar karena ia memandangi apel merah yang terlihat menyegarkan.
Saat hendak memetiknya, tiba-tiba ada sulur yang menjerat tangannya. Langsung saja ia kaget dan berteriak kesakitan karena sulur tanaman apel itu mempunyai duri yang tajam meskipun durinya pendek. Ia mengambil belati dari pinggangnya lalu dengan cepat memotong sulur tanaman apel itu.
"Ini kayak perpaduan pohon apel, bunga mawar, dan ular... Sakit banget durinya... Beruntung aku dapat buah apelnya... Apa ini beracun? Ahhhh... Perutku terlanjur lapar..."
Remaja itu pun memakan dengan lahap buah apel merah merona di tangan kanannya sambil duduk bersila nampak sangat santai. Namun berbeda dengan sosok wanita dewasa yang memakai gaun warna hitam sedang terbang di atasnya, ia ingin berteria namun tidak jadi karena melihat remaja itu masih bernafas
"Huh... Di antara buah lain kenapa dia makan buah apel itu? Itu adalah buah yang paling beracun di sini, Hah... Sepertinya aku gagal lagi mendapat murid magang..."
Wajah cantik wanita dewasa itu terlihat kecewa dan sedih karena ia gagal mendapat murid magang sihir kali ini. Namun saat ia menatap remaja yang lagi tiduran karena pingsan sehabis makan buah apel beracun itu, mata wanita muda itu terbelalak karena remaja itu tiba-tiba saja bangun dengan wajah sumringah.