58. One Sided Love

534 39 2
                                    

EP. 58. One Sided Love

********

"Eungh. . . , Lang." Shien mendorong dada Langit dengan susah payah, sehingga tautan bibir mereka terlepas.

"Kenapa?" Langit menatap gadis itu dengan tatapan protes. Bagaimana tidak? Shien tiba-tiba menghentikan kegiatan mereka di saat sedang panas-panasnya.

"Kayaknya ada orang masuk, deh." Jawab Shien seraya menoleh ke arah pintu yang masih tertutup rapat itu.

Langit mengikuti arah pandang Shien, tapi dia tidak melihat siapa-siapa ataupun mendengar seseorang masuk.

"Gak ada, kok." Langit memutar kembali kepalanya, lalu mencari bibir Shien untuk melanjutkan kegiatan mereka yang sempat terhenti.

"Tapi aku denger suara knop pintu ketutup." Shien menahan pundak Langit saat dia mulai mendekatkan kembali wajahnya.

Langit memejamkan matanya sebentar, lalu menghela napasnya dalam-dalam. Gemas sekali dengan gadisnya yang tetap keukeuh. Padahal, jelas tidak ada siapa-siapa yang masuk. "Kamu salah denger kali."

Shien terdiam dengan kening sedikit mengkerut, pandangannya masih belum beralih dari arah pintu.

Shien yakin, dia tidak salah dengar, kok. Tadi dia memang mendengar seseorang menutup pintu. Tidak mungkin itu hantu, kan? Karena setahu Shien, yang dia lihat di dalam film, hantu itu bisa keluar masuk tanpa harus melalui pintu.

"Shienna." Panggil Langit gemas, namun dengan suara selembut mungkin. Kedua tangannya lantas menangkup sisi wajah Shien agar kembali menghadapnya.

"Daripada mikirin itu, mending kita lanjutin yang tadi." Lalu, tanpa aba-aba, Langit segera menyatukan bibir mereka.

Shien membelalak, terlalu terkejut mendapatkan ciuman yang tiba-tiba seperti itu. Langit bahkan tidak memberinya kesempatan untuk mengambil napas terlebih dahulu.

Ketika Langit mulai bergerak, Shien hanya menggeram. Gadis itu hanya mampu mencengkram seragam scrub di depan dada Langit ketika laki-laki itu menyudutkannya pada sandaran ranjang.

Shien bisa merasakan sebelah tangan Langit yang bergerilya di pahanya yang tertutupi selimut, mengusap bagian itu membentuk sebuah pola abstrak. Perlahan matanya terpejam, menikmati bagaimana cara Langit menyentuhnya.

Dia menepuk-nepuk dada Langit dengan keras saat dirasa oksigen yang melingkupi paru-parunya mulai menipis, dan itu langsung dimengerti oleh Langit yang kemudian melepas tautan bibir mereka untuk sejenak, hanya untuk membiarkan Shien mengambil oksigen.

Detik berikutnya, Langiit kembali menyatukan bibir mereka, Kali ini lebih tergesa karena dia mulai memberikan gigitan-gigitan kecil pada bibir bawah Shien, menuntut gadis itu untuk membuka mulutnya, sehingga dia bisa menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Shien yang selalu terasa manis.

Saat kesadarannya mulai kembali, dan sebelum Langit melakukannya semakin jauh karena dua kancing baju pasien Shien sudah terbuka entah kapan tepatnya, Shien mendorong dada Langit sekuat tenaga hingga pagutan mereka terlepas.

"Mama masih di luar." Ujar Shien mengingatkan dengan napas terengah. Satu tangannya menahan lengan Langit yang nyaris saja membuka kancing ketiganya.

"Tante Risa masih di kedai kopi." Sahut Langit, suaranya terdengar berat, matanya tampak sayu. Dia kemudian menyerukkan wajahnya di perpotongan leher Shien, mulai mengecupi leher jenjang itu. Shien menggelinjang merasakan geli.

"Iya, tapi ini udah satu jam lebih. Mama pasti lagi balik ke sini–eunghh. . . ."

Sial. Bukannya menahan Langit melakukan itu, Shien malah mengeluarkan desahan pelan seiring dengan kepalanya yang ikut mendongak, hingga semakin memudahkan Langit untuk mengecupi lehernya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang