60. Bukan

406 34 2
                                    

EP. 60. Bukan

********

"Semoga aja, setelah hari ini gue yang cuma jadi pendamping pengantin, dalam waktu dekat bisa buruan nyusul jadi pengantin juga. Hiks, selamat kawan, lo gak usah main solo lagi mulai sekarang."

Albi menggumamkan doanya dengan lirih dan menyelamati sahabatnya itu dengan kalimat konyol seraya menyerahkan kotak kecil berbahan beludru yang sejak tadi dibawanya itu ke tangan Bian.

Bian yang baru saja melakukan penanda tanganan surat nikah itu hanya bisa menahan tawanya kala mendengar doa Albi yang terkesan penuh harap dan maksa. Sementara Langit yang berdiri di belakang Albi dan juga mendengar gumaman Dokter Ob-Gyn itu langsung menoyor kepala Albi pelan.

"Cari calonnya dulu, Ngab, baru boleh ngehalu." Ledek Langit terdengar sangat puas.

Albi langsung merengut mendengar ledekan Langit barusan. "Calonnya udah ada, kok. Cuma Tuhan belum mempertemukan gue sama dia aja." Bisiknya nyeleneh, membuat tangan Langit sekali lagi melayang untuk menoyor kepala laki-laki itu.

"Stres emang lo. Lagian, emang ada cewek yang mau sama anak Mami kayak lo?" Langit terkikik geli melihat ekspresi bete Albi setelah mendengar ucapannya itu.

"Ehh, si kambing ngeledek gue. Kayak lo udah punya calon aja." Sahut Albi sengit, masih dalam mode berbisik.

"Ihh, gue, mah, punya." Balas Langit enteng dan terlihat sangat percaya diri.

Albi mencebik seolah tak percaya. "Hiliiih, halu lo ketinggian. Kalau punya, gak mungkin lo nelepoon gue malem-malem cuma buat ngajakin berangkat bareng ke sini."

Langit memasang raut wajah merengut sebal karena Albi tak mempercayainya.

Langit bukannya tidak mengajak Shien. Langit sudah mengajak gadis itu untuk mendampinginya ke acara akad nikah dan resepsi Bian yang akan diadakan nanti malam, hanya saja Shien menolaknya karena dia sudah memiliki acara sendiri yang tidak bisa dibatalkan.

"Gak bisa jawab, kan, lo? Periksa sana sama Biru, siapa tahu otak lo bermasalah." Kali ini giliran Albi yang balas mencibir sahabat paling mudanya itu.

Langit mendengus seraya melayangkan delikan sebal ke arah sahabatnya itu. "Enak aja. Gue ngajakin elo tuh karena kasihan. Gak tega gue ngebiarin teman gue sendirian gak ada gandengan. Baik, kan, gue?"

Albi yang mendengar itu gregetan sendiri ingin mengeluarkan umpatan sekasar-kasarnya pada Langit, kalau tidak ingat mereka sedang berada di tengah-tengah acara.

Sementara itu Biru yang duduk tak jauh dari mereka berdiri dan mendengar kasak-kusuk yang cukup mengganggu momen khidmat prosesi pemasangan cincin pernikahan Bian dan istrinya, dia langsung mencolek lengan Albi dan Langit bergantian, lalu memberi kode pada mereka untuk diam.

Albi dan Langit yang takut melihat wajah Biru yang memberengut, mau tidak mau harus menutup mulutnya dan mengakhiri pertengkaran kecil mereka.

Bian tampak semringah memasangkan cincin pernikahan berbahan rose gold dengan hiasan berlian di tengahnya itu ke jari manis gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya, membuat semua tamu undangan yang menyaksikannya ikut merasakan kebahagiaan.

Meskipun samar-samar telinganya mendengar percakapan antara Albi dan Langit, namun Bian memilih mengacukannya untuk sementara, padahal mulutnya sudah sangat gatal ingin menyahuti dan membully mereka.

Saat Bian selesai memasangkan cincin di jari manis istrinya, kini giliran sang istri yang menyematkan cincin pasangan dengan desain lebih polos itu ke jari manis Bian.

Setelah cincin pernikahan yang sederhana namun indah itu tersemat di jari manis kedua pengantin, keduanya pun lalu memamerkan simbol pernikahan suci itu kepada para tamu sekaligus ke arah fotografer yang selalu siap untuk mengabadikan momen penting yang diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup itu..

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang