Rumah yang ukurannya menengah, arsitekturnya minimalis, terletak tak jauh dari kali Progo, mungkin sekitar 200 meter jaraknya. Dari sini samar-samar aku bisa mendengar suara gemercik suara air, karena kali Progo adalah sungai yang besar. Sungai yang namanya Kali Progo itu sering buat olahraga arum jeram, kata mami.
"Ini rumah siapa mam?" Aku.
"Rumah mami sayang... Ayo masuk..." Mami.
Mami memarkirkan mobil di garasi lalu membuka pintunya memakai kunci, di dalam ada ruang tamu dengan sofa dan meja, bufet yang masih kosong, lalu ruang kedua bagian kanan dapur dan meja makan, bagian kiri ruangan kamar tidur. Lalu ruang ketiga ruang gym dan kamar mandi plus toilet. Aku langsung membantu mami membereskan barang-barang di kamar sampai rapi.
"Mami aku tidur di mana?" Aku.
"Tidur sama mami sayang... Cuphhh... Makasih udah bantuin mami beres-beres kamar" Mami.
"Iya mami... Aku laper..." Aku.
"Mau mandi dulu apa langsung cari makan?" Mami.
"Makan aja mam, di depan ada warung nasi padang kan ya?" Aku.
"Ada sayang... Masakan di sana enak kok, yuk..." Mami.
"Mami pake celana pedek dong, masak cuma kancutan gitu?" Mami.
"Ehhh... Lupa sayang..." Mami.
Aku menunggu mami di depan rumah, halaman dengan taman kecil dan bangku, membuat nyaman kalau sedang nongkrong di sini. Tak lama mami sudah memakai celana pendek selutut, ke warung nasi padangnya jalan kaki solanya cuma depan rumah selilih jalan saja. Mami mengambil sendiri menunya untukku dan untuk mami sendiri yaitu nasi, rebusan daun singkong, sambal dan lauknya ayam bakar, minumnya es teh.
"Udah kenyang sayang? Mau nambah lagi nggak?" Mami.
"Kenyang mami..." Aku.
"Tunggu dulu sayang, mami mau bungkus lauk sama sambal buat makan malam nanti" Mami.
"Iya mami..." Aku.
Pulang ke rumah baru, rasanya hatiku agak lega mengingat mami udah nggak galau lagi. Sorot mata mami aku lihat ada ketegasan di sana, hati mami pastinya sudah mantap ingin mengakhiri semuanya. Aku sebenarnya ingin tahu sekali masa lalu apa yang menbuat aku dan mami bisa sampai seperti sekarang ini, merasa di hianati oleh orang yang anggap kita percayai.
Sampai di rumah, aku dan mami duduk di ruang tamu sambil aku memeluk mami. Mami pakai kaos dan celana dalam saja, memang hawanya agak panas karena musim kemarau. Mami mengangkat kaosnya sampai buah dada mami terekspos, mami meremas sebentar payudaranya sampai susunya menetes dari putingnya yang kecoklatan.
"Sambil kamu netek... Mami mau cerita antara mami, Aris dan Risa..." Mami.
"Slurp... Embhhh..." Aku.
"Jadi mami, Aris dan Risa, kita bertiga satu teman sekolah dan juga sekelas. Dulu mami dan Risa sempat punya hubungan terlarang, dan Aris lama-lama tahu hubungan kita, saat itu pas lulus SMA. Aris sangat menyukai Risa dan tak mau kalau Risa ambil jalan yang belok sama mami. Di kenalinlah mami sama Dion, papi kamu..." Mami.
"Slurp... Terus mam?" Aku.
"Aris mengambil Risa dari mami alias menikung istilahnya, hati mami sempat hacur dan berantakan karena Risa yang pergi begitu saja, ia tak mau berjuang. Selama mami patah hati, Dion yang selalu nemenin mami, tapi mami tahu kalau Dion itu punya pacar. Kata Dion ia sudah putus sama pacarnya itu, waktu itu mami percaya aja sama dia. Dan selang beberapa tahun kami menikah" Mami.
"Mami ngelahirin aku dan lana-lama tahu kalau papi sama mantannya itu masih berhubungan?" Aku.
"Mereka udah nikah dan punya anak sayang... Mami juga baru tahu beberapa bulan ini... Terus beberapa minggu yang lalu, Risa sama Aris datang lagi berniat menebus kesalahan yang mereka perbuat dengan menjodohkan Mila sama kamu, tapi kamu tahu sendiri kemarin?" Mami.