107. Manja

785 40 0
                                    

EP. 107. Manja

********

Beberapa bulan berlalu, kehamilan Shien sudah memasuki usia tujuh bulan. Perutnya semakin membesar, tapi tak mengurangi kecantikan yang terpancar di wajahnya. Bahkan di mata Langit, Shien malah terlihat semakin menggemaskan dengan perut buncitnya.

Shien mengalami pertambahan berat badan yang cukup pesat. Hal itu tentu saja terjadi karena berdasarkan hasil USG, Shien mengandung anak kembar. Lebih mengejutkannya lagi, itu kembar fraternal dan dokter sudah memastikan jika jenis kelamin anak mereka adalah laki-laki dan perempuan.

Langit yang paling senang mendapat kenyataan itu. Begitu pun dengan keluarga besarnya. Apalagi Mama dan Papa Shien, mereka bahagia bukan main karena akan mendapatkan dua cucu sekaligus.

Namun karena Shien hamil anak kembar, Shien harus dalam pengawasan ekstra karena terkadang dia mengalami kelelahan yang ekstrim. Alhasil, Mama sangat khawatir dan memilih untuk tinggal di rumah yang sudah beberapa bulan ini Langit dan Shien tempati agar bisa mengawasi putri satu-satunya itu.

Sebenarnya Mama dan Papa menyarankan agar Shien dan Langit tinggal di rumahnya saja selama Shien hamil, tapi Langit dengan pendiriannya yang tak bisa dibantah, tidak menyetujui saran itu.

Langit mengatakan bahwa dia ingin mulai membiasakan hidup mandiri bersama Shien di rumah mereka sendiri. Yaaa, walaupun sekarang belum sepenuhnya bisa karena Langit masih membutuhkan bantuan Mama untuk menjaga Shien selama dia bekerja karena Langit kurang percaya jika harus meninggalkan Shien dengan asisten rumah tangga.

Tapi menurut Langit, tidak apa-apa melakukannya secara perlahan daripada harus tinggal satu atap bersama orang tua dan terus menerus bergantung pada mereka.

Dan meski demikian, kehamilan Shien tidak termasuk rewel. Untuk urusan ngidampun tidak terlalu menyulitkan Langit maupun keluarganya.

Justru pada trimester pertama, Langitlah yang menyulitkan Shien karena mengalami kehamilan simpatik, dia mengalami morning sickness parah, mood swing, ngidam, dan hanya bisa memakan sayur serta buah-buahan selama itu, namun beruntung hal itu sudah tidak terjadi lagi sekarang meski terkadang Langit masih mengalami mual-mual saat mencium bau daging atau ikan mentah.

Langit bersyukur karena sejauh ini Shien tidak pernah meminta sesuatu yang aneh-aneh padanya. Hanya tingkahnya saja yang lebih manja dari biasanya.

Seperti halnya saat Langit libur, Shien akan terus menempel padanya sampai-sampai Langit tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Mama bahkan terkadang menegur Shien karena saat laki-laki itu hendak ke pergi ke kamar mandi untuk menyelesaikan urusannya pun, Shien menungguinya di depan pintu sambil berteriak-teriak.

"Laang, jangan lama-lama."

Dan Mama hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap Shien yang mendadak kolokan itu.

Tidak hanya pada Langit, Shien juga mendadak bersikap manja pada orang tuanya. Terkadang ingin seharian makan disuapi Mama, terkadang juga ingin menonton televisi sambil bersandar di pundak Papa, atau juga ingin ditemani jalan-jalan di taman kompleks bersama Mama dan Papa. Semacam itulah manjanya si ibu hamil yang satu itu.

Tapi Mama dan Papa sama sekali tidak keberatan dengan itu, justru mereka malah senang karena semasa kecilnya Shien tidak mendapatkan waktu untuk bermanja-manja pada mereka. Mungkin saat inilah gantinya, Mama dan Papa bisa mengganti waktu yang hilang, di mana saat itu seharusnya mereka memanjakan Shien.

"Ma. . . ." Shien menghampiri Mama yang duduk di tepi tempat tidur di kamarnya, sedang membantu melipat pakaian bayi yang baru saja dibeli dan selesai dicucinya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang