28. Pergi

717 48 0
                                    

EP. 28. Pergi

********

Shien kembali duduk di kursi kerjanya begitu dia selesai membereskan beberapa berkas yang sedikit berserakkan di atas meja.

Memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut nyeri, pekerjaan hari ini cukup membuat lelah tubuh dan pikirannya. Dan sepertinya Shien membutuhkan hiburan untuk menghilangkan sedikit kemumetan yang memenuhi kepalanya.

Sambil memikirkan hiburan yang cocok, Shien meraih ponselnya yang sedari tadi tak di sentuhnya, kemudian dilihatnya pesan chat yang dikirim Langit tadi pagi.

"Jadwal operasi aku padat. Untuk beberapa hari ke depan, aku mungkin gak bisa ketemu kamu dulu."

"Tolong, selama itu kamu yakinkan diri kamu dengan baik."

"Jangan berpikir untuk terus melarikan diri dan nolak aku lagi."

Shien menghela napas pelan. Tak habis pikir dengan Langit yang mengatakan akan memberinya waktu, tapi terkesan memaksa dan terus memperingatkannya.

Tapi gadis itu juga merasa lega setelah membaca pesan Langit yang mengatakan bahwa laki-laki itu akan sibuk selama beberapa hari ini.

Dengan demikian, Shien memiliki jeda beberapa hari sebelum waktunya tiba memberikan jawaban yang tepat untuk pernyataan cinta Langit. Lebih tepatnya, membuat dirinya sendiri benar-benar siap mengambil langkah untuk bersama dengan Langit.

Shien sama sekali tidak menyangka bahwa akan menjadi seperti ini pada akhirnya. Keyakinan yang selama dia bangun untuk tidak boleh mengikat dirinya dengan siapapun, pada akhirnya runtuh oleh sosok laki-laki bernama Langit.

Tapi walaupun begitu, Shien masih belum berani mengambil langkah. Ada beberapa hal yang masih mengganggu pikirannya untuk benar-benar menerima Langit.

Tidakkah Shien terlalu serakah untuk menerima cinta dari laki-laki sebaik Langit? Apa yang membuat gadis penyakitan seperti dirinya pantas bersama dengan Langit?

Dan. . . . Shanna. Tidakkah dia terlalu jahat padanya jika melangkah maju?

Rentetan pertanyaan itu berputar-putar dalam pikirannya setiap saat, hingga membuat Shien menggantung perasaan Langit.

Dan tanpa Shien sadari, sikapnya ini justru malah membuat hati Langit terluka. Shien menutup kedua matanya rapat-rapat diiringi dengan helaan napas berat, berusaha menghilangkan kegelisahan di hatinya yang terus-menerus muncul.

Namun, di tengah keasyikannya tenggelam dalam lamunan, kepala Fina menyembul di balik pintu kaca ruangan Shien, diikuti dengan kepala lain di belakangnya.

Shien memutar bola matanya malas, Fina benar-benar seperti jelangkung yang selalu datang tanpa pemberitahuan.

"Boleh masuk?" Tanya Fina dengan cengiran lebar, memamerkan giginya yang berderet rapi.

Shien menoleh jutek. Tck, biasanya juga nyelonong masuk. Apa yang merasuki Fina sampai dia minta izin segala?

Dan belum sempat Shien menjawab, Fina langsung masuk begitu saja dengan Reno yang membuntutinya seperti anak ayam.

"Habis ini mau ke mana, Shi?" Fina kembali bertanya sesaat setelah dia menghempaskan pantatnya dan duduk di hadapan Shien dengan kaki bersilang.

Sementara Reno memilih untuk berdiri dan sedikit menyandarkan tubuhnya pada kursi yang diduduki Fina.

"Pulang mungkin." Jawab Shien ragu sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas, tanpa berniat untuk membalas pesan Langit.

"Nonton bentaran, yuk. Sama nih bocil juga" Ajak Fina sambil menunjuk Reno dengan ibu jarinya. Sementara yang ditunjuk hanya mendengus sebal karena semua orang terus memanggilnya bocil.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang