66. We Love Each Other

432 30 2
                                    

EP. 66. We Love Each Other

Cerita ini belum sampai pada klimaks, ya?

Harap dinikmati alurnya yang lambat. Oke, gaes? Cerita ini akan klimaks pada waktunya, kok, dan bakal berakhir di EP. 110.

Happy reading, yes.

********

Sabtu pagi, bahkan terlalu pagi karena matahari pun sepertinya masih malu-malu untuk menampakkan dirinya, masih saja betah bersembunyi di balik awan mendung yang terlihat angkuh.

Suasana dingin dan berkabut, rintik-rintik gerimis perlahan turun dan menyapu embun yang menebal di daun-daun pada tanaman yang menghiasi pelataran rumah. Namun, itu tak menyurutkan semangat Shien untuk pergi jalan-jalan ke Dufan bersama Langit.

Dufan. Salah satu tempat yang selama ini ingin Dia kunjungi, yang selama ini hanya menjadi angan-angannya saja, sebentar lagi Dia akan menginjakkan kakinya di sana.

Shien terus membayangkan bagaimana penampakkan Dufan karena foto di internet saja tidak tergambarkan secara keseluruhan.

Apakah Dufan itu mirip dengan Disneyland yang sering dia kunjungi di California, Amerika Serikat?

Ahh, Shien jadi tidak sabar ingin segera sampai ke sana.

Perasaannya mendadak bahagia, dia merasa ada ratusan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Senyum Shien pun mengembang tanpa bisa dicegah. Tapi, itu tidak berlangsung lama.

Shien yang sedang menunggu Langit menjemputnya sambil duduk bersilang kaki di kursi teras seketika menoleh ke arah suara pintu utama rumah yang tiba-tiba berderit.

Senyum menggembang yang menghiasi wajahnya perlahan menyurut kala dia melihat Shanna keluar dari balik pintu tersebut.

Gadis itu sudah tampil santai dengan white inner yang ditumpuk jacket denim dan dipadu dengan short pants jeans, serta sneakers putih ikut melengkapi penampilannya. Tidak lupa di punggungnya menggantung tas ransel dengan ukuran mini berwarrna hitam.

Dari penampilannya yang kurang lebih hampir sama dengan Shien yang hanya mengenakan kaus putih bergambar kentang goreng Mcd serta celana jeans panjang, dia yakin Shanna bukan keluar untuk melakukan ritual lari pagi yang biasa dia lakukan. Lagipula cuacanya gerimis.

Shien menghembuskan napasnya gusar dengan sorot mata terpancang pada Shanna yang bergerak semakin dekat ke arahnya. Shien sudah bisa menebak, Shanna pasti akan mengikutinya lagi.

Ahh, bodohnya dia karena meminta izin kepada orang tuanya saat makan malam. Seharusnya Shien melakukannya tanpa sepengetahuan Shanna. Kalau seperti ini, rasanya dia jadi malas pergi.

"Kamu mau ke mana, Kak?" Tanya Shien, bola matanya bergerak mengikuti Shanna yang kini berjalan untuk duduk di sebelahnya, hanya meja kecil yang menciptakan jarak di antara mereka.

Shanna tersenyum penuh arti. "Ikut kamu, lah. Karena kakak yang baik itu harus bisa jagain adiknya."

"Kamu sengaja, kan?" Tembak Shien. Dia sudah cukup sabar menahan diri atas Shanna, Shien tidak ingin berpura-pura lagi. Tidak akan sia biarkan Shanna terus mengganggunya dengan Langit.

Mendengar pertanyaan itu, membuat Shanna menyunggingkan senyum yang tak bisa diartikan. Dia lantas menyeringai dengan tubuh condong ke arah Shien.

"Adik aku emang cepat tanggap, ya?" Shanna mendesis. "Well, sebenarnya aku emang sengaja. Deketin kamu biar bisa masuk ke tengah-tengah kalian, dan nunjukin sama Langit siapa yang lebih pantas buat dia."

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang