EP. 91. Where Are You
********
"Hai."
Sapaan lembut seseorang belum cukup menarik perhatian Shien untuk meresponnya. Gadis itu masih sibuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya di ruangan serba putih yang sudah tidak asing lagi baginya.
Matanya memperhatikan sekitar, Shien bisa melihat dan merasakan alat-alat medis itu menempel di tubuhnya.
Ingatannya menerawang, mengorek-ngorek memori terakhir kenapa dia bisa kembali berbaring di ruang ICU, dan dia ingat saat itu dia mengalami serangan jantung dengan rasa sakit yang luar biasa.
Kepala Shien juga dipenuhi pertanyaan tentang hari apa sekarang dan tanggal berapa? Entah hanya perasaannya saja atau bukan, tapi Shien merasa jika dia sudah tidak sadarkan diri cukup lama.
Setelah itu, Shien memperhatikan lekat-lekat seorang dokter yang sedang tersenyum cerah ke arahnya, Shien tahu walaupun dokter yang sedang berdiri di sampingnya itu memakai masker.
"Kenapa?" Tanya Jingga yang melihat Shien mengerjap lugu dan terus memperhatikannya. "Bingung kalau aku manusia, malaikat, atau bidadari?"
Shien kembali mengerjap mendengar Jingga terus berceloteh, sementara perawat yang bediri di samping Jingga hanya memutar bola matanya malas. Sudah biasa melihat kepercayaan diri melampaui batas yang dimiliki beberapa dokter di rumah sakit ini.
"Jawabannya yang ketiga." Lanjut Jingga seraya mengacungkan tiga jarinya. "Aku bidadari dunia."
Shien yang masih belum menemukan jawaban dari kebingungannya kenapa dia bisa kembali ke ruang ICU dan sudah berapa lama dia tidur malah semakin dibuat bingung dengan celotehan tidak jelas dokter aneh di depannya.
"Kak Nathan?" Dan tanpa Shien sadari, orang yang pertama dia tanyakan keberadaannya adalah dokter tampan itu. Mungkin karena Shien tidak terbiasa melihat dokter selain Nathan saat dia terbangun dari ketidaksadarannya.
Jingga berdecak tak percaya. "Kalau Langit tahu yang pertama kamu tanyain itu cowok lain pas kamu sadar, gak tahu deh dia ngembeknya kayak apa nanti."
Shien tak menyahuti. Dia masih menunggu jawaban Jingga atas pertanyaannya.
"Katanya dokter Nathan masih di ruang bedah, tapi aku juga salah satu tim dokter yang ikut nanganin kamu, lho." Jawab Jingga akhirnya, meski Shien masih dibuat bingung kenapa Jingga tiba-tiba menjadi salah satu dokter dalam tim yang menanganinya.
Pasalnya, Shien tahu betul siapa saja tim dokter yang menanganinya, dan sebelumnya Jingga tidak termasuk. Tapi Shien tidak ingin terlalu memikirkannya, karena setiap orang yang masuk dalam tim terkadang bisa diganti.
"Bukannya kamu di Korea?" Tanya Shien dengan kening berkerut bingung, nada suaranya masih terdengar lemah. Sangat lemah sehingga terdengar seperti berbisik.
"Tiga minggu yang lalu aku sama Kak Biru kembali ke Indonesia." Jawab Jingga senang. "Dan bayi kami juga." Imbuhnya tak kalah bahagia.
"Aku kembali ke rumah sakit seminggu yang lalu, kalau kamu mau tahu." Dokter cantik itu lalu nyengir lebar di balik masker, sehingga membuat eye smilenya terukir cantik.
Shien kembali terdiam, pandangannya jatuh pada perut Jingga yang sudah tidak membuncit lagi. Namun, sejurus kemudian matanya yang sayu seketika membulat sempurna.
Jika Jingga saja sudah kembali dari Korea dan kembali bekerja, maka sudah berapa lama pula Shien terbaring tak sadarkan diri dan mengkhawatirkan semua orang?
"Kalau gitu, aku udah tidur berapa lama?" Tanya Shien akhirnya.
"Katanya, kamu koma lagi lebih dari dua minggu setelah serangan jantung waktu itu. Peluang hidup kamu sangat rendah, tapi beruntung donor datang di waktu yang tepat." Jelas Jingga singkat. Bagaimanapun, dia tidak boleh membuat pasien yang baru sadar berpikir terlalu banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...