EP. 71. Trials and Suffering
********
Shien mengernyitkan keningnya heran setelah dia membaca pesan chat dari Nathan yang memintanya untuk datang ke rumah sakit siang nanti bersama orang tuanya.
Entah untuk apa, dokter dengan Korean look face itu tidak menjelaskan detailnya. Tapi Shien tebak jika itu pasti berhubungan dengan operasi transplantasinya nanti.
Dengan demikian, Shien tidak banyak bertanya dan langsung mengiyakan perintah Nathan, meski sebenarnya dia sangat menyayangkan karena rencananya hari ini untuk jalan-jalan menikmati Lembang harus batal begitu saja.
Menyimpan kembali ponselnya ke atas meja nakas, Shien kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuhnya untuk beranjak dari tempat tidur. Namun baru saja dia menyentuh ujung selimut, tiba-tiba lengan Langit melingkar di perutnya, lalu menariknya hingga Shien kembali terhempas di tempat tidur.
"Mau ke mana?" Tanya Langit dengan suara serak khas orang bangun tidur. Dia lantas memeluk erat tubuh Shien di balik selimut yang sejak semalam menutupi tubuh mereka.
"Mau bangun, ini udah siang. Lepas, ahh, aku mau mandi." Sahut Shien sambil meronta, mencoba melepaskan diri dari dekapan Langit.
"Sebentar, Shi." Gumam Langit seraya menyerukkan wajahnya di perpotongan leher Shien, sehingga membuatnya menggelinjang geli saat hembusan napas Langit yang hangat menggelitik kulit lehernya.
"Gak mau! Aku harus bangun dan siap-siap buat pulang." Ujar Shien, membuat Langit mengangkat kepala sambil mengerutkan dahinya.
"Lho, bukannya tadi malam kamu bilang mau jalan-jalan dulu di sini?" Tanya Langit heran, mengingat percakapan semalam bersama Shien yang mengatakan bahwa gadis itu ingin menghabiskan waktunya seharian untuk menikmati Lembang dan berburu makanan khasnya.
"Iya, tapi Kak Nate minta aku ke rumah sakit. Jadi harus buru-buru pulang." Jelas Shien. Langit manggut-manggut, lalu kembali menghempaskan kepala ke atas bantal sambil memejamkan matanya.
"Ya udah lepasin." Pinta Shien, kesal sendiri karena Langit masih anteng mendekapnya.
"Sebentar, Shi. Jarang-jarang, lho, kita bisa kayak gini." Sahut Langit tanpa membuka matanya.
Shien mendengus sambil menghela napasnya dalam-dalam. Langit ini benar-benar menyebalkan.
"Suasana kayak gini mendukung banget lho Shi buat. . . ."
"Buat apa?" Sambar Shien seraya membalik tubuhnya sehingga berhadapan dengan Langit, keningnya merengut penuh curiga seolah bisa menebak apa yang akan diucapkan laki-laki itu.
"Buat bikin anak." Bisik Langit tepat di telinga Shien seiring dengan seringai nakal di bibirnya.
"Mulut kamu, tuh." Dan tak butuh waktu lama setelah kalimat itu terlontar dari mulut Langit, satu pukulan mendarat di bibirnya hingga membuat bibir itu terkatup menahan tawa.
Langit selalu menyukai wajah merengut kesal dan tatapan jutek Shien setelah dia berhasil menggodanya.
"Haha, becanda, Shi." Langit terkekeh. Menggoda Shien selalu memiliki kesenangan tersendiri baginya.
"Ya udah, kalau gitu cepat lepasin." Shien gregetan sendiri sambil berusaha mendorong bahu Langit, tapi laki-laki itu sama sekali tak bergerak.
"Kasih aku morning kiss dulu." Pinta Langit berbisik seduktif seraya menempelkan hidungnya pada hidung Shien.
"Enggak!" Tolak Shien cepat, lalu menjauhkan kepalanya. Tapi secepat itu pula Langit menarik tengkuk Shien dan menyambar bibirnya yang sedikit kering itu sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...