30. Merindukannya

630 37 4
                                    

EP. 30. Merindukannya

********

Mobil Shanna berhenti tepat di depan sebuah bangunan apartemen yang katanya sang adik sudah membeli satu unit hunian di kawasan yang terbilang mewah itu.

Baik Shanna ataupun Shien, mereka cukup terkesima dengan penampakan luar gedung apartemen tersebut begitu mata mereka menyusuri setiap bagian gedung hingga titik teratas.

Shien memuji Fina dalam hati karena sudah memilih tempat yang sesuai dengan seleranya dan sangat strategis. Sementara Shanna, dia juga merasa ingin memilikinya satu setelah melihat ini.

"Tempatnya oke juga, Shi." Komentar Shanna sambil memicingkan matanya untuk menghindari cahaya matahari yang semakin siang semakin menyilaukan.

"Fina yang siapin. Tahu, deh, dalemnya." Sahut Shien sambil mengedikkan bahu. Dia tidak boleh memuji Fina berlebihan dulu sebelum melihat unit apartemennya apakah sudah didekorasi sesuai keinginannya atau tidak.

"Udah, yuk, masuk. Keburu Fina marah kalau kelamaan nunggu." Ajak Shien sambil berjalan mendahului Shanna.

"Beli apartemen buat apa, sih? Papa sama Mama juga pasti gak bakal ngelepasin kamu. Yang ada mereka ngurung kamu kalau berencana pindah. Tahu sendiri, kan, mereka bisa melakukan apapun?" Oceh Shanna seraya berusaha mensejajarkan dirinya dengan Shien yang berjalan sedikit cepat.

"Emang aku ada bilang mau pindah?" Sahut Shien mencebik, salah satu sudut bibirnya tersungging membentuk senyum yang sangat tipis.

"Lha, terus beli apartemen buat apa kalau bukan buat ditinggalin?"

"Aku cuma butuh ruang pribadi." Jawab Shien saat mereka memasuki salah satu lift yang tersedia di gedung apartemen itu.

Shanna mengangguk-angguk sambil ber-ohh ria. Hatinya seketika merasa lega mendengar penuturan Shien yang ternyata membeli apartemen bukan untuk ditinggali. Jelas saja, pasti akan menimbulkan keributan antara orang tuanya dan Shien seandainya itu terjadi.

"Padahal kamar kamu di rumah juga udah yang paling luas. Ngapain nyari ruang pribadi lagi?" Shanna kembali berkomentar. "Lantai berapa?" Tanyanya kemudian karena Shanna yang berdiri di dekat tombol lift.

"Delapan." Jawab Shien yang langsung diangguki Shanna. "Ya aku butuh aja. Kalau semisal aku lagi bosen dan butuh suasana baru." Jelasnya saat teringat pertanyaan Shanna sesaat setelah pintu lift tertutup dan mulai berjalan untuk membawa mereka ke lantai yang dituju.

"Lagian kamar di rumah mana bisa dibilang ruang pribadi?" Shien mendengus, mengingat semua orang bisa masuk dan keluar seenaknya. Terlebih Shanna, gadis itu nyaris setiap hari membuat rusuh di kamar Shien, padahal dia memiliki kamar sendiri.

"Iya juga, sih." Shanna terkekeh geli.

Mereka lalu segera keluar dari dalam lift begitu bunyi dentingan yang menandakan lift tersebut sudah tiba di lantai tujuan terdengar.

"Unit kamu nomor berapa, Shi?" Tanya Shanna dengan pandangan mengedar ke seluruh lantai apartemen tempat mereka berdiri.

"208." Jawab Shien singkat sambil celingukan mencari pintu dengan tulisan nomor dua kosong delapan sebagai nomor unit kamarnya.

Dan tak butuh waktu lama bagi Shien untuk menemukannya karena unit tersebut tidak jauh dari lift lantai tempatnya berdiri. Hanya selisih satu kamar saja dari sisi kanan pintu lift kerena memang hanya terdapat delapan unit dalam setiap satu lantai gedung.

Empat unit di sisi kanan lift dan empat unit lainnya di sisi kiri lift yang masing-masing unit saling berhadapan dua-dua. Cukup ekslusif.

Apartemen tersebut semakin menambah nilai eksklusifnya karena yang Shien dengar dari Fina, apartemen calon huniannya ini juga dilengkapi berbagai fasilitas yang tidak jauh dari kata sederhana seperti residence lounge yang bisa dijadikan tempat bersantai atau ketika bosan dengan suasana perkotaan yang monoton dan membosankan, tidak lupa juga fasilitas lainnya seperti private lift, sky pool, bar dan cafe, berbagai fasilitas olahraga, keamanan dua puluh empat jam, serta theather room.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang