EP. 77. Kurang Waras
********
Dentuman musik yang memekakkan telinga tidak menjadi masalah bagi gadis berambut warna-warni yang kini sedang duduk di depan meja bar dengan sebotol whisky di hadapannya malam itu.
Shanna meneguk gelas whisky terakhir miliknya, lalu menghentakkan itu ke atas meja. Kesadarannya mulai terbagi, minuman itu sukses membuat kepalanya berdenyut nyeri.
"Sialan." Umpatnya, lalu menenggelamkan wajahnya dengan bertumpu pada tangan yang terlipat di atas meja. Bahunya nampak bergetar, Shanna menangis di sana.
Dia merasa marah. Marah pada kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, Shien, juga pada dirinya sendiri.
Perasaannya benar-benar kacau.
Ingatan saat Papa dan Mama menegurnya dengan wajah kecewa beberapa hari yang lalu berputar di kepalanya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Shanna melihat kedua orang tuanya sekecewa itu padanya. Begitu pun dengan semua hal buruk yang dia lakukan pada Shien juga ikut terngiang-ngiang hingga membuat kepalanya serasa akan meledak.
Namun walaupun demikian, Shanna tidak ingin mengakui kesalahannya. Tubuh dan otaknya menolak mati-matian jika itu adalah salahnya, tapi Shienlah yang membuatnya jadi seperti ini.
"Arghhh."
Shanna mengacak rambutnya frustrasi, lalu mengusap wajahnya kasar. Sambil berbicara kurang jelas, dia lantas meminta satu botol whisky lagi pada Bartender.
Namun, baru saja Bartender tersebut hendak berbalik dan mengambil minuman beralkohol yang Shanna minta, seseorang di belakang Shanna menginstruksi Bartender tersebut agar tidak perlu melakukannya.
Nathan berdecak kecil sambil geleng-geleng kepala melihat kondisi Shanna yang kacau. Gadis itu persis gelandangan kelas atas. Aroma khas alkohol memenuhi hidung Nathan begitu dia mendekati gadis itu.
Bartender yang cukup mengenal Shanna itu lantas memberitahu Nathan kalau Shanna belakangan ini setiap hari datang ke bar itu, tapi sudah dua hari dia tidak pulang dan terus minum-minum seperti orang stress.
Nathan mengangguk-angguk. Pantas saja tubuh Shanna sangat bau. Selama dua hari ini mungkin dia juga tidak mandi.
Cih, Nathan tidak percaya jika dia sudah menyukai gadis pemabuk dan jorok seperti Shanna. Sedikit mengeluh pada Tuhan, kenapa hati Nathan tidak jatuh pada Shien saja atau gadis lain yang lebih normal?
"Lebih baik lo bawa dia pulang. Gue gak mau kalau sampai dia mati di sini." Ucap si Bartender sedikit berlebihan, kemudian berlalu dari hadapan Nathan.
"Apa otak kamu pindah ke dengkul?" Nathan mengomeli gadis mabuk di depannya itu. Ahh, rasanya sama saja seperti berbicara dengan orang tidak waras.
Shanna mengerjap, pandangannya yang sudah mengabur membuat dia kesulitan melihat sosok laki-laki tampan yang sedang menggerutu padanya itu.
"Ayo pulang."
Kembali mengerjap, Shanna tetap tidak bisa mengenali laki-laki itu, bahkan dari suaranya. Dia mengucek matanya sebentar, lalu membuka matanya lebar-lebar, berusaha mempertegas penglihatannya. Tapi, Shanna masih sulit mengenali Nathan.
"Ayo, aku antar kamu pulang."
Sejurus kemudian, Shanna tersenyum, lalu cengengesan seperti orang gila.
"Langit?"
Nathan mendengus. Alkohol memang bisa membuat siapa saja yang mengkonsumsinya jadi lupa diri hingga lupa ingatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...