21. Membohongi Diri Sendiri

645 37 2
                                    

EP. 21. Membohongi Diri Sendiri

********

"Terima kasih, Mas." Ucap ibu-ibu yang menjajakan topi pantai dan aksesoris lainnya pada Langit karena sudah membeli barang dagangannya. Topi pantai untuk Shien.

Langit berbalik saat mendengar bunyi pintu mobil menjeblak. Dia tertegun begitu melihat Shien turun dari mobil dengan midi dress yang senada dengan outfit yang dia kenakan saat ini.

Gadis itu terlihat sangat manis dan cantik, hingga membuat mata Langit enggan beralih untuk melihat objek lain yang ada di sekitarnya.

Tak lantas menegur, Langit masih betah menatap Shien yang asyik mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Langit memperhatikan perubahan ekspresi Shien, gadis itu nampak tersenyum takjub, lalu tersenyum kecut, entah dia sedang memikirkan apa hingga raut wajahnya berubah sedih seperti itu.

Shien terlihat seperti anak yang kesepian dengan segala kesedihan yang tertumpuk di hatinya. Entahlah, itu hanya perasaan Langit. Rasanya, Langit ingin sekali memeluknya.

Langit kemudian dengan mantap mendekati Shien yang masih bergeming di tempatnya. Dia tersenyum geli, sepertinya Shien benar-benar tenggelam dalam lamunannya hingga gadis itu tak menyadari Langit sudah ada di hadapannya, bahkan memakaikannya topi.

"Ayo." Seru Langit, membuat gadis itu terbangun dari lamunannya. Tapi dia masih bergeming dengan mata tertuju pada seulas senyum simpul yang tersungging di bibir Langit. Entah mungkin terdapat magis, hingga Shien betah untuk berlama-lama memandanginya.

"Aku emang ganteng. Udah, nanti aja lagi ngeliatinnya." Langit menjawil ujung hidung Shien gemas.

"Hiish." Shien mendaratkan cubitan kecil di pinggang Langit dengan kesal dan malu sekaligus karena sudah terpergok memperhatikan. Itu bukan keinginannya, tapi matanya bergerak sendiri tanpa perintah dan melihat Langit dengan sebegitunya.

"Wajah kamu merah, tuh." Ledek Langit lagi sambil menunjuk wajah Shien yang terasa semakin memanas.

Dan satu pukulan mendarat di dada bidang Langit. Shien mencebik lucu dengan wajah merengut. Benar-benar menyebalkan. Langit sudah menggodanya hampir setengah hari ini. Rasanya Shien ingin menangis.

"Ngeselin tahu, gak?" Cebiknya.

"Apa? Aku ganteng?" Shien menggeram tertahan, lalu menghentakkan kakinya pada paving block tempat dia berpijak. "LANGIT."

"Haha. Udah, ahh, ayo." Seraya terkekeh, Langit meraih telapak tangan Shien dengan lembut untuk digenggamnya, lalu menariknya keluar dari pelataran parkir untuk membawa gadis itu masuk ke pantai.

********

Aroma segar yang bercampur bau garam yang khas tercium semakin kuat begitu Langit dan Shien menginjakkan kakinya di pesisir pantai.

Pantai Santolo yang memiliki bentang luas hamparan pasir putih lembut dan bersih dikelilingi deretan perbukitan acap kali disebut sebagai surga tersembunyi di daerah selatan Garut.

Pesona keindahannya terasa alami karena kawasannya masih bersih dan rapi, hingga membuat siapa saja yang datang terpikat akan keindahannya.

Langit sedang cerah, tanpa panas yang menyengat.

Suasana pantai yang tenang dengan semilir angin pantai yang menyejukkan, deburan ombak yang tak terlalu besar, serta udaranya menempel erat di kulit membuat siapa saja betah berlama-lama menikmatinya. Termasuk Shien.

Gadis itu menghela napas dengan senyum semringah menghiasi wajahnya yang biasa terlihat dingin.

Shien tak jemu melekatkan pandangannya ke batas-batas horizon. Langit biru yang membentang dengan sedikit awan, ombak yang menepi dan beranjak, burung camar dan kapal-kapal kecil di tengah laut sana menambah kesan eksotis. Hatinya seketika menjadi tenang, wajahnya berbinar bahagia.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang