EP. 18. Berdebar Terus
********
"Kenapa kamu gak mau nemuin dia, Shi?" Tanya Fina begitu dia menutup teleponnya.
"Gak ada yang penting juga." Jawab Shien tak peduli.
Fina menghembuskan napasnya kasar. Seharusnya dia tahu tabiat Shien yang memang dingin dan tak peduli pada orang yang menurutnya tidak terlalu penting. Bodoh sekali dia menanyakannya. Berbicara pada Shien hanya buang-buang energi saja.
Tak lama setelah itu, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka berdua untuk menoleh ke arah sana. Fina setengah berteriak mempersilahkan siapapun itu untuk masuk ke ruangan Shien.
Terlihat seorang Office Boy masuk dengan dengan sebuket bunga di tangannya. Heran sekali, bukannya teh dan cookies yang biasa dibawakan setiap pagi ke ruangan Shien. Tapi OB itu malah membawa bunga.
"Permisi, Mbak Shien. Tadi staf Front Office minta saya buat ngenterin bunga ini." Jelas OB tersebut seraya menyerahkan buket bunga Aster putih itu pada Shien.
Baik Shien maupun Fina, kedua gadis itu sama-sama menautkan alisnya, bertanya-tanya tentang siapa yang memberi Shien bunga sepagi ini.
Pasalnya, hari ini bukanlah hari peluncuran buku Shien, bukan juga hari di mana Shien mendapatkan penghargaan, atau ulang tahun, sehingga harus mendapat buket bunga seperti itu. Dan satu lagi, Shien juga tidak memiliki pacar yang akan menghadiahinya buket bunga.
"Siapa yang ngasih, Pak?" Tanya Shien akhirnya.
"Wahh, saya kurang tahu, Mbak. Tapi itu ada kartunya." OB tersebut menunjuk kartu ucapan pada buket bunga menggunakan ibu jarinya dengan sopan.
Shien melirik sekilas kartu ucapan itu, lalu mengangguk mengerti. OB tersebut lantas berpamitan untuk keluar dari ruangan Shien.
Shien menatap lekat-lekat buket bunga Aster putih yang terlihat sangat cantik itu. Ada sebuah permen karamel yang Shien sukai terselip di tengah-tengah bunga. Tangan gadis itu lantas terulur mengambil dan membuka kartu ucapan yang juga terselip di sana.
"Dari siapa, Shi?" Fina beranjak dari duduknya, lalu bergerak mendekati Shien untuk ikut membaca siapa nama pengirim pada kartu ucapan itu.
Tawa Fina seketika lepas begitu dia membaca tulisan yang tertera pada kartu ucapan tersebut. Apa si pengirim bunga ini tidak salah menuliskan kalimat gombal seperti itu untuk Shien yang kaku? Entahlah, menurut Fina ini antara romantis dan menggelikan.
"Kamu lebih cantik dari bunga Aster ini dan lebih manis dari permen karamel. Selamat pagi, Shien."
~ Pangeranmu ~
Dan mereka tidak perlu bertanya-tanya lagi mengenai siapa pengirim bunga itu walaupun namanya tidak tertera pada kartu ucapan.
"Gak lucu, Fin." Shien mendelik sebal karena Fina tak henti-hentinya tertawa.
"Haha. Oke, sorry." Fina menghentikan tawanya seraya mengusap sudut matanya yang berair.
"Kayaknya Langit emang serius ngejar kamu, Shi." Ujar Fina kemudian sesaat setelah dia kembali ke tempat duduknya semula. Sementara Shien melemparkan bunganya begitu saja ke atas meja.
"Kamu tahu, nggak, artinya bunga Aster? Kalau ada cowok yang ngasih bunga Aster di awal mula hubungan, artinya mereka mau kenal kamu lebih jauh." Jelas Fina layaknya seorang florist. Kedua sudut bibirnya lantas tertarik membentuk senyuman penuh arti.
"Gak usah berlebihan, ini cuma bunga." Cebik Shien yang melihat Fina sangat bersemangat. Padahal, yang diberi bunga adalah dirinya.
"Jadi gak suka, nih?" Tanya Fina dengan senyum mencibir. Shien hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Tapi pandangannya tak lepas menatap bunga Aster yang memang sedap dipandang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...