70. I Hate How Much I Love You

557 38 2
                                    

EP. 70. I Hate How Much I Love You

********

Tidak ada yang berubah dari tempat itu setelah enam belas tahun berlalu. Villa mewah yang berada di daerah Lembang itu masih tampak sama.

Hamparan rumput hijau yang terawat membentang di sepanjang halaman. Pepohonan rindang semakin meneduhkan suasana sekitar yang berudara dingin itu. Ditambah lagi dengan berbagai tanaman hias yang sengaja ditata sedemikian rupa untuk mengisi teras, semakin menambah nilai estetika villa tersebut.

Menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering, Shien berjalan menuju danau buatan yang ada di belakang villa dengan tubuh sedikit gemetar. Perasaannya berkecamuk hingga tidak bisa dia kenali. Kecuali sedih yang kembali mencuat ke permukaan.

Dengan hati-hati, Shien meletakkan bunga tulip putih yang tadi dibelinya saat di perjalanan ke atas permukaan air danau buatan yang tampak tenang itu.

Danau buatan yang menjadi tempat di mana nyawa kakaknya diambil paksa, Shawn. Kaki Shien yang gemetar membuatnya sedikit limbung hingga dia memilih posisi berjongkok.

"Gimana keadaan Kakak waktu itu?" Shien menatap nanar air danau yang bersih terawat itu, hanya ada sedikit serasah dedaunan dan ranting pohon yang tidak sengaja terbawa angin dan jatuh di sana. Tapi tidak sampai mengotori atau mengurangi keindahannya. "Pasti dia kedinginan banget, ya, Mang?"

"Hmm. . . ." Mang Ujang yang menemani Shien sejak awal kedatangannya beberapa saat yang lalu bergumam, bingung harus menjawab apa. "Tubuhnya biru semua."

"Ehem." Shien berdehem tak nyaman seraya membawa tubuhnya untuk berdiri, lalu duduk di kursi panjang yang terbuat dari besi bercat putih yang ada di sisi danau buatan itu.

Shien memejamkan matanya untuk menepis bayangan yang ditimbulkan dari kata-kata Mang Ujang tadi. Shien tidak ingin hal itu menjadikan dirinya kembali ketakutan karena memikirkan hal-hal yang tidak bisa kembali.

"Bisa tinggalin aku sendiri?" Pinta Shien yang lebih terdegar seperti perintah.

Mang Ujang terdiam sambil menatap Shien ragu. Pasalnya, dia diwanti-wanti untuk mengawasi Shien, takut-takut gadis itu mungkin kembali paranoid atau melakukan hal-hal di luar dugaan karena teringat masa lalunya.

"Tapi–"

"Mang Ujang tenang aja, aku bisa minum racun yang enak buat bunuh diri daripada nyebur ke air dingin." Sela Shien berceletuk asal, seolah mampu membaca kegamangan di kepala Mang Ujang.

Mang Ujang menelan ludahnya susah payah saat pandangannya beradu dengan tatapan dingin Shien yang menyiratkan ketidaksukaannya karena dia terus masih bergeming di tempatnya.

Lantas tanpa bisa melawan, Mang Ujang berpamitan dan beranjak meninggalkan Shien sendiri di sana, menikmati suasana sore yang mulai berkabut dan suhu semakin turun hingga hawa dingin menyelimuti objek apa saja yang ada di luar sana.

"Hai, Kak. . . ." Sapa Shien dengan kerongongan sedikit tercekat. Sepertinya, dia tidak akan sanggup berbicara lagi.

Untuk pertama kalinya Shien kembali ke tempat ini setelah kejadian itu. Shien tidak cukup berani sebelum tadi malam Shawn datang ke dalam mimpinya dan tersenyum menanyakan kabar.

Perasaan bersalah itu masih bercokol di hatinya, dan mungkin itu akan bertahan seumur hidup. Shien sadar bahwa dia masih terlalu rapuh untuk benar-benar berdamai dengan kenyataan.

"Maafin aku, Kak." Shien mengatakan itu dalam hati. Tangisnya pecah dalam sesenggukkan tanpa bersuara.

"Kamu bohong, Kak. Katanya tunggu sebentar, tapi kamu gak kembali."

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang