26. Closer

601 45 0
                                    

EP. 26. Closer

********

"Lho, itu bukannya Langit, Shi?" Seru Fina saat tersadar bahwa yang ada di atas panggung adalah Langit. Shien yang sedang sibuk membuat garis besar untuk buku barunya sontak mendongak, begitupula dengan Reno.

Shien tersentak. Benar. Ada Langit duduk di kursi bar di atas panggung. Shien memejamkan mata sekilas, berharap itu hanya halusinasi karena selama seharian ini pikirannya dipenuhi oleh Langit.

Tapi, laki-laki itu masih ada di sana, bahkan sedang memperhatikannya juga hingga membuat pandangan mereka langsung beradu dalam satu garis lurus. Langit menyunggingkan senyuman tipis ke arahnya.

Seketika Shien dibuat membeku. Dia seperti mati rasa. Bahkan celotehan Fina dan Reno pun tak diindahkan. Pandangannya tak bisa beralih dari Langit yang terlihat berkilau dengan matching coat and pants disertai kaus putih polos di dalamnya.

"Sejak kapan dia ada di sini?" Gumam Fina begitu Langit mulai melantunkan lagunya.

"Itu bukannya cowok yang tadi pagi, kan, Mbak?" Seru Reno yang ikut tersadar.

Shien tetap bergeming, seolah semua objek yang ada di sekitarnya melebur dan hanya Langit yang tetap ada hingga membuat seluruh perhatiannya tertuju pada Langit seorang.

"Pacarnya Mbak Shanna, kan?" Fina dengan cepat menyenggol lengan Reno karena sudah berceletuk asal. Gadis itu kemudian memberikan isyarat mata agar Reno diam jika tidak tahu apa-apa.

Reno menggaruk belakang kepalanya bingung diiringi dengan kening yang mengernyit, tapi ujung-ujungnya menurut juga dan memilih untuk menikmati acara live music dengan Langit yang menjadi bintangnya sore itu.

Suara Langit sangat enak didengar, bahkan Shien terhanyut dengan lagu yang dibawakannya. Tapi itu juga membuat hatinya semakin gamang. Lagu itu adalah untuk Shien, Shien tahu betul.

Ahh, Shien tidak boleh berlama-lama terjebak di satu ruangan bersama Langit seperti ini. Karena semakin lama melihatnya, semakin besar pula dorongan ingin berlari pada laki-laki itu dan mengatakan bahwa ucapannya yang meminta Langit untuk jangan menemuinya lagi adalah bohong.

Shien tersenyum kecut. Seandainya saja Shanna tidak menyukai Langit, dan seandainya saja dia tidak sakit parah, mungkin sekarang Shien dan Langit sudah bersatu dalam suatu kisah indah yang sama-sama mereka harapkan.

"Gak nyangka, ya, Shi, suara Langit oke juga."

Menghembuskan napas berat. Sayang sekali, Shien selalu berpikir bahwa dia dan Langit tidak akan pernah memiliki kisah yang indah. Dan jika memaksakannya, akhir bahagia tetap bukan milik mereka.

Tidak salah, kan, jika Shien menyerah lebih awal? Bahkan jika Shanna tidak menyukai Langit. Shien tetap tidak akan pernah bisa bersama dengan laki-laki itu.

"Ayo pulang." Fina dan Reno melayangkan tatapan protes pada Shien yang tiba-tiba beranjak dan mengajak pulang.

Mereka masih menikmati live music dan makanannya juga belum habis, jelas saja Fina dan Reno belum ingin pulang.

"Itu live musicnya belum selesai, lho, Mbak. Bentaran lagi, deh." Pinta Reno sedikit memelas.

"Terserah kalau kalian masih mau di sini." Sahut Shien dengan raut wajah tanpa ekspresinya, lalu menyerahkan kartu debit pada Fina, dan berlalu begitu saja meninggalkan mejanya.

Sementara Reno yang tak mungkin membiarkan Shien pergi begitu saja hanya bisa mendengus.

"Tante, gue duluan." Pamitnya pada Fina, lalu ikut beranjak dan berjalan mengikuti Shien menuju tempat parkir.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang