Hari-hari berlalu seperti biasa di suku Onyx, setiap warganya ada yang sibuk di ladang, ada yang sibuk berburu. Namun anak-anak remaja kini sedang sibuk latihan terakhir sebelum nanti malam ujian bakat elemen. Ke tujuh remaja itu sedang berdiri dengan posisi kuda-kuda di bawah guyuran air terjun yang terletak tebing sebelah barat.
Dari tepian sungai ada kepala suku yaitu Garan yang sedang bersedekap melihat anak-anak remaja yang sedang berlatih. Tadinya anak-anak remaja itu beberapa kali terjatuh ke sungai namun mereka di paksa bangkit lagi sampai bisa berdiri dengan kuda-kuda mereka secara stabil.
"Ayo anak-anak semangat... Ini adalah latihan terakhir sebelum ujian bakat elemen nanti malam, tubuh kalian sudah lama berlatih dan saat ini butuh air terjun ini untuk mendinginkannya" Garan.
*Byur...*
Tiba-tiba saja ada salah satu anak remaja perempuan yang terjatuh ke sungai dan pingsan. Garan buru-buru melompat dan menggendong anak remaja perempuan itu ke pinggiran sungai. Tak lama yang lainnya pun juga ikut menyusul pingsan satu persatu, begitupun Doni dan Liya menjadi yang terakhir.
Metode latihan suku Onyx sangat keras, langkah pertama tubuh akan di latih sampai batas maksimal lalu puncak latihan mereka akan di guyur air terjun sampai pingsan. Pada saat pingsan seperti ke tujuh anak remaja itu, potensi seseorang akan terlihat dan semakin meningkat kekuatan fisiknya.
Jika kekuatan fisiknya bagus maka akan semakin kokoh pondasi tubuh mereka sebelum masuk ke ranah kultivasi sebenarnya yang juga di sebut sebagai kultivator level 1. Dengan kekuatan fisik yang bagus maka akan semakin mudah mereka menahan rasa panas energi alam pada saat berkultivasi.
Juga di suku Onyx, seseorang yang ingin menjadi kultivator tidak di perbolehkan mengkonsumsi obat herbal apapun, atau eliksir apapun serta jamu ajaib apapun. Mereka harus mengandalkan energi asli tubuh mereka sendiri, untuk itulah latihan fisik yang keras macam siksa neraka di lakukan.
Setelah berselang lama, anak-anak remaja itu mulai bangun satu persatu dan langsung bermeditasi memulihkan energi mereka. Ada juga yang minum dan makan untuk mengisi energi yang hilang. Setelah latihan berdiri di bawah guyuran air terjun dan istirahat yang cukup semuanya pulang ke suku untuk menyiapkan ujian nanti malam.
Sesampainya di suku, anak-anak remaja itu pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan Liya dan Doni yang sudah berada di dalam rumah tengah mengganti baju latihan mereka yang basah. Setelah ganti baju mereka berdua menyiapkan ujian bakat elemen untuk nanti malam.
Hari pun beranjak petang, di alun-alun suku ada beberapa wanita dewasa yang lagi menyiapkan aneka buah-buahan hasil memetik di hutan, ada juga daging panggang, tak lupa tong berisi minuman tuak. Garan dan anggota suku laki-laki lain tengah membawa sebuah batu berwarna putih, mereka menaruhnya di sebuah meja.
Warga lain juga mulai datang, ada remaja yang malam ini akan melakukan ujian elemen, ada beberapa anak-anak yang langsung bermain. Bulan merah di langit menyinari dunia bawah sampai ke suku Onyx. Bulan putih itu nampak bulat sempurna, ternyata malam ini adalah bulan purnama.
"Nyonya Bety, semuanya sudah siap..."
Wanita yang di panggil Nyonya Bety itu adalah istri dari Garan sang kepala suku Onyx, malam ini ia memakai dresa transparan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seksi nan montok. Bety adalah wanita dewasa dengan tanduk sepanjang dua setengah inci di kepalanya, tanduk itu berwarna hitam dan meruncing.
"Suamiku, semuanya sudah siap, tinggal di buka aja acaranya..." Bety.
"Emuachhhh... Baiklah istriku" Garan.
Dengan mencium bibir istrinya, Garan di balas dengan remasan selangkangannya oleh istrinya tersebut. Semua warga suku Onyx berkumpul mengelilingi api abadi di pusat alun-alun suku. Garan mengangkat batu putih seukuran telapak tangan dewasa itu dan di taruhnya di api abadi yang berkobar berwarna kuning apinya.