2. Patung Es

1.7K 66 3
                                    

EP. 2. Patung Es

********

"Kalung aku. . . ." Pekik seorang gadis kecil berusia sembilan tahun, wajahnya merengut karena baru saja dia menjatuhkan kalung kesayangannya ke dalam danau buatan.

"Tunggu sebentar, biar Kakak yang ambil kalungnya." Ujar seorang anak laki-laki yang sontak membuat wajah si gadis kecil itu berbinar.

"Janji jangan dihilangin lagi kalau Kakak udah nemuin kalungnya?" Si anak laki-laki mengacungkan jari kelingkingnya. Gadis kecil itu lantas mengangguk cepat sembari menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking si anak laki-laki.

Tak lama, si anak laki-laki menceburkan dirinya ke dalam danau buatan untuk mengambil kalung milik si gadis kecil itu.

Dengan setia si gadis kecil berdiri menunggunya di sisi danau, berharap si anak laki-laki itu menemukan kalungnya yang tak sengaja terjatuh ke dalam danau tersebut saat dia tengah bermain.

Si gadis kecil terus menunggu, tapi sudah lebih dari satu jam anak laki-laki itu tak kunjung muncul ke permukaan.

"Mimpi buruk ini lagi . . . ."

"Lihat kakak kamu, Shien. Papa udah bilang kamu diem aja di rumah!"

"Shawn . . . ." Seorang gadis cantik dengan wajah sepucat salju terbangun dari tidurnya dengan napas memburu, dia meremas baju di depan dadanya saat merasakan jantungnya berpacu dengan cepat.

Gadis itu lalu memejamkan mata seraya mengatur napas untuk membuat dirinya lebih tenang.

"Shien, Sayang?" Wanita paruh baya berambut ikal tiba-tiba masuk ke kamar gadis yang dipanggil Shien itu dengan langkah terburu-buru, kemudian menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

"Kenapa, Sayang? Mimpi buruk lagi?" Tanya wanita paruh baya bernama Hilda itu sembari mengusap keringat yang bercucuran di pelipis Shien.

"Enggak, Tante, aku cuma mimpiin orang jatuh dari atap gedung hotel aja." Jawab Shien berbohong sambil pura-pura meringis membayangkan orang terjatuh dari bagian teratas gedung hotel dengan patah tulang parah dan darah yang mengalir deras di kepalanya begitu orang tersebut menyentuh lantai dasar, kemudian arwahnya bergentayangan.

Shien bergidik, Ahh, dia terlalu banyak menonton film horor rupanya.

"Gak usah ngebayangin sampai dihantui segala . . . ." Tante Hilda mengusap penuh wajah keponakannya dengan gemas.

"Tapi kalau sampai dia mati, hantunya gak bakal terlalu nyeremin, sih, Shi." Ucap Tante Hilda kemudian, membuat Shien mengerutkan dahinya tak mengerti. Di dunia ini, mana ada hantu yang tidak menyeramkan.

"Dia siapa, Tante?" Tanya Shien.

"Itu lho, cowok yang tadi malam kamu lihat mau bunuh diri. Ternyata dia orangnya ganteng lho, Shi." Shien ber-ohh ria sambil manggut-manggut tak peduli saat mengingat orang yang dia lihat tadi malam hendak bunuh diri dari atap gedung hotel.

"Ya udah, kalau ganteng cepetan jadiin dia Om aku." Ledek Shien pada tantenya yang janda itu.

"Ehh, ini anak malah ngeledek orang tua." Tante Hilda memukul pelan paha Shien, gadis itu hanya terkekeh seraya mengacungkan dua jarinya membentuk tanda V.

"Cepet mandi, kamu harus ketemu dokter baru hari ini." Tante Hilda menyerahkan kartu nama yang diambil dari saku celemeknya.

"Bukannya kita mau lihat kantor baru Snow Candy hari ini?" Tanya Shien heran, karena seingatnya hari ini dia bersama Tante Hilda akan melihat kantor barunya yang mulai sekarang akan beroperasi di Indonesia.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang