EP. 43. Bekal
********
"Playground?" Shien bergumam seraya mengernyitkan keningnya heran ketika Langit menghentikan mobilnya di depan sebuah taman bermain.
Gadis itu celingukan melihat sekitar, Shien tebak jika lingkungan ini adalah kompleks sekolahan. Karena tak jauh dari taman bermain, dia melihat ada taman kanak-kanak di sana. Begitu juga dengan sekolah dasar dan menengah yang lokasinya tidak berjauhan, Shien lihat di sepanjang perjalan menuju taman bermain ini.
"Ngapain ke taman bermain? Kayak anak kecil aja." Cibir Shien, meski sebenarnya dia cukup terpesona dengan taman bermain itu.
Jika diingat-ingat, mungkin hanya terhitung satu kali Shien menginjakkan kakinya di taman bermain, yaitu saat dirinya berusia enam tahun bersama Papa. Setelah itu, Shien tidak pernah lagi pergi ke taman bermain dan hanya terkurung di dalam rumah karena perubahan sikap orang tuanya.
Langit tersenyum simpul sambil membukakan pintu untuk Shien keluar dari mobilnya setelah beres terparkir.
"Kamu gak tahu aja rasanya kencan di playground tuh kayak gimana." Jawab Langit sedikit meledek, di balik kalimatnya seolah mengandung makna lain yang mengatakan jangan menghina dulu sebelum kamu mencobanya.
Laki-laki itu lantas mengulurkan tangannya, lalu menggandeng tangan Shien untuk membimbingnya masuk ke area taman bermain.
"Emang kamu pernah?" Cibir Shien lagi. Namun, dia harap-harap cemas menunggu jawaban Langit. Takut-takut jika Langit pernah mengajak gadis lain berkencan di tempat ini. Dan kalau benar seperti itu, maka kencannya ini tidaklah spesial lagi.
"Enggak, sih." Jawab Langit sambil nyengir lebar, memamerkan giginya yang berderet rapi. "Kan satu-satunya cewek yang pernah aku ajak kencan cuma kamu, gak akan ada yang lain."
Shien langsung tersipu begitu dia mendengar penuturan langit barusan. Walaupun Shien tahu jika Langit memang suka berbicara manis pada banyak orang, tapi tetap saja setiap kata yang Langit ucapkan untuknya selalu berhasil membuat hati Shien meleleh.
"Kamu sering ke sini?" Tanya Shien penasaran.
Shien ingin tahu laki-laki itu pernah datang ke taman ini dengan siapa saja. Lebih tepatnya, apakah ada gadis lain yang pernah Langit bawa ke sini?
Alangkah baiknya jika Shien mendapati jawaban bahwa dialah satu-satunya orang yang pernah Langit bawa ke taman bermain itu.
Pemikiran yang kekanak-kanakkan memang. Tapi, mendapat perlakuan spesial dari orang yang dicintainya, itu adalah harapan hampir setiap gadis di dunia ini, bukan? Shien tidak ingin menyangkal itu.
"Sering. Malah dari zaman aku SMA." Jawab Langit tanpa menoleh ke arah Shien.
Gadis itu terpaku, detik berikutnya raut wajahnya berubah merengut. Sebenarnya Shien tidak perlu lagi menerka-nerka jawaban dari pertanyaannya. Tapi, mulut Shien gatal ingin memastikannya.
"Sama siapa?"
Langit tampak berpikir, namun sejurus kemudian dia menjawab tanpa ragu. "Jingga."
"Jadi kamu bawa aku ke sini karena ini tempat kenangan kalian? Mau nostalgdia di sini?" Shien seketika berhenti melangkah, membuat Langit menoleh ke arahnya dengan tatapan gemas. Gemas melihat Shien yang kini terang-terangan memperlihatkan rasa cemburunya.
"Kan kamu yang minta aku ajakin ke tempat sepi." Ujar Langit seraya menarik sebelah pipi Shien menggunakan satu tangannya yang bebas.
"Aku bilang tempat yang gak rame." Sanggah Shien diiringi delikan mata sebal. Tangannya tampak mengusap-usap pipinya yang sedikit panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...