93. I'll Be Waiting

647 44 3
                                    

EP. 93. I'll Be Waiting

Tinggal belasan episode lagi nih. Enjoy. 😉

********

Shien duduk di kursi roda di depan pusara Shanna bersama Nathan yang berdiri di belakang kursi rodanya.

Gadis itu tampak masih shock. Kepergian Shanna yang tak terduga memang sangat mengejutkannya. Bagaimana tidak, terakhir kali dia bertemu Shanna, kakaknya itu dalam keadaan sehat dan ceria, bahkan mereka saling melempar ledekan dan berdebat mengenai hal kecil.

Shien tidak menyangka Tuhan mengambil Shanna secara tiba-tiba dan dengan cara yang tidak terduga pula. Shien benar-benar merasa kehilangan. Kehilangan karena belum sempat menghabiskan banyak waktu dengannya.

Kemarin setelah mengetahui kebenaran tentang Shanna, Shien merasa dunianya seakan jungkir balik. Shien sempat pingsan saat itu juga di ruangan Nathan dan dilarikan ke UGD, tapi beruntung tidak berpengaruh terhadap kondisinya.

Setelahnya, gadis itu menangis tanpa jeda sampai kelelahan sendiri karena tidak ada satu orang pun yang bisa menenangkannya, termasuk Langit. Shien malah mengusir dan memintanya diam karena Langit tidak bisa merasakan apa yang Shien rasakan.

Shien menyalahkan dirinya sendiri, juga menyalahkan Mama dan Papa karena sudah menyetujui untuk melakukan pemutusan alat penunjang hidup dan donor organ Shanna. Shien mengatakan jika mereka tidak melakukan itu, maka Shanna masih akan ada di sini bersamanya.

Begitu pula dengan Nathan yang berusaha menguatkan Shien, laki-laki itu tidak terlewat menjadi pelampiasan keputusasaan Shien.

Shien mengatakan jika Nathan tidak benar-benar mencintai Shanna karena membiarkan Mama dan Papa menyetujui semua itu. Shien juga menambahkan kalau Nathan sangat tega karena bahkan dia sendiri yang memindahkan jantung Shanna ke tubuhnya.

Barulah setelah lebih tenang karena kehabisan tenaga, Nathan memberi pengertian dengan hati-hati dan Shien mau mendengarkan, tapi bukan berarti dia menerima kenyataan begitu saja.

Nathan meminta Shien untuk jangan menyalahkan dirinya lagi ataupun orang tuanya karena itu hanya akan menambah kesedihan mereka.

Dengan atau tanpa melepas peralatan penunjang hidupnya, lambat laun Shanna tetap akan pergi meninggalkan mereka. Tapi dengan terus-menerus menahannya, itu hanya akan membuat Shanna menderita.

Nathan menambahkan jika orang tua Shien menyetujui donor organ, itu karena Shanna memang sudah memiliki niat baik sebelumnya, bukan karena kebetulan Shien membutuhkan donor jantung. Dan seandainya jantung Shanna tidak cocok untuk Shien, jantung tersebut tetap akan didonorkan untuk pasien lain yang memiliki tingkat kecocokan tinggi.

"Kak Shanna bohong, Kak." Ujar Shien dengan kerongkongan tercekat, dia menangis lagi. "Dia sendiri yang bilang mau pergi ke Pare waktu itu, tapi dia malah pergi ke tempat yang lebih jauh."

"Shi. . . ." Nathan langsung menyentuh lembut pundak Shien yang naik turun tanpa irama. "Shanna gak pernah bohong, cuma situasinya aja yang berkhianat." Ujarnya lembut.

"Kak Shanna juga bilang kalau dia mau lihat aku sembuh, dan dia bohong lagi."

"But she's watching you from heaven." Ucap Nathan, berusaha memberi kekuatan untuk Shien walaupun hatinya sendiri seperti tercabik-cabik saat ini.

Nathan memandang pusara Shanna dengan tatapan kosong. Seketika dia teringat permohonan Shanna de depan kolam air mancur di taman rumah sakit, gadis itu mengatakan hanya ingin Shien hidup dengan baik walaupun tidak harus melihatnya sepanjang hidup.

"Tapi gak ada di sini, dia pergi, Kak." Shien berkelit.

"Shanna gak pergi ke mana-mana, Shi. Dia masih ada di sini, terutama di hati kita. Lagian, kamu bisa datang ke sini setiap hari ngunjungin Shanna. Itu sama aja, kan?"

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang